السلام عليكم
ورحمةالله وبركاته
Segala puji bagi Allah. Tuhan sekalian alam, yang telah memberikan
segenap kenikmatan yang tak terhingga kepada kita, sehingga dengan kenikmatan yang di berikannya itu saya dapat menerapkan segenap dari isi hati saya. Semoga
dengan apa yang saya terapkan ini, dapat memberikan suatu pelajaran kepada kita
semua, agar kita mampu bersabar
dalam menghadapi cobak an yang mengancam jiwa dan raga kita, terutama dalam hal yang saya bahas di dalam buku
ini yaitu mengenai cinta. Cinta itu memiliki dua sisi, yaitu sisi Positive dan Negative, Ada yang sampai gila karna cinta, ada yang sampai tidak bisa makan, ada juga yang sampai bunuh diri karna cinta. Ini merupakan dampak Negative dari cinta itu sendiri bagi orang yang tidak
berfikir, dan ada juga dari sebagian orang yang
memamfaatkan cinta itu sebagai wawasan untuk meraih suatu kesuksesan dan
menjadi seorang yang besar, baik itu dengan cara menulis, baik itu berupa puisi
atau buku dayri, semua itu merupakan wacana curhat yang terbaik bagi mereka
sehingga membuat hatinya itu terasa lebih leluasa.
Mungkin di antara kita semua pasti memiliki sebuah momen, entah itu kenangan terindah, terlucu atau kenangan yang paling
menyakitkan dalam hidup kita masing-masing, yang mungkin di mana kala anda
bernostalgia tentang kenangan-kenangan tersebut, mungkin bisa
saja kalian merasa
tergugah, senyum-senyum sendiri bahkan merasa terharu dengan nasip anda sendiri
di saat mengingat masa-masa itu. Namun bagi
ku masa yang paling mengganjal dalam
hati ku sampai saat ini adalah, di mana masa saya di permainkan oleh salah
seorang wanita yang begiku kelihatan lugu namun memakan hati.
Mungkin kisah ini akan
mencerminkan nasip saya pribadi, Dan kisah ini aku tulis sebagai pelajaran bagi kita
semua, agar kita tetap bersabar, di mana kala kita berusaha untuk mengejar
seseorang yang namun orang tersebut terus berlari kencang, sehingga kita
terjebak lubang yang membuat kita terjatuh yang namun kita bersi keras untuk
berusaha bangkit di karenakan kita sangat ingin menggapai seorang tersebut, dan
orang itu lagi-lagi melepaskkan kita serpihan kaca yang membuat kita terjatuh
kembali, namun walau begitu tak kan pernah mampu untuk membuat kita lengah
untuk terus bangkit dan mengejarnya sampai kita mendapatinya.
Semoga buku ini bermamfaat
bagi kita semua terutama bagi saya peribadi, dan mungkin ada yang merasa
tersinggung dengan kata-kata yang saya tulis, saya selaku penulis mohon maaf
sebesar-besarnya jika ada yang merasa tersinggung, dan semoga kita semua tetap
di bawah naungan taufik dan inayah dari Allah SWT. dan saya akhiri dengan
ucapan.[]
والسلام……….
*****
Anjani,
01 Juli 2017
|
||
(
Sadar Iwan )
|
--------------------------------- | ||
Sehempas Mimpi
Sang pajar di upuk timur mulai memancarkarkan sinarnya, pepohonan yang menjulang
tinggi, pohon-pohon bambu yang begitu banyak di pinggir
jalan yang membuat suasana jalan menjadi mendung tak terpancarkan cahaya sang mentari, tiupan angin lembut yang meraba keselah pori-pori kulit dan menelusuri
celah-celah selimut tebal. Dedaunan yang hijau melambai-lambai tertiup angin sepoi-sepoi di iringi kicauan burung menggambarkan keindahan dan
ketentraman suasana di desa itu. Kokokan sang
ayam jantan meramaikan suasana di tiap-tiap sudut desa. Di sebuah
pedesaan yang sederhana itulah seorang pemuda yang
selalu mencari satu titik kesempurnaan, menghirup betapa segarnya udara yang di berikan tuhan untuk semua
makhluknya. Anak muda itu di beri nama oleh ayahnya Muhammad Shabhir.
Pagi yang cerah, anak muda itu terbangun dari tidur lelapnya yang
semalam telah ia lewati samudra mimpi yang begitu indah, mimpi yang tak ia
ketahui maknanya karna ia bukanlah orang yang termasu pandai dalam meafsirkan
sebuah mimpi, mungkin itu hanyalah sebatas bunga malam menurutnya, yang namun
membuat hatinya bertanya-tanya di lubuk hatinya. Iapun keluar dari kamarnya dan
iapun bergegas kekamar mandi untuk mempersiapkan diri untuk di hantar kekesekolah,
dimana ini merupakah hari pertamanya ia masuk sekolah setelah melewati hari
libur usai pembagian raport. beberapa minggu yang lalu, waktu libur panjang ia
mendaftarkan dirinya di sebuah pondok pesantren yang sedikit jauh dari desa,
beberapa menitpun sudah berlalu, dan Shabir pun telah usai mandi, saudaranya
pun sudah siap untuk mengantarkannya kesekolah, dan anak muda itupun mulai
mempersiapkan diri dan mengecek terlebih dahulu barang-barang yang akan di bawa
untuk kesekolah karna persiapan untuk melaksanakan MOS (Masa Orientasi Siswa). Setibanya
di gerbang sekolah, suara microphon pun menyambut telinga.
“....tujuh, enam, lima,....” suara panitia MOS
menghitung mundur.
Hitungan mundurpun sudah sampai lima, Shabir pun
bergegas mengambil barisan di paling belakang. MOS (Masa Orientasi Siswa) pun
meramaikan suasana di pondok pesantren, papan nama bergelantungan di leher, tas
kresek meramaikan suasana, topi kerucut menghiasi
kepala dan suara perut lapar pun mulai terdengar.
Anak muda itu tercengang-cengang menoleh ke arah kanan
kirinya melihat papan nama yang bergelantungan di leher teman-teman yang tak di
kenalinya dan berharap ada salah seorang yang akan di kenalinya, semua sudut
sudah di pandanginya, dan terlihat di paling ujung sana ada salah seorang yang
mirip seperti temannya ketika masih SD dulu, dan ternya benar dengan dugakannya,
itu adalah teman lamanya si Ruman dengan si Anton, dengan begitu gembiranya
bertemu dengan teman lama yang bertahun-tahun baru dilihatinya, Shabir pun berjalan
ke arah temannya tampa sadar ia dalam suatu barisan melaksanakan MOS.
“wee... siapa itu yang paling belakang kok
jalan-jalan, g’ tau orang lagi berbaris apa..” sorak salah seorang panitia menggunakan
microphon telah mempergokinya ”.. kamu.. yang jalan-jalan kesana kemari itu
maju kedepan” saut panitia yang stunya lagi.
Dengan wajah kecewa
Shabir pun maju ke depan, dan menerima hukuman yang sewajarnya dari seorang
panitia atas kecerobohannya itu.
Hari demi hari pun berlanjut, suasana MOS pun sudah
terasa berbeda dengan hari-hari sebelumnya, yang dulunya ia mengira sendirian
di sana dan sekarang sobat lamanya si Ruman dan Anton yang menjadi teman
dekatnya, bahkan bukan sekedar si Ruman dan si Anton saja yang di kenalinya,
sekarang ia sudah mulai punya teman baru yang bisa di ajak bercanda. Akan
tetapi, Ada seorang gadis yang membuat anak muda itu kagum, yang mungkin gadis
itu tidak pernah ia perhatikan sebelumnya yang namun perasaan pernah di
lihatinya, namun ia heran pernah melihatnya di mana, gadis itu kelihatan lugu, khusuk mendengarkan salah seorang panitia yang hendak menyampaikan materi. hari-hari selanjutnya ia terus memperhatikan apa yang di kerjakan sang gadis, mata Shabir meraba ke arah papan nama yang
tergantung di leher sang gadis, namanya Wirna Syafitri,
gadis itu begitu manis di mata Shabir, tahi lalat kecil yang manis melekat
di bawah kanan bibirnya, badan yang tak terlalu tinggi kelihatan begitu mungil,
ia nampak lugu, pendiam, mudah senyum, senyumannya membuat anak muda itu menjadi
merasakan hal yang berbeda di dalam hatinya. Mata
Shabir tak lepas dari sang gadis, dan gadis itu tampa sengaja menoleh ke arah
pandangan anak muda tersebut, dan dengan cepatnya Shabir menarik pandanganya
menjauh dari sang gadis, ia merunduk memegang pena saking malunya sambil menarik
nafas perlahan. Anak muda itu duduk dengan salah seorang teman baru yang
bernama Arjuna, dan Arjuna berbisik ke arah Shabir seraya berkata:
“Sebenarnya
gadis itu cantik ya.. ?” Arjuna membisik
ke telinga Shabir, sambil ia melihat
wanita itu. Shabir menjawab dengan
menganggukkan kepala sambil ia menulis,
ia hanya tersenyum di dalam hatinya, dan berkata “aku pasti memiliki mu suatu saat nanti”
Beberapa hari setelah MOS usai, mereka sudah saling
mengenal satu sama lain, ke akraban mulai muncul di sela-sela teman baru. Shabir
yang telah lama terkagum-kagum terhadap sang gadis, ia selalu bermain ketempat
duduk si gadis itu meski tidak ada hal yang penting akan di bicarakan, Syafitri
orang yang pendiam, tidak terlalu suka banyak berbicara terhadap sesama
sekiranya tidak ada hal penting yang perlu ia ucapkan, kelihatannya ia anak
yang baik hati yang akan bisa menyamankan hati seorang Shabir.
Di dalam hati Shabir bergejolak rasa rindu yang tak seorangpun yang
tahu, ia kunci rindu itu seakan-akan ia tak ingin memperlihatkan kerinduannya
itu kepada Fitri, padahal ia sangat ingin mengungkapkan kerinduannya itu
terhadap Syafitri anak yang pendiam itu, namun ia begitu berat, karna merasa
malu kepada Fitri yang kelihatan tak suka banyak bersosialisai terhadap teman
laki-laki di dalam kelasnya, ia selalu bersama teman-temannya yang berada di
sekitar tempat duduknya, entah kenapa ia tidak suka bercanda dengan laki-laki
di kelasnya, termasuk juga terhadap Shabir, meskipun Shabir sering bermain
kesekitar tempat duduknya, namun ia selalu berpaling dari Shabir, Shabir
semakin tertarik dengan sikap Fitri yang seperti itu, ia semakin penasaran dan
itu yang membuat tekatnya untuk semakin keras untuk memiliki kekasih hati
selayaknya Syafitri yang tidak suka bermain dengan laki-laki, ia berfikir bahwa
orang yang tidak suka bermain dengan laki-laki itu adalah orang yang setia dan
tidak akan membuat hatinya akan terluka, iapun berharap demikian.
Sepulang sekolah, Shabir melihat Fitri yang sedang jalan kaki bersama
dengan beberapa salah seorang temannya, ia menawarkan Fitri untuk di
boncenginya, dan iapun menolak untuk di bonceng oleh Shabir, dan Shabirpun
berfikiran positif mengenai hal itu, “mungkin
di sebabkan ada temannya yang membuat Fitri malu untuk ku boncengi, lain kali
aku akan mencoba kembali” kata hati Shabir berbisik sambil ia meneruskan
perjalanannya. Sesampai di rumah usai ia buka sepatu dan menaruh tas di atas
meja,iapun briistirahat sejenak sambil mendongak kelangi-langi rumahnya, ia
terbaring di atas kasur yang sederhana itu, tampa ia harus mengganti
pakaiannya, iapun terlelap di tiup kipas
angin, dan ia bermimpi bertemu dengan Syafitri, ia bermimpi memboncengi Fitri
kesebuah taman yang belum pernah ia lihat sebelumnya, di sebelah kiri terlihat
pepohonan yang begitu menjulang rapi, ia lihat kesebelah kananpun begitu, dan
tiba-tiba di ujung perjalanan itu, ia melihat air terjun yang luar biasa
indahnya, di sekitar air terjun tersebut banyak sekali orang yang berpasangan
lagi duduk ke arah air terjun, dan Shabirpun mengajak Fitri berhenti sejenak di
situ, tidak lama kemudian terdengarlah teriakan yang seolah-olah lagi memanggil
namanya, seraya berkata.
“Shabir..
Syabhiir.. Shabir..” semakin dekat suara itu di telinga Shabir, tau-tau itu
suara ibunya yang memanggilnya untuk makan siang.
“Shabir.. makan siang nak” kata ibunya sambil
berdiri di depan pintu kamarnya.
“mmm.. ia mak..” saut Shabir sedikit merasa kesal
karna telah dibangunkan dari mimpi indahnya itu ”..emak duluan dah dulu entar Shabir
nyusul belakangan, Shabir masih ngantuk ni mak” lanjut Shabir.
“emang kamu g’ mau solat Dzuhur apa, ??” tanya
ibunya lagi.
“solatlah mak..” jawab Shabir terdengar sekali ia
masih terasa letih.
“ayo makanya bangun,”
“ia.. mak..”
Sehempas mimpi yang mungkin nyaris sama
dengan mimpi yang pernah ia alami semalam, baru ia sadari bahwa wanita yang ada
dalam mimpinya itu Fitri, iapun merasa heran yang tak terhingga, kenapa mimpi
itu datang kembali, apa maksud dari mimpi itu entah ia pun tak mengetahuinya.[]
Perasaan
Di Atasa Kertas
Di waktu-waktu luangnya, Shabir
selalu menumpahkan isi hatinya di setiap lembaran-lembaran belakang bukunya.
Dan pada suatu hari, buku itu di tinggalinya di atas meja saat jam istirahat,
ia lupa masukkan kedalam tas setelah proses pemelajaran selesai, dan buku itu
sempat di baca oleh si gadis bersama teman-teman akrabnya Ani, Rosmita, Mariana
dan Sunni. Sepatah kata dalam buku itu yang sempat di bacanya yakni:
…..sungguh
keras perasaan ku terhadap mu, namun aku dengar diri mu akan kembali lagi
terhadapnya, sungguh berat rasanya aku mendengarkan itu, jika ada waktu untuk
ku, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu itu, aku akan menyatakan
perasaan ini kepada mu, …..
Tidak ada nama yang di cantumkan di dalam ungkapan
itu, hanya saja anak muda itu telah siaga, apa bila buku itu di baca oleh salah
seorang temannya nantinya, tidak akan ada yang tahu siapa orang yang di maksud
di dalam buku itu. Fitri pun tak memahami isi dari kutipan itu, ia tidak merasa
di sebut dalam sebuah tulisan itu. Namun ada salah seorang teman Fitri yang
mengetahui isi buku itu, karna ia curiga terhadap sikap Shabir yang setiap saat
ketempat duduknya Syafitri meski tidak ada hal yang begitu penting, hanya
sekedar numpang duduk asal dekat dengan Fitri, teman dari Fitri itupun
menjelaskan tentang isi kutipan dalam buku tersebut.
“Fitri..
ini kamu yang di maksud dalam buku ini, serius ini beneran kamu lo” kata
Ani salah seorang teman Fitri yang curiga terhadap Shabir mencoba meyakinkan
Fitri.
namun Syafitri tidak yakin bahwa dirinyalah yang
di maksud dalam kutipan kecil itu, karna mungkin Fitri takut di katakan wanita
ke GR-an. dan iapun menjawab:
“aah.. bukan kok.. mungkin saja Sofiah yang dia maksud dalam buku
ini, kan udah lama ia pendam perasaan kepada Sofiah adik
kelas kita yang sebelah itu” jawabnya sambil memikirkan yang
sebenarnya.
“ia juga
sih.. tapi dari sikapnya terhadap mu, Shabir suka terhadap diri mu, buktinya ia
sering datang mendekati mu kan “ saut temannya itu.
Perkataan temannya itu membuat hati Syafitri
tergugah, namun Fitri masih belum bisa percaya sepenuhnya terhadap perkataan
temannya itu karna takut nantinya ia akan malu jika bukan ia yang di maksud
dalam catatan itu. Di sela-sela perbincangan itupun bel berbunyi.
Teeeett.. teeeett..
Suara bel pun telah terdengar
menandakan pelajaran ketiga sudah mulai bersiap-siap akan masuk, Shabirpun masuk ke dalam kelas,
dan Ani pun menghamprinya, dan tiba-tiba menanyakan tentag kutipan kecil
yang berada di dalam bukunya itu :
“Shabir..
siapa sih wanita yang kamu maksud di dalam buku mu itu ??” anak muda itu terkejut
dan segera beranjak ke meja duduknya dan tiba-tiba suara ramai terdengar,
“Cieeeeeeeeeeeeeeeeee… cieeeeeeee…” serempak
mereka berempat termasuk gadis itu, Shabir terdiam karna
malu, pipi merah dan keringat pun bercucuran menandangan ia sangatlah malu,
mata sang gadis menatap ke arahnya sambil tersenyum simpul kepadanya dan bertanya selayaknya teman
dekat:
“Shabir… siapa sih yang kamu maksud di dalam buku mu itu, adek yang ada
di sebelah ya..??” Tanya gadis itu kepada Shabir .
Shabir sangat kecewa, “kenapa
dia belum juga paham isi hati ku terhadapnya” kata dalam hati Shabir.
“mmmm… g’ ada kok, g’ ada orang yang aku
maksud” jawab Shabir lemah.
Ungkapan Sang Pemuda
Di suatu malam anak muda itu di ajak untuk ke rumah sakit untuk
menjenguk kerabatnya yang jatuh sakit, dan Shabir pun berjumpa dengan salah
seorang teman sekelasnya di rumah sakit yaitu Rosmita. Rosmita merupakan
teman dekat Syafitri di kelas,dan Shabir
pun menyapa.
“Assalamualaikum.. Rosmita.. lagi ngapain di sini
Ros” tanya anak muda itu kepada Ros teman kelasnya.
“Wa’alaikumussalam.. Eeh.. Syhabhir, anu.. ini,
cari kerabat yang sedang sakit, naa.. situ ngapain disini” jawab Rosmita agak
sedikit terkejut.
“Sama aku juga mau nyari kerabat ku ni yang lagi
sakit” saut Shabir. Di tengah-tengah perbincangan itu Shabir pun melanjutkan
perkataan “..Rosmita.. titip salam untuk Fitri ya” kata Shabir di iringi canda.
“Cieee.. yang lagi kasmaran ni yee..” ledek Rosmita
sambil mendorong Shabir, “.. tapi aku takut entar pacarnya Fitri marah lagi
pada ku” lanjut Rosmita.
Terkejut hati anak muda itu mendengarkan Rosmita
berkata seperti itu “Ros.. emang dia punya pacar ??” tanya Shabir spontan di
iringi rasa kecewa.
“Iaa.., tapi dia udah putus, sekarang dia lagi
kesepian.. makanya ia dieem aja kerjaannya di kelas”
“Ooooowh... udah putus, g’ jadi masalah kalok gitu,
mana aku minta No. Handphone nya ada g’.. ??” Kata Shabir dengan harapan yang
penuh.
“Ya... tapi jangan kasi tau dia kalok aku yang
ngasi No. nya.. !!” kata Rosmita untuk antisi jika Syafitri hendak marah
nantinya.
“Ya...”
Seorang Shabir
tidak pernah berfikir akan mendapatkan Syafitri yang baru saja putus dari
kekasihnya, mungkin ia butuh waktu untuk menyendiri untuk mengobati lukanya, di
samping juga Shabir tidak punya handphone untuk menghubungi Fitri, jadi ia
tahan dulu rencananya untuk menghubungi gadis tersebut sambil ia mengelus dada,
“hmmmmmmmm.....”
Pada suatu malam keponakannya
datang berkunjung kerumahnya, iapun meminjam handphone pada keponakannya itu, iapun
segera menelfon Syafitri.
Tuuuth... tuuuuth... tuuuuuth...
Tidak lama
kemudian telfonnya di jawab,
“Assalamualaikum.. Halo.. ini siapa ya..”
Suara indah merasuk kedalam syaraf telinga, Shabir
pun terpaku, ia tak mampu untuk mengeluarkan sepatah kata, kegugupan melanda
dirinya, gemetar seluruh tubuhnya, pelan-pelan ia melepas suara:
“A’..Aa’..Akuu..meng..ganggu g’.. ??” tanya Shabir,
kegugupannya sangat dahsyat, pipi memerah karna malunya, keringat terlihat
mengucur di keningnya, hingga iapun lupa menjawab salam dari Syafitri.
“G’.. kok, tapi ini siapa dulu makanya??” Syfitripun
mengulangi pertanyaan nya.
“Masak g’ kenal sama suara saya.??” ujar Shabir
berusaha mengingatkan suaranya yang selalu di dengar gadis itu setiap hari di
sekolah.
“Kayak suaranya Shabir, ini benar Shabir kan.. ??”
tanya Fitri meyakinkan.
“Ya..”
“Ooooh.. ada apa emang nya.. ??”
“G’.. aku Cuma mau menanyakan sesuatu aja pada mu”
“Ya.. mau menanyakan hal apa ??”
Seorang anak
muda yang belum pernah sama sekali mengungkapkan perasaannya kepada wanita,
kini ia memberanikan diri untuk melakukan hal itu, tampa harus di dasari dengan
pendekatan terlebih dahulu, ia rasa pendekatan di sekolah sudah cukup untuk
saling mengenal satu sama lain, dan Shabir telah melihat Safitri setiap hari di
sekolah, dia kelihatan baik, pendiam. Dan kini saatnya ia mengungkapkan
perasaannya meski lewat perantara handphone pinjaman, dan ia pun memulai perkataannya:
“Fit..Fitri.. A’..Aaku mau daftar sekolah, apakah
ada meja yang tersisakan untuk ku ??” ungkapannya sedikit mengalihkan topik,
tujuannya agar tidak terlalu malu di kala ungkapanya di tolak, ia mengira bahwa
sang gadis tidak mengerti dengan pertanyaannya itu, dan Syafitripun menjawab.
“Ada kok.. malahan banyak” jawab Fitri sambil
senyum-senyum simpul, Shabir pun tercengang, ia kira Fitri memang tidak
mengerti atas apa yang ia maksudkan, iapun melanjutkan pertanyaanya.
“Tapi ada g’ siswanya.. ??” ia sudah sedikit tenang
di karenakan jawaban Fitri yang sedikit terlihat bahwa ia sudah di berikan
celah untuk masuk.
“Ada.. tapi sudah pada lulus semua...”
“Jadi bisa g’ aku masuk di situ ??”
“Bisa..”
Shabir pun semakin tercengang, ia mengira semua
jawaban Fitri itu di sebabkan ketidak pahaman atas pertanyaannya, ia pun
bertanya kembali untuk memastikan apakah benar ia paham atas apa yang di
maksudnya selama ini.
“Tapi kamu ngerti g’ maksud ku..”Tanya Shabir pada
gadis tersebut.
“Ia aku ngerti kok maksud mu, kamu mau jadi
yaaaaaaa... gitu deh pokoknya..” jawab Syafitri malu untuk menjelaskan apa
maksud dari pertanyaan anak muda tersebut. Dan hati anak muda itu seakan akan
melayang rasanya, seolah-olah di dalam hatinya berkata ”yes.. akupun berhasil mendapatkan mu”. Di tengah-tengah kegembiraan yang tk terhingga itu, ia
pun berkata.
“Ya.. kalok gitu aku boleh memperjelas kata-kata ku
yang tadi..”
“Ya... boleh..”
“Ka..Kamu mau g’ jadi sahabat dalam hidup
ku/kekasih hati ku ??” perjelas Shabir dan gadis itupun menjawab.
“Ya.. aku
mau jadi kekasih mu”
Lega sudah hatinya setelah perasaannya yang ia
pendam selama ini, ia bisa ungkapkan dengan keberhasilan, Shabir pun fakum
sejenak di karenakan kegembiraan dalam hatinya yang tiada tara itu, ia seperti
seorang yang baru saja memenangkan lomba lari maraton yang begitu membuat
jantung terasa berdetak kencang dan setelah orang itu memenangkan perlombaan
tersebut, lalu orang itu melompat-lompat kegirangan sambil mengangkat-ankat
tangannya sambil mencium mendali keberhasilan. Seperti itulah kiranya anak muda
itu saat Fitri menjawab “ia” kepadanya. Di tengah-tengah kegembiraan yang tiada
tara itu, sabhirpun memecahkan suaranya.
“Kalok gitu... mulai sekarang aku mau panggil kamu
apa..??”
“Mmm... Mau panggil apa aja terserah dirimu saja”
“Kalok gitu.. aku panggil kamu sayang boleh ??”
“Boleh.., apa saja boleh untuk mu..” suara Fitri
begitu senang di kala Shabir berkata begitu, kegembiraan terdengar di suaranya.
Di dalam jiwa yang membara, seorang Shabir telah
berhasil menaklukan cinta seorang gadis, cinta yang ia mimpikan selama ini,
hendpone pinjaman membawakan suatu berkah kedalam dirinya.
“Ya sudah.. kalok gitu handphone ini mau di ambil,
aku g’ punya handphone, akan tetapi lain kali aku hubungi kamu lagi, udah dulu
ya, assala mualaikum..”
“wa
alaikumussalam..”
Shabir tidak tau bahagianya datang dari mana malam itu, dan ia berkata
dalam hati kecil nya “sungguh ini adalah
malam yang paling bahagia dan paling indah seumur hidup ku”.
Sang Penyemangat
Seorang anak muda telah menemukan
jati dirinya, wanita yang ia sebut-sebut di setiap lembaran buku nya itu telah
ia raih, dan gadis itu mulai memahami isi dari buku yang telah di bacanya dulu.
Shabir pun semakin semangat untuk pergi kesekolah, yang dulunya ia sering telat
berangkat kesekolah, sekarang ia tidak pernah telat lagi utuk pergi kesekolah,
seorang Shabir yang dulunya adalah
seorang yang pemalas, sekarang ia menjadi rajin belajar, ia berubah 100% dari kehidupannya
yang sebelumnya.
Hari-hari semakin berwarna dalam diri Shabir , sampai akhirnya ia
membeli sebuah hendphone untuk menghubungi sang pujaannya Safitri, sejak itu ia
semakin sering untuk saling contak,
kapan saja dan di mana saja, akan tetapi Shabir ingin membuktikan kepada teman-temannya,
begitupun dengan pacarnya, dan kedua orang tuanya, bahwa ia sudah berubah dari Shabir
yang dulu pemalas kini menjadi lebih
rajin, dan iapun ingin membuktikan kepada Fitri bahwa dengan kehadirannya telah
membawakan dampak perubahaan yang besar dalam dirinya. Ia selalu meluangkan
waktunya untuk membuka buku dalam keadaan apapun walau yang semestinya ia tetap
di temani oleh kekasihnya lewat telfon sambil belajar, selsai solat ia selalu memohon
do’a kepada sang kuasa, “Ya allah,
berikanlah kepada hamba sebuah petunjuk, agar hati ini selau terbuka untuk
selalu memahami semua ilmu-ilmu mu....”
Kehadiran Wirna Syafitri dalam dirinya membuat Shabir menjadi termotifasi, Syafitri menyemangatkan
hidupnya yang dulunya gemerlap hitam dan kini telah berubah menjadi penuh
warna, bagi seorang Shabir punya kekasih
yang satu kelas itu merupakan hubungan yang sangat menggembirakan, di karenakan
ia bisa saling mengawasi, bertemu setiap hari, saling pandang setiap hari, dan tentunya
ia bisa saling menyemangati dan saling bersaing dalam bidang ilmu apapun. tapi siapa mengira di balik semua yang di fikirkan
oleh dirinya itu akan menjadi sebuah teragedi dalam dirinya, pacaran sekelas
tak seindah yang ia bayangkan.
Hari-hari berikutnya hubungan mereka masih baik-baik saja, pada minggu pertama
hubungan itu berubah menjadi kecemburuan, kecurigaan di iringi pertengkaran
entah oleh masalah kecil ataupun besar, Shabir cemburu terhadap salah seorang temannya yang selalu
mendekati Syafitri, itu yang menyebabkan hati Shabir tergoyahkan, dan rasa takut akan kehilangan
Syafitri semakin mendalam, siapa menduga seorang sahabat sejati bisa menjadi
musuh dalam selimut dalam diri Shabir . Rasa sayang Shabir kepada Syafitri sangatlah dalam, akan tetapi
Syafitri tidak pernah mengerti dengan perasaan seorang kekasih yang selalu
berada di hadapannya, sampai suatu ketika Shabir memberikan peraturan pada diri Syafitri
kekasih nya, ia (Syafitri) tidak di izinkan bermain dengan laki-laki apalagi
sentuh-sentuhan, dan di saat jam pulang sekolah harus di boncengi oleh Shabir ,
dan Syafitripun setuju dengan peraturan yang di berikan kekasihnya itu, akan
tetapi peraturan itu Ia jalani hanya sementara, di dalam diri Shabir tersimpan sikap yang begitu egois, iapun tak
mengerti dengan diri Syafitri, dan Syafitripun tidak mengerti dengan diri Shabir
, walau begitu tak terasa beberapa bulan
ia lewati bersama, meski dalam diri Shabir tersimpan rasa sakit, sedikit demi sedikit
rasa sakit melukai hatinya, smaster ganjil sudah menanti di sekolah, sebentar
lagi naik ke kelas XI, masalah demi masalah yang menimpanya dapat ia lewati, Shabir
tak pernah putus asa untuk belajar, ia
juga ingin mewujudkan do’a nya untuk membuktikan kepada teman-teman nya bahwa ia bisa seperti teman-teman yang lain.
Sampai di hari pembagian raport,
akhirnya perjuangan sang Shabir membuahkan hasil yang begitu memuasakan dalam
diri Shabir pribadi, meski ia
mendapatkan peringkat ke 2 dari yang ke 28 siswa di kelasnya, di samping
mengherankan semua teman-teman nya di samping itu pacar nya menjadi bangga pada
nya, ia tidak terlalu pintar, namun bisa mengalahkan teman-teman yang lebih
pintar darinya.
Hari-hari terus berlanjut, tak
terasa bulan ramadlan akan segera tiba, dan dua hari sebelum puasa, sekolah
mengadakan penyambutan HULTAH NWDI di Anjani, seharian tampa bersama Syafitri ,
Shabir tiada teman yang menghiasi hari,
hanya teman sejati yang menemani hati yang sepi tampa Syafitri.
Malam tiba, adzan magrib meramaikan
suasana di Anjani, lampu-lampu menyala di pinggiran jalan, banyaknya orang
berdagang memadatkan jalan, mata selalu mencari-cari sosok sang kekasih hati,
namun terasa sulit untuk menemukan nya di
tengah keramaian yang tiada sela mata memandang. Di saat malam telah
mulai larut, keramaian orang yang datang pun semakin memadat karna besok akan
ada pengajian sang ulama’ makkah, di saat kepala hendak terjatuh untuk
tertidur, mata yang baru saja terpejamkan, tiba-tiba panggilan masuk ke
handpone nya, dan mengabarkan bahwa Syafitri telah pingsan di tengah-tengah
keramaian, dan sekarang ia ada di aula, seorang Shabir yang panik akan kekasih nya, bergegas berlari
mencari nya, namun di Aula tersebut nampak gelap, hanya cahaya lampu yang masuk
ke dalam nya, banyak nya orang membuat Shabir koalahan untuk mencari Syafitri dan ia tak
menjumpai nya. Ke esokan harinya, pagi menyilaukan mata, dan Shabir langsung mandi dan mencari Syafitri kembali ke
aula, dan akhirnya ia temukan Syafitri di situ duduk ke arah timur dan
semua uang termsuk handpon nya pun
hilang di ambil orang, dan Shabir memberikan sedikit bekal untuk sang kekasih,
meski harus membagi setengah uang belanjanya, namun karna cinta dan sayang nya
seorang Shabir membuatnya tak pernah
berfikir apa pun, Shabir memberikanya
dengan penuh kasih sayang layak nya ia menafkahi seorang istri.
Hari-hari di anjani telah ia
lewati,hari-hari di sana membekaskan kenangan yang tak terlupakan bagi nya, dan
tak terasa libur menyambut bulan ramadlan telah tiba, usai pembagian raport,
bulan ramadlan yang penuh berkah ini membawakan sejuta kebaikan, di mana ia
tidak pernah bertengkar lagi dengan kekasih nya Syafitri karna handpon nya yang
hilang kemarin.
Kini suara orang yang minta amal di
setiap surau meramaikan suasana di telinga, jama’ah solat taraweh memenuhkan
surau, setiap malam keluar ngaji ke penjuru surau , hanya mengharapka ridho
dari sang ilahi pada bulan yang suci ini, dan pada suatu malam ia mengaji ke
surau daerahnya Syafitri tinggal, dan ia temukan Syafitri mengaji di situ
sedang duduk di dekat orang yang asing bagi sang Shabir , ia duduk berdampingan
dengan seseorang laki-laki itu yang di
mana laki-laki itu ternyata kerabat Shabir sendiri yang dari luar negeri(Dumai) baru
pindah ke lombok yang namun ia tak ketahui, hati Shabir merasa tertekan melihat dia di samping
laki-laki itu, akan tetapi ia tidak pernah memikirkan hal yang lain-lain
tentang mereka berdua.
Hari libur telah usai, saatnya
masuk sekolah, hari demi hari Syafitri kalihatan berubah, ia kelihatan menjauh,
dan merasa takut di saat ia pulang bersama, hal ini tidak biasa dalam diri
Syafitri, dan ada tulisan singkat besar di bangku nya yang sulit untuk Shabir pahami, apa makna dari tulisan tersbut , dan
ia selidiki apa maksud dari tulisan itu, akan tetapi ia tidak berfikir Negative
tentang tulisan itu, dan pada suatu hari di saat ia berangkat kesekolah, Shabir
bertemu dengan keponak an nya Arti, ia
tinggal sekampung dengan kekasih nya Shabir ,Arti merupakan kakak kelas dari Shabir
,kebetulan ia temui jalan kaki pas
berangkat ke sekolah,dan dia bertanya
pada diri Shabir :
“Paman..
masih g’ kangen ama Syafitri.. ??” Kata Arti dari belakang sambil di
bonceng oleh Shabir
“Ialah.. aku
sayang banget sama dia..” Saut Shabir dengan penuh kejujuran dari dalam hatinya,
“mmmm....”
Arti menjawab singkat
“emangnya
kenapa.. ??”
“mmm..
g’ ada paman..”
“ooooh...”
di suatu hari, ruang kelas sepi
karna semua orang telah keluar untuk mengambil air wudu’ ,hanya Shabir seorang yang sedang memasukkan bukunya kedalam
tas, tiba-tiba Syafitri masuk ke dalam kelas tak biasa, katanya ia ingin
berbicara sesuatu padanya,mereka duduk di pojok timur dan Syafitri berkata pada
Shabir :
“kamu
beneran g’ sayang sama aku.. ??” kata dia
sambil keliatan sedih seperti ada masalah dala dirinya,
“ya..
aku sangat menyayangi mu, lebih dari apapun juga..” jawab Shabir dengan jujur , Syafitri berkata:
“tapi
jika aku punya kekasih lain selain kamu, apakah kamu akan tetap menyanyangi
aku.. ??”
hati Shabir terkejut, dan membuat nya bertanya-tanya
di dalam hati nya, “apa maksudnya dan apa mau nya, apa dia ingin mutusin aku”.. kata hati nya pemuda itu ..
dan anak muda itupun berkata pada Syafitri:
“jika
kamu punya pacar selain aku, aku kan mengikhlaskan mu untuk dia, ku biarkan
kamu bahagia bersama nya, tapi aku kan tetap mencintai kamu sampai kapapan pun
juga karna hati ini telah terikat erat pada
mu..”
Syafitri merunduk termenung, sambil
berkata:
“maafkan
aku, aku telah menghianati cinta mu, aku punya kekasih selain kamu..”
kata dia sambil mata klihatan basah akan air mata,
pemuda itu terkejut mendengarkan dia berkata seperti itu, dan berkata:
“Udah
jangan kau basahi pipi mu dengan air mata, kamu sudah bahagia sekarang dengan
kekasih baru mu, aku g’ bisa apa-apa di saat sudah seperti ini..”
Kata Shabir sambil ingin meneteskan air mata patah hati
dan mengusapkan air mata Syafitri di pipi manisnya.
Meski hati sang pemuda terasa
sakit, ini merupakan pertama kali Ia merasakan cinta di khianati dan hati sesakit itu, cinta yang
begitu tulus dan begitu suci telah mulai ternodai.
Dan pemuda bertanya lagi pada Syafitri :
“Kamu
lebih sayang pacar baru kamu atau aku.. ??” Syafitri
menjawab:
“Aku
lebih sayang kamu..” Jawab Syafitri merunduk, dan Shabir berkata lagi:
“Jika
kamu sayang pada ku, kamu pilih putusin aku atau dia, jujur aku g’ bisa mutusin
kamu aku g’ ingin putus dari mu, tapi jika kamu milih dia, silahkan putuskalah
saja aku..”
Kata Shabir sambil terharu di dalam hati dan merendahkan
diri kepada Syafitri,Syafitri menjawab:
“Aku
sayang pada mu, aku tidak ingin jauh dari kamu, aku janji akan memutuskan
dia..” Kata Syafitri dengan jelas, Shabir bertanya lagi pada Syafitri:
“Siapa
sih pacar baru kamu .. ??” ia menjawab:
“Iswandi
kerabat kamu yang dari dumai itu..”
“Ooooooh
pantes.... “
Ia mengangguk kan kepala , rasa
kecewa tumbuh di dalam hati namun di dalam diri Shabir telah merdeka karna dia lebih terpilih dari
pacar barunya itu, sambil mengajak dia untuk keluar mengambil air wudu’ solat
berjama’ah di aula sekola bersama teman-teman yang lain.
Kini malam yang terasa dingin di
kulit, namun hati memaksa untuk pergi kaluar mengaji, malam sekitar jam 12,
satu pesan masuk, tampa nama yang ternyata dari Syafitri,
“yank.. lagi kangen , datang yuk, aku tunggu di pinggir jalan”
Tampa sepatah alasan apa pun pemuda
itu lansung datang untuk bertemu dengan Syafitri, mereka bebicara berdua, niat
jahat yang menyelimuti hati seorang pemuda yang pertama kali ketemuan itu
berkobar di dalam hati, namun hati sanu bari yang telah tersiram mutiara hadits
setiap pagi di pondok pesantren mampu mengalahkan hawa nafsu, Shabir sayang pada Syafitri dan ia tidak ingin
merusak kehormatan dal diri Syafitri karna dia bukan mukhrim nya.
Setelah beberapa menit ngobrol berdua an di situ,
Syafitri berkata kepada nya:
“Udah
ya.. kita pulang, aku takut entar ada fitnah di antara kita berdua, aku juga
sudah ngantuk”
Syafitri salaman dengan anak muda, Shabir
pun beranjak pulang dan meninggalkan
satu kenangan terindah lagi dalam hidupnya, dinginya malam tak ia hiraukan demi
cinta seorang kekasih, untuk melepaskan rasa rindu di hati seorang pujaan hati
dingin nya malam ia tabrak, dan segalanya tak di perdulikan.
Puasa.. , puasa yang sangat
meninggalkan jejak memory yang indah bersama Syafitri, kini suara takbir
berkumandang di sela-sela suara petiran dinamit yang di kerahkan para remaja,
langit di hiasai bunga api, jala-jalan di hiasi lampu jalan, sungguh tak
terkalahkan meriahnya di bandinkan di kota rasanya, mengelilingi dusun,
melewati perumahan, merayakan pestival takbiran dari berbagai dusun, termasuk
dusun.
Setelah lebaran usai, malam nya Shabir
akan pergi berkunjung kerumah bibiknya di Sukaraja
bersama bapaknya, dan kebetulan ia bertemu dengan pujaan hatinya Syafitri di
sana, dia sedang membeli semangkuk bakso, namun anak muda itu sengaja tak melihat karna menghargai akan
rasa malu seorang kekasih. Ia hendak mengirim seutas pesan padanya, namun Ia
ingat bahwa handpone Syafitri telah hilang, ia mau keluar namun ia malu, Shabir
terdiam di dalam, tiba-tiba satu pesan
masuk dari Syafitri, dia nyuruh anak muda itu untuk keluar, mereka berdua
bertemu di luar, Syafitri berkanta pada pemuda:
“Kok
kamu keliatan jutek gitu sih,..??”
“Ndak..
ini memang rupa aku.. “ Ia
menjawab sambil cemberut, dan Syafitri bertanya kembali:
“Memangnya
ada masalah ya.. ??”
“Tidak
kok, ..”
“Ya
sudah, aku pergi dulu ya.” Kata Syafitri padanya, sambil ia ulurkan tangan nya
hendak bersalaman.
Hari libur telah usai, hari-hari di
kelas XI telah berlalu, sekarang hidup baru di kelas XII, hari-hari di kelas
XII semakin berubah, Syafitri yang dulu pendiam berubah menjadi banyak bicara,
dan tak memperdulikan si anak muda layaknya bukan siapa-siapa bagi dirinya, dia
semakin kegenitan, dan pandangan nya pun hilang untuk Shabir , rasa malu yang Shabir
pendam pada Syafitri membuat nya
gemeteran untuk menulis de dapan, saat di suruh menulis oleh guru nya di
papan,kini kata sayang lewat handpon sudah tidak ada lagi karna handpon nya
sudah tidak ada lagi,sejak itu Syafitri berubah sedikit demi sedikit pada Shabir
, dan Shabir memberikan sepucuk surat
untuk Syafitri, surat tertuliskan tinta hitam, rasa sayang seorang Shabir tertumpahkan di dalam surat itu, rasa rindu
meski bertemu setiap hari tak memuas kan hati nya, dan rasa kecewa, selurunya
ia tuang di dalam surat itu, rasa sakit hati yang selalu ia terima setiap hari,
dan Arjuna sahabat Shabir sendiri
kelihatan sering mendekati dan bermain dengan Syafitri, Shabir tau betul sikap Arjuna, karna mereka telah
bersahabat sejak ia masih kelas VIII SMP dulu, ia sombong, suka mempermainkan
wanita dan sering mencela orang lain, rasa cemburu dan rasa takut akan
kehilangan Syafitri akan di ambil oleh sahabat nya sendiri mengeram di dalam hati nya.
Surat yang tak ada balasan, Shabir semakin curiga dengan diri Syafitri,kata-kata
merendahkan diri tertumpahkan di lembaran surat, seolah-olah tak ada cinta lain
bagi Shabir di lembaran surat itu, ia
layaknya seorang pengemis yang butuh belas kasihan yang membuat Syafitri
menjadi sombong terhadap nya.
Pada suatu malam, pesan masuk di handpon nya Shabir
,
“Mlm..”
Pesan singkat terlintas,
“ini
siapa ya..?”
balas Shabir , pesan masuk lagi :
“cewek
lah..”
Shabir membalas pesan itu lagi:
“cewek......,
nama kamu siapa ?”
tanya Shabir sambil merasakan hal yang amat berbeda di
dalam hatinya, ia sudah menebak bahwa itu Syafitri kekasih nya, rasa rindu yang
amat mendalam menyelimuti hati nya, dan pesan masuk lagi:
“nama ku
Ayat, nama kamu siapa..?”
ia menjawab dan bertanya kembali kepada Shabir ,
dan Shabir membalas pesan nya:
“Ayat.. ayat apa an, ayat suci al-qur’an..?”
Tanya Shabir sambil bercanda, dan Shabir langsung bilang:
“Kamu
Wirna Syafitri kan, kenapa kamu tega membohongi ku seperti ini ”
Shabir bertanya kepada nya dengan nada kecewa, pesan
masuk tiba lagi:
“Apa
maksud mu , aku Ayat.”
Jawab Syafitri bohong kepada Shabir , Shabir pun menjawab :
“Jangan
bohong, kau tak mampu membohongi hati ku, karna hati ku berkata lain di saat
pertama kali aku membaca pesan mu ini.”
Kata Shabir sambil mempertegas keyakinanya, dan akhirnya
Syafitri mengakui semuanya,
“Ia..
aku ini Fitri, maaf jika aku membohongi mu.”
Jawab Syafitri,
Shabir membalas pesan nya lagi:
“Kenapa
kamu lakukan hal ini, aku sangat menyayangi kamu, rasa rindu yang tak dapat
lagi aku bendung, kenapa kamu melakukan ini pada ku, kamu g’ ingin aku tau
kalok kamu telah punya handpon dan kamu tak ingin aku tau nomor kamu ..?”
Kata Shabir kepada Syafitri dalam pesan, kini Shabir semakin sering menelfon Syafitri, namun g’
seperti dulu, setiap hari dan setiap waktu, kini hati Shabir semakin terbelenggu, rasa curiga dan
kehawatiran nya kepada Syafitri pun semakin terpendam.
Dan sekarang tak terasa hampir
empat bulan sudah Shabir duduk di bangku
kelas XII dan tak terasa pula sudah lima bulan ia menjalani hubungan dengan
Syafitri, namun hari demi hari di kelas XII Shabir semakin berubah, yang dulunya ia tidak sering
telat kini ia mulai belajar untuk telat kesekolah, belajar tak lagi serajin
dulu, karena rasa sakit hati telah menodai hatinya dan mematahkan semangat nya,
namun walau sakit hati selalu Shabir tarima dari Syafitri, namun Shabir selalu berkata kepada dirinya sendiri “bahwa ini merupakan cobak an dalam meraih
cinta sejati, meski jalan yang aku tempuh saat ini adalah begitu tajam, namun
aku kan tetap jalan di atasnya, karena aku yakin pasti ada kebahagiaan di balik
semua ini yang namun tuhan lagi mengatur rencana untuk ku ”.
Dan tak terasa, kini telah tiba
bulan Agustus, di mana hubungan Shabir dan Syafitri telah beranjak yang ke enam
bulan, di bulan Agustus ini merupakan bulan di mana negara indonesia ini
merdeka, dan kini telah tiba tanggal 17 Agustus, suasana yang begitu ramai,
anak-anak pawai menghibur hati gelisah, dagang-dagang berserakan, dan Shabir membelikan kalung untuk pujaan hatinya
Syafitri, meski kalung itu harganya murah, namun itu sangat bermakna bagi Shabir
, Shabir ingin menyenangkan hati seorang
kekasihnya, dan ingin mendekati Syafitri.
Dan kini telah tanggal 25 Agustus
2013, hari yang begitu ramai di dalam kelas, teman-teman berlarian di dalam
kelas menantikan kedatangan guru yang akan mengajari mereka, Shabir hanya terdiam di bangkunya, kelihatan gelisah,
dan hati yang begitu terpukul, terpuruk dan terbelenggu, ia hanya merunduk di
bangkunya sambil ia menulis isi hatinya di lembaran-lembaran buku, tak lama
kemudian, suara sepatu mendekati kelas.
Tek.. tek.. tek.. tek..
“Ikhtirooooooooooom.......
hayyuuuu....”
“Assalamualaikum..
wr.. wb..”
“Wa
alaikumussalam.. wr.. wb..”
Ucapan hormat yang di berikan kepada seorang guru,
namun Shabir terdiam, mulut yang malas
terbuka, dan mengucap salam di dalam hatinya, semuanya duduk rapi tampa suara, Shabir
mengelus di dalam dada, belajar pun tak
terasa nikmat, pelajaran sosiologi yang membahas tentag makhluk sosial, guru
telah banyak menjelaskan mata merah mengantuk,siswa yang kelihatan bosan,
tiba-tiba guru nya bertanya kepada semua siswa.
“Adek-adek ada yang pacaran dalam kelas ..??”
Sambil memandang ke semua siswa termasuk Shabir yang kelihatan gelisah tak tentu.
“Cie..
cie.. cieeeeee.....”
Sorotan mata memandang ke arah Shabir dan Syafitri, mereka berdua hanya bisa terdiam
dan merunduk malu,
“Yoh..
yoh.. yoh.. memang nya ada apa dengan mereka berdua, ?”
Tanya seorang guru sambil mencari kepastian, semua
terdiam, tak mengeluarkan uacapan apapun,
“Ya..
aku ngerti adek-adek, kita memang boleh pacaran, namun jangan kita mencari
pacar yang sama kelas nya kita, itu yang membuat kalian menjadi merasa tertekan
dan merasa malu di saat kalian maju ke depan, dan lain sebagainya, sebaiknya
nanti pas selsai sekolah baru di lanjutkan lagi hubungan nya..”
Shabir terdiam merenung kan kata-kata guru nya, ia
berfikir bahwa kata gurunya itu benar juga, Syafitri juga terdiam, hal yang
sama ia fikirkan,
Tetttttt... teett....... teeeett..
Lonceng keluar main telah di
bunyikan, dan Syafitri keluar dengan sahabat-sahabat nya, Shabir melihat Fitri sedang berbicara dengan sahabat
nya yaitu Ros, Martini,Mariana dan Ani. Shabir sering curhat tentang Syafitri kepada salah
seorang sahabat nya yaitu Ani, dan Shabir menghampiri mereka, dan memanggil Syafitri,
“Fitri..
aku mau ngomong sama kamu..”
Kata Shabir melihat Syafitri, dan Fitri hanya tersenyum, Shabir
bingung tak tau harus memulai
pembicaraan dari mana, ia gugup dan tak tentu pembicaraan nya yang keluar,
tiba-tiba ia berkata kepada Syafitri :
“Syafitri... kamu juga dengar kan kata pak
guru tadi, kata pak guru itu benar Fitri, berhubungan sekelas itu membuat kita
menjadi malu untuk maju ke depan kelas,..”
Kata Shabir kepada Syafitri dengan nada yang kaku dan
gemetaran, Fitri hanya merunduk mendengarkan perkataan Shabir , dan Shabir melanjutkan ucapan nya,
“Fitri...
kayak nya hubungan kita,........”
Pembicaraan Shabir terpotong oleh Fitri secara tiba-tiba,
“Ia aku
tau, kata pak guru tu benar, memang hubungan dalam kelas itu tidak bagus, dan
sebaiknya kita lanjutkan saja nanti ketika kita dah selsai sekolah dari sini,”
Kata Fitri kepada Shabir , Shabir bingung “maksudnya apa, apa dia ingin putus”,
tangan yang berada di dalam saku celana di keluarkan, kalung itu tak jadi di
keluark kan mendengar kata Syafitri tadi, hati berdetar kencang, rasa takut di
iringi gemetar di dalam hati, Shabir terdiam merenung kan kata-kata nya Fitri tadi.
“Dan
apakah kita akan putus Fitri.. ??”
Tanya Shabir dengan hati yang gemetar kencang, seolah-olah
memompa darahnya naik ke atas kepalanya, Syafitri terdiam, Shabir sudah tidak tau harus berbicar apa lagi, dan
Fitri menjawab pertanyaan nya:
“Ia...
kita istirahatkan hubungan kita dulu, nanti kita lanjutkan kalok kita sudah
selsai UN jika kau masih mencintai ku..”
Ucap Syafitri kepada Shabir .
Hati Shabir berguncang seakan-akan kehilangan kendali,
keringat mengalir di kening, ia hanya bisa berdiri menyepi, dan Ia berkata
kepada Syafitri:
“Dan
siapakah yang memutuskan hubungan ini Syafitri, aku tidak bisa memutuskan
seorang perempuan, apalagi seorang yang aku sayang seperti kamu ini, jadi siapa
yang memutuskan hubungan kita ini duluan Fitri..??”
Syafitri terdiam kembali, air mata yang hendak
menetes di pipi nya Shabir yang namun ia
tahan, muka yang memerah, telinga yang memanas, hati yang begitu terasa sesak,
dan Fitri berkata kepada Shabir :
“Bukan
siapa-siapa yang duluan, hubungan ini kita putuskan bersama-sama,”
Syafitri kelihatan kecewa, Shabir berkata:
“G’ aku
tidak pernah memutus kan hubungan ini,aku sayang akan diri mu, jadi engkau yang
duluan memutuskan hubungan ini Fitri..??”
Kata Shabir kepada Syafitri,
“Udah..udah..
kita jalani saja untuk sementara waktu, aku juga g’ ingin putus dari mu dan
kamu juga g’ ingin putus dari ku, tapi
kita jalani saja untuk sementara waktu, nanti kita lanjutkan hubungan kita ini
pas selasi UN,tapi jika kamu masih mencintai ku..”
Syafitri memberikan sebuah harapan untuk Shabir ,
meski bagi Shabir ini hal yang berat
baginya namun sepucuk harapan melepaskan nya dengan penuh harap, dan ia
mengeluarkan kalung yang telah ia siap kan untuk memberikan nya kepada
Syafitri, dan memberikan nya untuk pujaan hatinya itu,
“Fitri...
jika memang benar hubungan kita sampai di sini, terimalah kalung ini untuk mu,
sebenarnya aku mengajak mu ngomong ke sini, hanya hendak memberikan ini pada
mu, aku akan selalu menyayangi mu seumur hidup ku Fitri..”
Fitri bertanya lagi:
“Buat
apa ini.. ??”
Tanya Syafitri sambil melihat kalung itu, dan Shabir
menjawab:
“Itu
sebagai bukti kalok kita pernah putus dan itu juga akan menjadi saksi bahwa
kita akan kembali lagi, tapi aku mohon pada mu Fitri sayang ku, meskipun kita
putus ,tetaplah pulang sekolah bersama ku.”
Ia terdiam dan pergi,dan masuk kekelas dan mengasi
tau semua sahabatnya bahwa dia telah putus hubungan dengan Shabir , semua mata
memandang kearah nya, kecemberutan terlihat dari muka sahabat Fitri. Kini telah
lenyap cinta seorang remaja yang pertama kali mengenal cinta itu, rasa
penyesalan tertuang di dalam hatinya, begitupun dengan Syafitri, hubungan yang
terputus tampa di duga-duga, hati terluka karna kecewa, impian Shabir kini telah terhancurkan.
Sepulang dari sekolah Shabir mengajak Fitri untuk pulang bersamanya, dan
dia mau pulang bersama nya, meski wajah cemberut tegambar di wajah Fitri, Shabir
terdiam dan menyempatkan berbicara,
“Fitri...
aku menyesal, dan aku terpukul, aku tersiksa akan keputusan kita tadi, aku
ingin kita kembali saat ini juga..”
Fitri merunduk kecewa dan menjawab perkataan nya:
“Jangan
sekarang, jangan besok ataupu lusa, bukan kah kita telah berjanji tadi kalok
kita akan kembali lagi nanti pas selsai UN, mulai sekarang aku tidak akan pacaran
lagi sampai aku tamat sekolah dari sini.”
Kata Syafitri kepada Shabir ,
Kini hari-hari ia lewati, tampa ada
gairah dalam hidupnya lagi, hari-hari yang dulu tak pernah telat datang ke
sekolah kini di penuhi dengan ketelatan setiap pagi, yang dulunya dia itu anak
yang rajin belajar, tapi kini telah berubah menjadi anak yang begitu pemalas
dan begitu nakal, prestasi yang ia dapatkan kini telah berubah menjadi
prustasi, akan tetapi ada satu perkataan Fitri yang ia pegang bahwa dia g’ akan
pacaran lagi sampai dia lulus nanti, itu membuatnya menjadi penuh harap pada
Syafitri, meskipun ia telah tak ada hubungan apa-apa lagi, ia tetap saling
menyayangi selayaknya seorang pacar.
Hari-hari
silih berganti, minggu demi minggu ia lewati selayaknya orang yang masih ada
ikatan, dan pada suatu ketika, Shabir hendak menelfon Syafitri,
Tuuuuth.....waiting.. tuuuuuth.....waiting..
tuuuuuth.... waiting..
Telfon yang tidak di angkat, ia lagi telfonan entah
dengan siapa Shabir pun tak tau, rasa
sakit semakin bersarang di dalam hatinya Shabir , ia mencoba untuk menelfon
Fitri lagi.
Tuuuuth.....waiting.. tuuuuuth.....waiting..
tuuuuuth.... waiting..
Sama saja, sampai beberapa kali ia menelfon
Syafitri, namun tidak pernah di jawab, hati Shabir merasa tak karuan, kini terik matahari yang
tak terasa di kulit sang anak muda yang sesak hatinya karna seorang wanita yang
ia cintai kini tak memperdulikan nya lagi, ia mencoba menelfonya lagi,
Tuuuuth.....waiting.. tuuuuuth.....waiting..
Dan akhirnya di angkat juga,
“Halo....
kamu bicara dengan siapa jak, kenapa kamu tega mengabai kan panggilan ku,
mengapa kau lakukan hal itu...”
Kata Shabir sambil melemah begitu kepada Syafitri, dan
Fitri menjawab:
“Tadi
aku tidak melihat kalok ada telfon mu yang masuk, tadi itu Arjuna yang nelfon,
Ia ngajak aku tuk jadi pacar nya, tapi aku tidak mau..”
Shabir terkejut, seorang sahabat nya berkata seperti
itu kepada pujaan hati nya, padahal ia tau bahwa salah sahabat nya yang jatuh
hati pada Syafitri, hati berdetak sekencang pompa, rasa sakit semakin mendalam,
dan ia kerkata:
“Gara-gara
dia kamu mengabaikan telfon dari ku Fitri... kamu senang bicara dengan nya,
kamu suka kan sama dia, kamu mau kan jadi pacarnya dia.. ??”
Tanya Shabir dengan nada yang keras, hati begitu sakit ia
rasakan, meski ia telah tidak ada ikatan, namun ia masih sangat menyayangi
Fitri, dan mereka telah berjanji pula unuk balikan di saat mereka lulus sekolah
nanti, dan Fitri pun pernah bilang kepadanya, bahwa dia tidak akan pacaran sama
siapa saja hingga ia lulus nanti, dan Fitri pun mejawab pertanyaan Shabir tadi:
“Kan
udah aku bilang pada mu, aku tidak tau kalok kamu nelfon, lagian aku pun g’ mau
pacaran sama dia, aku tau dia seperti apa, perlu mikir sepuluh kali untuk
nerima dia..”
Shabir di
bodohi oleh Fitri, dan ia pun percaya dan hatinya sedikit terobati, telfon yang
di abaikan tak ia fikirkan lagi, kata-kata Fitri tadi meyakin kan nya bahwa dia
tidak akan kehilangan Syafitri, kini seorang sahabat sejatinya telah hadir
menjadi saingan dal diri Shabir .
Kini pagi begitu gemilang, cerah, angin yang
dingin, Shabir berangkat kesekolah dan
setiba ia di sekolah, ia masuk kekelas Fitri kelihatan tak ada beban sedikit
pun terpancar di wajah nya, Shabir selalu memperhatikan sikap Fitri, mata yang
menyorot kearah Arjuna, membuat hati nya semakin tertekan, Shabir tak di perhatikan, layaknya orang yang
membosan kan bagi sorang Fitri.
Lonceng berbunyi, waktu istirahat telah tiba,
Syafitri keluar dengan para sahabat nya kecuali Ani yang terdiam di ruangan
kelas, Shabir mendekati Ani hendak
curhat kepadanya,
“An....
Fitri begitu kelihatan berubah terhadap ku sekarang..”
Kata Shabir kepada Ani, dan ia berkata lagi:
“Eeeee...
dia cerita pada ku tadi pas masuk kelas, kalok dia sudah di ajak pacaran sama
Arjuna, kok Arjuna bisa-bisanya ya dia melakukan hal seperti itu kepada diri mu
yang menjadi sahabatnya sejak dulu..”
Kata-kata yang menyakitkan, Shabir hendak merintih dalam hatinya, ia terpukul
akan semua itu, seorang sahabat sejati kini menjadi musuh dalam selimut
baginya, pujaan hatinya yang di rebut dari tangan nya, namun Shabir tetap bersabar, dan sejak itu, ia tidak pernah
mendekati Arjuna,karna dia malu terhadap sahabat dan wanita pujaan hatinya,dan Shabir
pun bertanya lagi pada Ani,
“Trus apa-apa
saja kata Fitri yang kamu dengar tadi..??”
Ani pun menjawab:
“Dia
tadi bertanya kepada kita sahabatnya, katanya sih gini, dia mengambil pendapat
dari kita semua, kemarin pernah ngajak dia pacaran kan, terus dia nanya kepada
kita apakah dia akan nerima dia atau tidak, tapi kita semua tidak setuju kalok
mereka jadian, kami tau betul Arjuna itu sikapnya seperti apa..”
Shabir bertanya lagi,
“Apakah
dia tidak pernah membahas tentang aku..??”
Ani menjawab,
“mmmmm....
di saat kita menyebut nama mu, raut mukanya berbeda sudah kayak keliatan g’
suka gitu, cemberut dan dia keluar sudah dari kelas, dan katanya sih, di saat
kita ngelarang dia untuk nerima Arjuna, dia bilang gini juga, tapi aku juga mau
sama dia, itu katanya dan kita bilang terserah kamu saja kalok gitu..”
kini hati Shabir telah di
selimuti kabut hitam, tak ada sedikit mentari pun yang masuk kedalam
nya, dan beberapa hari kemudian, ia menerima kabar bahwa Fitri telah jadian
sama Arjuna, bukan hanya Arjuna tapi Murdiyan sayah juga, teman sekelas dengan Shabir
.
Kisah cinta telah berubah, yang dulunya Shabir berfiki bahwa cinta lokasi itu sangat
menyenangkan tapi sekarang sangat menyakit kan, ia berubah, prestasi berubah
menjadi prustasi, yand dulunya tidak parnah telat kini ia sengaja untuk telat
dan bolos ketika rasa sakit di hatinya tidak dapat ia tahan. Hidup yang tentu
ini, hati seorang anak remaja kini telah di khianati, semua janji teutama semua
kta-kata Fitri untuknya telah di ingkari, dan kabar datang kembali, sekarang
dia menerima laki-laki lagi, kini pacarnya tiga, mungkin di hati seorang Fitri
tidak pernah terlintas “bahwa kekasih lama ku masih mencintai dan menyayangi ku
dan dia akan terluka jika aku melakukan hal seperti ini”, hal seperti itu tak
pernah terlintas di hati Fitri, ia hanya memikirkan kesenangan sendiri di atas
penderitaan hatinya Shabir .
Shabir menelfon Fitri,
Tuuuuuuuth.... tuuuuuuuuth..... tuuuuuuuuth.....
Tak lama, terjawab,..
“Halo..
assalamualaikum .. Fitri kekasih pujaan hati ku, mengapa kau tega melakukan hal
seperti ini pada ku, akan kah kau lupa dengan semua janji mu pada ku..??”
Fitri menjawab:
“Yang
lalu biarkan lah berlau, kini mulailah membuka lembar baru, dan mulai sekarang
aku tidak akan pernah setia lagi kepada siapa pun, karna aku berfikir setia itu
menyakitkan, laki-laki itu sama saja, ujung nya akan di khianati...”
Kata fitri, menyamakan Shabir dengan bekas pacar nya yang dulu pernah
menghianati hati Fitri, dan Shabir berkata kepada Fitri:
“Tapi
aku berbeda dengan laki-laki lain yang kamu sebut Fitri... aku sangat mencintai
dan menyayangi mu.. kenapa kau balas kan dendam mu kepada ku, aku yang begitu
setia pada mu namun kau memperlakukan ku seperti ini..”
Shabir merintih di dalam hati, menangis di dalam
hatinya dan tak pernah berfikir bahwa wanita yang begitu lugu itu mampu membuat
diri nya hancur.
“Alaaaah...
semua laki-laki itu munafik..”
Ujar Fitri dengan tegas, dan Shabir berkata:
“Apa kau
tidak mencintai ku lagi, apa kau tidak mengingikan ku hadir lagi di dalam hidup
mu..??”
Kata Shabir mengemis kepada Fitri, Fitri menjawab:
“Aku
memang masih mencintai mu, akan tetapi kau tidak ingin seperti dulu lagi, Fitri
yang dulu dengan Fitri yang sekarang itu berbeda..”
Shabir semakin terluka dengan semua kata-kata Fitri
itu, ia hendak meneteskan air mata namun ia berhasil menahan nya karna dia malu
meneteskan air mata karna seorang wanita, dan ia berkata:
“sungguh
tega kau bisa melakukan hal ini pada ku Fitri... jika kau sayang dan cinta pada
ku, kau lebih pilih pacar baru kamu itu atau aku..??”
ujar Shabir berharap jawaban yang dulu itu terulang
kembali, dan Fitri berkata:
“Aku
memilih kalian berdua, aduuuuuh... udah
dulu ya... dia nelfon ni aku di temukan menunggu..”
Tuuuuth.... panggilan di alihkan...
Hati Shabir hancur, ia mengirim pesan mengemis dan
merintih mengharapkan belas kasihan dari
Fitri namun diabaikan begitu saja, otak Shabir sedikit terganggu karna terlalalu memikirkan
Syafitri, hatinya begitu terguncang, dan ia hanya bisa ngelamun di rumah maupun
di sekolah nya.
Kini hari-hari nya Fitri lebih jauh berbeda, ia
kelihatan begitu bahagia bersama pacar barunya di sekolah, Mardian syah yang
hanya di permain kan hati nya pun sama nasip nya dengan diri Shabir , kini
Arjuna semakin rajin sekolah, ke
sombongan nya pun semakin meningkat, setiap hari dia kelihatan begitu romantis,
Shabir selalu memperhatikan seluk beluk
dari sang Fitri, namun dua teman sejati yang selalu setia untuk nya, sahabat
yang selau menasehati nya Anton dan Nurman yang membuat hati Shabir sedikit terobati akan nasehat nya. Akan tetapi
keromantisan setiap saat ia lihat, setiap hari, setiap waktu di sekolah, hati
nya begitu tertekan dan kesakitan hatinya tidak dapat di bendung lagi, dan pada
saat itu ia pun bolos sekolah, guru yang bertanya akan pergi kemana ia tidak
hiraukan, sampai rumah, raut muka yang kecewa tertera di wajah nya,ia menulis
selembar surat untuk Syafitri, ia tuangkan rasa sakit di hatinya, kekecewaan
yang begitu mendalam, hidup terasa sempit jika hati terluka. Ke esokan harinya
ia tidak masuk sekolah, ia membuat alasan bahwa dia sakit, dan menitip surat
itu di Ani sahabat Fitri, namun ia sobek tampa ia membacanya, Shabir begitu kecewa saat di kasi tau oleh Ani, ia
berharap akan belas kasihan dari hati seorang Syafitri akan tetapi yang ia
dapatkan hanya lah semakin terluka. Sekarang Shabir tidak pernah terlihat keluar dari rumah selama
satu minggu, ia hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Hati hancur bagaikan bongkahan
es yang di parut-parut sekecil salju, air mata seorang anak laki-laki itu
hendak terjatuhkan namun ia berusaha akan tidak meneteskan nya karna ia pun
menyadari bahwa dia anak laki-laki yang apabila malu jika meneteskan air mata
karna cinta itu.
Seminggu ia tidak masuk sekolah, ia hanya terdiam
dalam kamar merenungkan nasipnya itu, “betapa
malang nasip ku sebagai anak laki-laki yang baru pertama kali mengenal yang
namanya cinta ini”. Di dalam hatinya berkata sperti itu. Minggu berikutnya,
kini kesakitan di hatinya telah sedikit terobati, ia belajar menghindar dan
ingin belajar untuk melupakan Syafitri, akan tetapi perbuatan seperti itu
membuat hati Shabir semakin tersiksa,
tingkah laku Shabir hari demi hari
semakin berbeda dan berubah, ia sering telat ke sekolah, ia pun sering ngelamun
di kelas dan tidak pernah memperhatikan penjelasan dari seorang gurunya di
depan. Dan kini smester satu telah tiba,
ia pun menjawab so’al-so’al tampa pernah belajar di rumah, Shabir jawab seadanya. Setelah semester usai, hasil menjawab yang seadanya
itu pun menunjukkan hasil, ia di omelin sama ibu gurunya karna nilai pada
bidang study Geografi tidak begitu
memuaskan, setelah itu juga di panggil oleh seorang gurunya lagi di suruh untuk
remidial karna nilai nya tidak mencukupi SK (standar sekolah) pada bidang study
SKI(Sejarah Kebudayaan Islam), begitu pun juga dengan bidang study yang lain.
Ia pun masuk ke dalam kelas menarik nafas panjang... ia merenung di dalam
hatinya, ia berfikir ia tidak akan bisa naik kelas, dan tiba-tiba salah seorang
teman memanggilnya dan menyuruhnya untuk pergi kekantor kepala sekolah. Shabir terkejut, hati yang berdetak kencang, rasa
takut bergejolak di dada nya. Ia melangkah kan kakinya sangat pelan sambil ia
ngelamun, ia pun sampai di kantor kepala sekolahnya, nama kepala sekolahnya
Ust. Abdul Manan QH. SP,d. Guru yang amat Shabir kagumi dan guru yang selalu memberikan nya
nasehat setiap saat.
“Assalamu’alaikum..”
“wa’alaikumussalam..”
“ya.. ada gerangan apakah bapak hendak memanggil ananda ??” ia
merunduk kan kepala sambil berdiri, suara yang kecil lagi halus di keluarkan
dengan rasa hormat terhadap seorang guru ia berikan dan ia tidak akan duduk
selagi guru nya mengizin kan.
“silakan
duduk,...” gurunya menganjurkan dan ia pun duduk di dekat
gurunya.
“begini,
kemarin semua kepala sekolah di rapatkan di KKM PRAYA TIMUR, dan hasil
keputusan rapat kemarin kita di suruh untuk mengutus beberapa seorang siswa
untuk di pondok kan selama 2 minggu di sana. Kita di suruh mengutus dua orang
siswa dalam satu sekolah, satu laki dan satu perempuan, dan nanti sepulang dari
sana dia akan di jadikan sebagai contoh untuk semua teman-temannya di sekolah” gurunya
menjelaskan.
Shabir terdiam mendengarkan perkataan gurunya itu.
Dan ia memberanikan diri untuk mengeluarkan sebuah pertanyaan.
“dan apa
hubungannya dengan ananda pak ??”
Plaaaaak...... Ia terkejut, paha Shabir di pukulnya sambil gurunya berkata “na..... kamulah yang aku pilih di antara
siswa-siswa yang lain, karna hanya kamu yang keliata serius dalam bahasa
inggris, ada sih yang lain dari kakak kelas kamu, tapi dia kan mau tamat, jadi
kita utus dari kelas yang lain..”
“tapi
ananda g’ mampu pak sebagai contoh yang baik bagi teman-teman semua” kata Shabir
mengeluh.
“justru
itu kamu akan di didik di sana untuk menjadi bisa, dan nanti kita buat kan
surat izin dari sekolah untuk kedua orang tua kamu di rumah” ujar
gurunya dengan tegas.
Shabir merunduk merenung sejenak, ia memikirkan
apakah dia mampu melakukan perintah gurunya itu dalam ke adaan hati yang begitu
tertutup dengan tinta hitam nan gelap.
“tapi
yang wanitanya siapa pak” tanya nya pula.
“mmmmmm.....”
gurunya berfikir sejenak “ooo..
ya.. Wirna Syafitri nanti,, dia juga keliatan nya berbakat dalam bahasa inggris,
dia juga rajin datang mengikuti kegiatan extra kulikuler kursusus bahasa
inggris di sekolah, nanti kita kasi tau dia” Shabir pun terkejut mendengarkan nama itu di sebut,
seolah-olah hatinya berkata “kenapa harus dia, dia hanya akan semakin menghitam
kan fikiran ku saja di sana” ia hendak menolak namun sudah menjadi
keputusan gurunya.
“kapan
kita mulainya pak”.
“nanti
pas selesai pembagian raport semester ini”.
Shabir seorang anak muda yang lemah, yang masih saja
mengaharapkan belas kasihan dari seorang wanita yang tidak pernah berfikir akan
kesakitan hatinya itu, ia tidak pernah berfikir bahwa masih banyak lagi wanita
di dunia yang terbentang luas ini, dalam hatinya sudah tertutup oleh kabut
cinta yang begitu tebal terhadap seorang gadis, tak ada yang lebih cantik dan
yang lebih baik dari gadis itu baginya, meski bagi orang lain gadis itu
kelihatan tak begitu cantik, tapi bagi seorang Shabir tidak ada yang lebih cantik dari gadis itu
Syafitri. Meski sering kali terluka, namun rasa luka itu mendidiknya untuk
mengerti makna cinta yang sesungguhnya, bahwa dalam percintaan itu tidak
selamanya bahagia dan di penuhi dengan senyuman, orang yang kita cintai itu tak
akan selamanya menjadi milik mu, akan tetapi orang yang kita cintai itu malah
akan pergi meski kata sayang kerap kali kita berikan terhadap nya, dan kata
sayang itu juga bisa membunuh, membunuh, melemahkan segenap jiwa dan tak dapat
kita lupakan.......
Obat
Penawar Rindu
Dua masalah yang begitu berat ia
timang, ia di utus berdua dari sekolahnya, di hatinya ia hendak mengundurkan
diri, namun rasa takut akan meluntur kan kepercayaan seorang guru terdap nya,
ia pun menetapkan pilihan gurunya. Dan rasa takut akan hati seorang sahabat nya
yang hendak terluka, dan akan berburuk sangka mengenai dirinya terhadap
Syafitri pun terlintas pula di benaknya. Rasa cinta seorang anak muda terhadap
wanita itu memang tak akan terlunturkan, meski harus di bandingkan dengan
seribu banyak wanita yang lebih cantik menhiasi mata nya, hati nya tak akan
melepaskan sang gadis. Dan sepulang dari sekolah ia pun hendak makan siang
bersama orang tuanya, tiba-tiba Shabir mengatakan sesuatu yang begitu aneh
terdengar oleh kedua orang tuanya itu.
“Inaq...
bisakah kau carikan aku obat penawar hati untuk anak mu yang sengsara akan
wanita ini..??”Kata Shabir sambil merunduk malu, nasi di depan
siap di makan.
“Kalok
seperti pikiran mu, kamu selalu memikirkan wanita itu, lebih baik kamu kawin
saja dari pada sekola-sekolah ngabisin biayaya..” Ujar bapak
secara spontan dengan nada yang keras sambil ia membersihkan tangan nya hendak
makan.
“Bagai
mana kamu bisa melupakan dia, setiap hari kamu nelfo-nelfon melulu dengan
wanita itu, sampai-sampai hampir kamu lupa makan,.”Sambut ibu,
menggeretak muka marah sambil ngomelinya.
“Bukannya
begitu inaq, amaq,... aku hanya ingin tidak mencintai semua wanita, agar aku
bisa fokus ke sekolah ku saja , aku tidak ingin ada beban di hati ku, agar aku
bisa seperti dulu lagi..”
“kenapa
kamu tidak menikah saja dengan perempuan itu” ujar bapak
ngledek.
“aku
tidak ingin menikah karna belum saat nya, yang aku ingin, aku hendak fokus
untuk menuntut ilmu, dan sebentar lagi aku akan pergi di pondokkan oleh sekolah
selama dua minggu untuk belajar bahasa inggris di Peraya dan aku tidak ingin
ada beban untuk belajar di sana nantinya”katanya kecewa
sambil ia lepas kan segenggam nasi di tangan dan masuk kekamar.
Rasa malu
terhadap orang tuanya tak dapat ia pungkiri, ia terus berfikir, “apakah ujian
ini akan terus sampai aku beranjak dewasa nanti, kapan ujian ini akan berakhir,
dan apakah tujuan tuhan memberikan cobak an seperti ini”. Sekian lama ia terus
berjalan di atas duri, sakit hati telah menjadi sarapan paginya setiap waktu,
ia anak muda dan rasa sentimen masih mengalir dalam dirinya. Ibunya yang
melangkah kan kaki hendak mencarikan penawar hati kepada seseorang, ia pun
semakin merasa malu akan hal itu, nama nya tertera sebagai laki-laki yang
sungguh lemah, kalah akan wanita yang telah di ciptakan dari tulang rusuk yang
melengkung, ibunya pun pulang membawakanya obat penawar hati itu berupa sebotol
air minum dan langsung di minum nya. Dari saat itu pula, Shabir tidak pernah
melihat Syafitri lagi, ia belajar untuk tidak memperhatikan apa yang di lakukan
olehnya, hati nya sedikit lupa akan Syafitri, namun apabila ia melihatnya lagi,
rasa itu pun timbul kembali.
Tiba sudah di mana hari pembagian raport dan hari
itu pun ia akan pergi untuk di pondok kan sebagai mana perkataan gurunya. Orang
berhaluan, kesana kemari mengambil raport, ia hanya bisa melihat dan rasa takut
menggema di hatinya, dan gemetaran terasakan di tubuhnya, dan ia pun di
hantarkan raportnya oleh seorang teman sekelas. Ia tak berani untuk membuka
nya, ia takut akan perasangka hatinya itu, tiba-tiba Syafitri mendekatinya.
“kamu
dapat rangking berapa..??” katanya sambil ia keliatan sedikit ragu dan malu
untuk mengeluarkan pertanyaan itu.
Shabir terdiam, rasa malu dan rasa takut terlintas
di hatinya, ia takut akan di lihat oleh Arjuna sahabatnya yang sudah menjadi
kekasih Syafitri, ia memberanikan diri untuk membuka raportnya, dan ternyata ia
pun naik kelas juga, akan tetapi nilainya sungguh mengecewakan dari yang dulu,
kini ia mendapak peringkat ke 10, yang dulunya mendapat peringkat ke 2 kini
turun derastis sangat jauh dari yang dulu.
Dan ia pun menjawab pertanyaan Syafitri.
“aku...
aku mendapat peringkat ke sepuluh..” suaranya malu begitu sambil tak
berani memandang mata Syafitri.
Jemputan pun tiba, ia akan segera pergi ke Yanmu.
Setiba di sana, tidak ada satupun orang yang di kenalinya, semuanya di utus
dari sekolah-sekolah yang berbeda dan berpasang-pasangan. Shabir memberanikan
dirinya untuk melirik sekejap mata Syafitri, Syafitri yang duduk di sampingnya,
ia merasakan hal yang begitu berbeda, ia terasa nyaman berada di dekat Fitri,
entah apa yang di rasakan oleh Syafitri Shabir tidak mengetahuinya, Shabir
sembunyikan perasaan nya, ia tetap kelihatan menghindar dari hadapan Fitri,
akan tetapi dari kejauhan mata Shabir selalu melirik tingkah laku Syafitri.
Hari pertama di sana, sungguh sepi harinya tampa
seorang pun yang ia kenal di sekitar nya, pagi-pagi benar ia di bangunkan,
melakukan solat subuh secara berjama’ah, rasa dingin udara yang bergejolak di
sela-sela sang anak remaja yang terlantar kan akan harapan itu, Rp.100,000 yang menjadi bekalnya dalam 2 minggu di sana,
akan tetapi kelalaian nya membuat setengah dari bekalnya hilang di colong
orang, kini bekalnya hanya tinggal setengah untuk bekal selama 2 minggu.
Suara keras
nan lantang di telinganya terdengarkan dan semua mengikuti suara tersebut, itu
suara MS yang hendak memberikan kata-kata(vocabolarry) sebelum mulai sarapan.
“plate.. (piring)” kata-kata di ulang sekerap mungkin sampai semua menghafal
kata itu. Semua berbaris laksana perajurit yang hendak berperang namun layaknya
pengemis pula, wanita berbaris di sebelah utara dan pria dari sebelah selatan,
semua membawa senjata, satu buah sendok, satu buah piring dan satu buah gelas.
Semua hendak sarapan, Shabir memperhatikan Syafitri, di dalam hatinya berkata
“kamu sangat cantik bekas kekasih ku Syafitri”. Syafitri melihat pandangannya
sekilas namun menghempaskan kerinduan, semua menunggu antrian untuk di nanahkan
nasi ke piring nya, tak secukup dan tak senikmat lauk yang di rumah, akan
tetapi bagi anak muda yang sederhana itu, itupun sangatlah cukup karna di
rumahnya pun lebih kurang dari itu. Kini
giliran Syafitri, ia kelihatan begitu akrab dengan salah satu seorang MS
di sana, namanya MS Zainurridho. Shabir merasa curiga akan tingkah Syafitri, ia
di berikan bebrapa buah permen oleh kakak MS itu, dan di kulit permen tersebut
terdapat bermacam dan beragam jenis tulisan satu ba’it kosa kata, baik
berbentuk ungkapan dll, Shabir mendengr sekilas perkataan Syafitri kepada MS.
“mmm... MS, g’ ada yang bagus kata-katanya,
yang memberikan kita motivasi kek, ini apa g’ kita termotivasi” perkataan
Fitri terang di telinganya, ia merengek akan di berikan sebuah kata yang
memotivasi kan buatnya. Hati Shabir merasa sedikit tersentuh akan tingkah nya
itu.
Hati muda berkobarkan kecemburuan, meski Syafitri
bukanlah kekasih hatinya lagi, namun rasa cemburu masih tetap menggema di dalam
hatinya, walau begitu ia selalu kelihatan ceria terlihat di depan umum. Dan ia
pun memberanikan diri untuk mendekati satu teman cewek meski ia belum kenal
betul, hanya untuk melampiaskan hati.
“assalamu’alaikum..”
Shabir sedikit malu.
“Wa’alikumussalam..”
“mmmm....
oh ya... kamu udah dapat giliran sarapan ??” tanyanya.
“udah
tadi, kalok kamu jak..??”
“udah..
udah.. oh ya.. perkenalkan, nama saya Shabir..” katanya sambil
senyum kecil melirik ke arah Syafitri.
“nama
saya Inawardina, oh ya.. kamu pasangan nya Syafitri kan” tanya
nya sambil ia memandang ke arah Fitri.
Shabir pun menoleh ke arah Fitri, Fitri memandangi
nya dengan raut wajah yang amat berbeda, dengan cepat ia tarik tolehanya kepada
Fitri “mmm.. ya.. ya.. dia teman aku dari
sekolah” jawab nya suara lemah begitu.
“dia
kerap bercerita tentang engkau, katanya kamu itu bekas pacarnya.. dan akan
balikan lagi nanti kalok sekolah kalian sudah usai.. katanya..” kata Ina
kepadan Shabir.
Hati Shabir pun terketuk, ia pun berfikir bahwa “ia masih ingat akan semua janji-janji yang
dulu”.
Kini malam tiba, lampu-lampu mulai menyala, suara
adzan di mana-mana, sarung di ambilnya dan sejadah di pundaknya hendak solat
magrib berjama’ah di aula. Mata anak muda mencari Syafitri, ia tidak kelihatan
dan bertanya kepada Ina.
“mmm....
Syafitri mana ya, kok g’ keliatan..??” tanya nya.
“ooooh.. Fitri.. dia tidak solat, dia di atas”
katanya sambil menunjukkan kepada anak muda itu tempat peristirahatan
Syafitri (pondok perempuan).
Solat telah di laksanakan, kini saatnya belajar di
mulai.. ia seruang dengan Syafitri, Syafitri datang dengan raut muka bersih
tertera di wajahnya yang ayu, duduk di belakan anak muda itu, ia hendak
menulis.. sementara Shabir telah selesai menulis.
“yaaaah..
tinta polpen ku habis lagi” katanya kesel begitu, “.... ada yang punya polpen
dua g’..?” tanya nya. Namun tidak ada orang yang
memeperhatikan karna sedang menulis.
Seorang lelaki, tidak akan membiarkan anak
perempuan dalam kesulitan, dan ia pun memberanikan dirinya untuk mengeluarkan
kata-kata kepada Syafitri.
“Fitri..
ambilah punya ku ini, aku sudah selesai menulis, silahkanlah kau lanjutkan
tulisan mu itu” kata anak muda itu dengan halus lagi lembut.
Syafitri melirik ke arah nya malu-malu untuk menerimanya.
“tapi..
bagai mana dengan diri mu nantinya” tanya Syafitri.
“aku
bisa minjam di teman untuk sementara waktu, ada satu lagi polpen di bag ku,
ambilah yang satunya ini untuk mu”.
Polpen pun di terimanya, kelihatan gembira raut
mukanya, Syafitri menyimpan sesuatu yang tidak ingin di ketahui oleh siapapun,
termasuk Shabir. kini sudah usai pembelajaran pada malam itu, Shabir pun naik
ke atas gedung, rasa bahagia akan polpenya di terima oleh Syafitri, ia rela
bergantian dengan salah seorang teman akrab nya, untuk menyelamatkan sang
pujaan hatinya yang telah menjadi kekasih sahabat nya. Dari atas, terlihat
begitu indah di mata, di sana ia menulis, mencurahkan isi hatinya.
Ooooh.... malam yang begitu sunyi nan sepi, hendak apakah
kekasih sahabat ku di sana, ku titipkan salam ku lewat angin malam ini yang
dingin, sampaikan kepadanya bahwa hati ku ini berdetar sangatlah kencang
setelah kejadian tadi, ketuklah hatinya agar ia pun memikirkan hal yang sama
seperti ku, sungguh aku masih sangat menyayanginya.
Di
bawah sini aku memandang indah, seindah wajahnya, suara nyamuk terasa
membacakan surat cinta untuk ku, sehingga gigitannya tak ku rasakan.
Ooooh.. angin malam yang dingin, tolong sampaikan salam ku
kepadanya saat ini juga.......[]
*****
Malam selanjutnya untuk belajar,
hati anak muda yang begitu mencintai bekas kekasihnya itu, telah lama menulis
surat untuknya, namun rasa malu akan memberikan nya kepada Syafitri, ia pun
tahan akan surat itu sampai satu minggu lamanya. Kini ia hendak memberikan
surat itu kepada Syafitri. Hati yang di penuhi dengan kesucian cinta, cnita
yang telah terlalu melekat kepada sang gadis Syafitri, gadis yang kini bukan
miliknya lagi, akan tetapi dalam hatinya, ia pun masih merasakan cinta Syafitri
kepadanya, akan tetapi, Fitri sengaja akan menghindar darinya, ia pun sengaja
pula untuk membuat hati seorang anak muda yang ber keinginan tinggi itu untuk
menjadi sakit, entah apalah tujannya.. akan kah ia hendak membalas dendam
kepada anak muda yang tak bersalah itu, anak muda yang begitu mencintainya.. ia
memabalaskan kesakitan hatinya yang telah di berikan oleh kekasih lama nya itu,
sungguh salah jika gadis itu membalas dendam terhadap anak muda yang telah
tertutup akan ketulusan cinta, cinta yang telah ia sucikan dalam hidupnya
hanyalah untuk dirinya Syafitri, taka akan ada orang yang bisa menghapus
cintanya untuk sang gadis (Syafitri) kecuali waktu yang membuat nama itu
terhapuskan.
Belajar telah selesai, Syafitri
hendak naik keatas, ia telah melangkah kan kakinya di anak tangga.. Shabir
memanggil Syafitri:
“Fitri....” Fitri
menoleh, Shabir membuka lembaran bukunya mencari tempat ia menaruh surat
tersebut, dan memberikan nya kepada Syafitri.. Syafitri pun turun kembali dan
mengambilnya, tangan anak muda yang gemetaran akan memberikan selembar surat
kepada kekasih sahabatnya sendiri, di belakang surat tersebut terdapat tulisan
yang besar bertuliskan “I LOVE YOU MORE” yang
berarti “aku mencintai mu kembali”.
Fitri pun segera naik, sambil ia membaca surat yang telah di berikan oleh Shabir
itu, Shabir berdiri memandang nya dari bawah, langkah-langkah yang kecil
terlihat dari langkah Syafitri, di dalam surat berisikan:
Assalamualaikum... wr.. wb..
Melalui selembar surat ini aku ungkapkan segenap perasaan ku
selama aku berada di sini bersama mu, siapa yang tau jikalau aku masih sangat
mencintai diri mu, tidak ada... hanya tuhan yang tau, aku sembunyikan perasaan
ku hanya untuk menyembunyikan sakit hati ku, aku tak ingin jika aku di anggap
laki-laki yang lemah. Tapi sebenarnya aku sangat mencintai dan menyayangi mu
meski kau tak sedikit pun ingat akan diri ku. Aku tau kau telah menjadi milik
sahabat ku Arjuna. Ku hargai itu semua, dan sekarang kau di sini, kelihatan
berbeda, dan kelihatan akrab dengan salah seorang MS. Kau suka akan dia..
Jangan kau lukai hati sahabat ku selayaknya kau menyakiti aku,
meski kalian jauh, namun aku tau juga, di hati kalian selalu dekat, tak kan
pernah jauh..
Meski
rasa cinta ku tak kan pernah bisa pupus terhadap mu, aku rela kau mencintai
sahabat ku.. begitupun dengan MS.. akan tetapi aku hanya tak ingin sahabat aku
terluka karna diri mu lagi.. cukuplah hanya aku sendiri yang menanggung sakit
ini, balaskan dendam mu kepada ku, aku kan terus berjalan di atas duri ini
meski duri-duri itu menusuk kaki ku, akan tetapi lama kelama an, duri itu pun
akan merata juga akan injakan dari kaki ku ini...
By:
bekas kekasih mu.
|
||
Al-Shabir
|
Shabir masih enggan melangkahkan
kakinya dari tempat itu, ia masih memandang Syafitri membaca suratnya itu,
Syafitri pun melihat ke bawah memandangi Shabir, lama pandangan itu.. datanglah
salah seorang kawan dari Shabir dan mengajaknya untuk pergi.. namun pandangan
mereka berdua tidak pernah lepas sampai sebuah dindig yang menghalangi
pandangan anak remaja itu.
Lekas hati anak muda yang merindu itu, pandangan
yang begitu lama itu membuat hati seorang anak muda itu semakin yakin, jikalau
bekas kekasihnya Syafitri masih menyimpan perasaan yang tak ingin satu orang
pun yang mengetahuinya. Begitu kelihatan dari dua belah matanya, memandang
tajam ke arah pemuda yang di selimuti cinta itu, gemetar rasa hatinnya,
merasakan bahwa cinta itu masih ada untuknya. Lama sudah mereka di sana, kini
perpisahan di laksanakan, semua guru-guru di undang, banyak orang yang
menyaksikan.. berbagai macam teater, puisi di suguhkan oleh anak-anak yang
mengikuti program pendidikan bahasa inggris di sana selama 2 minggu itu,
termasuk mereka berdua Shabir bersama dengan Wirna Syafitri. Kini waktu telah
menjelang siang, usai sudah acara perpisahan itu.. kini mereka pulang, dan Ust.
Abdul manan mengajak kita untuk makan siang.. di sebuah warung makan, mereka
istirahat sejenak di warung makan itu, sambil memesan nasi.. mereka duduk
berhadapan, Syafitri ada di depan anak muda itu.. sambil mengambil nafas
panjang, lega rasanya hati Shabir telah pulang dari sana, selama 2 minggu jauh
dari kedua orang tua,ia pun rindu akan kampung halamannya. Makan telah selesai,
tiba-tiba Syafitri menujuk kan sebuah permen kepadanya dan berkata kepada Shabir:
“kamu
tau g’... ini pemberian MS Rido’..” katanya kepada Shabir hendak
membuat hatinya terluka sambil keliatan begitu gembira.
“mana saya lihat..” ujar Shabir, permen
itu bertuliskan kata “I LOVE YOU”..
hati anak muda itu sedikit tergoreskan, dan melanjutkan perkataan nya “trus.. saya harus bilang waw... gitu..
tidaaak” katanya menyembunyikan goresan di hati nya.
Syafitri menceritakan tentang permen itu, anak muda
yang hatinya terluka namun ia berusaha sembunyikan dari hadapan sang gadis, ia
seolah-olah tak mendengarkan apa yang di ceritakan oleh Syafitri... akan tetapi
telinganya tidak ada sepatah kata pun yang terlewati akan cerita Syafitri.
Mereka berangkat pulang... mereka tiba di pondok pesantren.. pondok pesantren
yang begitu sepi lagi banyak dedaunan berserakan di halaman, karna libur se
usai pembagian raport kemarin, dan ia
istirahat untuk melaksanakan solat asar..
Shabir berdiri takbir.. Syafitri berada di depannya
sedang bercermin.. sampai anak muda itu selsai solat, Syafitri masih di sana,
seolah-olah Fitri menunggu Shabir selsai solat... Shabir selsai solat... Fitri
pun mendekatinya, dan berkata kepada nya:
“di mana
kau ambil kertas seperti ini..??” tanya Fitri tentang surat yanag
telah di berikanya pada waktu malam itu, ia masih menyimpan akan surat itu..
Shabir terdiam.. dan merampasnya dari tangan
Syafitri. Fitri hendak menghindar akan rampasan itu, namun kertas itu telah di
ambilnya kembali oleh Shabir dan mensobek-sobek surat itu menjadi serpihan
kertas. Syafitri kelihatan begitu kecewa akan tingkah Shabir itu, rasa marah
yang telah anak muda pendam dari warung makan ia keluarkan pada selembar kertas
tersebut. Wajah cemberut tergambarkan di wajah manis Syafitri, Syafitri menulis
surat untuk Shabir.
Assalamualaikum.. wr.. wb..
Kenapa kau sobek kertas surat itu, apa kau marah pada ku karna
aku mencintai MS Ridho..
Kalau
engkau mencintai dari salah seorang teman yang bernama Rositha itu, aku g’ pernah
melaranga mu.. akan tetapi saya kau larang untuk mencintai MS Ridho.
By ; bekas kekasih mu
Selembar surat yang memberikan
tanda jika Syafitri cemburu akan dirinya, ia sengaja mendekati MS hanya untuk
menarik perhatia dari anak muda tersebut.
Harapan
Yang Terombang Ambing
Hari demi hari silih berganti,
minggu demi minggu bergantian, bulan demi bulan berpergian, dan tahun demi tahunpun
berdatangan, dan kini ia telah beranjak naik kekelas XII MA, ia sudah mulai
beranjak masa dewasa, suara terdengar berubah dari biasanya, kumis-kumis yang halus
mulai tumbuh, Shabir pun telah mampu menambal luka dalam hatinya, hubungan
Fitri dengan Arjuna telah berakhir beberapa tahun yang lalu, sejak Shabir putus
dengan Syafitri, ia tidak pernah bisa mencintai wanita lain di karenakarna ia
masih mengharapkan Syafitri akan kembali di ujung penantian yang telah di
janjikan dulu oleh Syafitri. Keakraban terlukis di antara mereka, Syafitri kembali memberikan seutas harapan
bagi anak muda itu meski hubungan mereka masih dalam setatus bekas. Dan pada
suatu hari Shabir membelikan Syafitri sebuah Al-qur’an, sebagai bukti kesucian
hatinya masih terukir untuk Fitri, dan ia juga telah memberikan satu untuk
teman lamanya yaitu Solihah, teman yang telah membuat Shabir jatuh cinta dulu
pas masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, namun ia tidak sempat
mengungkapkan perasaan nya, setelah hadir diri Syafitri hilang semua nya, tak
ada yang tersisakan, Syafitri bagaikan bidadari yang jatuh di hadapan nya.
Smester demi smester di laluinya,
les malam di sertai les sore pun sudah di aktifkan di sekolah, dan pada suatu
hari.. teman-temannya mengajak untuk
pergi refresh fikiran yang sudah lama pusing memikirkan
soal smester. Mereka mau kerumah salah seorang teman yaitu rumahnya abdull aziz di
lombok selatan yaitu pantai ekas, di mana katanya dulu di sana tempat tambang
mutiara, yang kini sudah tidak di aktifkan lagi karna mengalami krisis moneter,
dan sekarang sedang di bangun vila di pinggir-pinggir pantai.
Mereka bersibukkan diri mencari
pasangan, ada yang menghitung jumlah teman yang akan
ikut dan berapa jumlah motor yang ada, semua
teman-teman syahir sudah punya pasangan dan kini hanya dirinya yang belum punya pasangan.. dan Shabir mengajak
Syafitri bekas kekasihnya untuk bersamanya, dan
Fitri pun mau dengannya. Pada siang itupun ia berangkat, mereka bercanda ria di
atas motor, menikmati keindahan alam kearah selatan, matahari panas tak terasa.
Bukit-bukit berhimpitan, pantai yang terbentang luas terpandang mengkilat terkena sinar
matahari, perahu baru naik dari laut mulai terlihat karna sudah siang. Mereka istirahat sejenak di rumah aziz, mereka ngobrol sambil menanti giliran tempat solat karna ruangan yang begitu terbatas.
Seusai mereka solat, Shabir
bersama dengan teman-temannnya bergegas ke pesisir pantai, dan mereka istirahat
sejenak untuk memanjat buah kelapa. Aziz memanjati pohon kelapa, setu persatu
buah kelapa itu berjatuhan, setelah mereka merasa cukup, dan meneruskan
perjalanan mereka menuju kepesisir pantai. Mereka kelihatan letih, keringat
terlihat di kending anak muda itu, ia berusaha mengusapnya, terik matahari
panas, namun canda tawa terdengar di gendang telinga, suara ricuh berbagi
tugas, ada yang mencari kayu bakar, ada yang mengiris buah kelapa, ada yang
membuka kulit jagung, ada yang selfian dan sebagainya.[]
*****
Dan di sinilah detik-detik mereka akan
berpisah dan bersatu kembali, mereka telah berjanji pada waktu itu,bahwa ia
akan menyambung hubungan nya setelah selesai UN, akan tetapi masalah datang
kembali,Syafitri mengetahui segalanya dan ia kecewa, yang di fikirkan oleh
Syafitri tidaklah sebenar yang ia bayangkan, Shabir tidak pernah terlintas ada
rasa cintanya lagi kepada Solihah, mereka hanya berteman, cintanya telah
terukir hanya untuk Syafitri, Shabir berusaha menjelaskan segalanya, namun
Fitri telah di selimuti rasa ke egoisan yang begitu dalam, dan Shabir terpental
lagi dari cinta mati nya Syafitri, akhirnya pada ke esokan harinya, Syafitri
mengembalikan semua yang telah di berikan oleh Shabir dulu, ia tidak menghargai
pemberian Shabir, ia lecehkan semuanya, dan ia injak janji nya sendiri,
Syafitri tidak pernah memikirkan kesalahan yang telah ia berikan kepada Shabir
dulu, kesalahan yang begitu besar dan sekarang hal yang begitu kecil ia
perbesar,dan kini di dalam diri Shabir telah tertutup dan di lecehkan kembali
oleh wanita yang sama, Shabir tidak di perdulikan lagi, ia di buang meski
seorang Shabir selalu mengemis cinta Syafitri dengan terus menerus, dan
beberapa hari setelah kejadian itu , diri Syafitri telah menemukan seorang
pengganti dari posisi Shabir lagi, tak sampai bermingguan, hanya beberapa hari
saja ia telah mendapatkan kekasih yang sangat dia sayangi, dan Syafitri memamerkan
segalanya pada diri Shabir, seolah-olah kesombongan menyelimuti hati nya, ia
meremehkan cinta suci yang sekian lama Shabir nantikan, cinta seorang Shabir
yang terkunci begitu rapat hanya untuk sang gadis Syafitri dan kini ia di
sia-sia kan lagi.
Namun di dalam hati kecil anak muda itu meyakini
bahwa suatu saat nanti ia pasti dapat memiliki Syafitri seutuhnya.
Kini hari-hari melanda fikiran Shabir kembali, ia
telah berpisah untuk selamanya dan takkan bisa melihat Syafitri setiap pagi
lagi seperti ia masih sekolah dulu, kini ia telah melewati pndidikan sekolah
tinggi menengahnya, ia akan beranjak menuju sekolah tinggi, dan ia ingin
melanjutakn sekolahnya di tanah anjani.
Hari-hari berlewatan, malam-malam
berdatangan, ia hanya bisa tertidur di kamarnya, besok ia akan pergi
mendaftarkan dirinya ke tanah anjani itu, di mana ia minat untuk melanjutkan
sekolah tingginya.
Keesokan harinya, mata terbuka lebar, sinar
matahari pagi menyilaukan mata anak muda itu, ia segera terbangun dari tidurnya
beranjak mengambil air wudu’ ia hendak solat subuh. Seusai ia solat, ia selalu
melantunkan do’a:
“Ya allah......
Mengapa hanya aku yang selalu kau
uji denga cobaan yang seperti ini...
Aku selalu merasakan sakit dalam hati ku, engkau
yang menciptakan segenap hati, dan engkau pula yang mecniptakan segenap rasa
sakit yang hamba rasakan saat sekarang ini..
Ya allah.......
Ku ingin kau berikan aku segenap
petunjuk hidup kepada diri hamba yang lemah ini...
Hamba sangat menyayangi dia, hamba sangat mencintai
dia, jika engkau telah menuliskan nama seseorang di laukhil mahfuz bagi hamba,
bisa engaku menggantinya dengan nama wanita yang aku cintai saat sekarang
ini...
Ya allah kabulkan do’a hamba...
amiiin....”
Di Balik Tabir Hari Jum'at
Di balik tabir indah membuka kalbu,
mata hati di pagi jum’at yang gemerlap hitam mendung, kegelisahan seorang anak
muda itu kini semakin mengguma terhadap sang kekasih hatinya Syafitri. Selesai
ia solat subuh, Shabir mengambil handpone_nya dan menelfon kekasih hatinya,
sampai sekian kali ia menelfon, namun tiada jawaban dari sang kekasih. Jarak
kurag lebih sepuluh menit, ia menelfon Syafitri lagi, karna rasa rindu terhadap
Fitri yang begitu mengguma dalam hati anak muda itu, namun sampai enam kali
panggilan tidak terjawab, pemikiran
negative pun mulai terbayang tehadap Syafitri, “apa yang di kerjakannya sampa jam 08:15 ?” kata curiga mulai
tercurahkan dalam hati anak muda itu.
Dalam jangka
jarak sepuluh menit, ia lagi menelfon Syafitri.
”Tuuuuuutth…. Tuuutttth……” Begitu
lama, dan akhirnya di jawab juga.
“assalamualaikum.. sayang, udah kemana jak kok baru
di angkat telfonnya ?” tanya Shabir dengan penuh rasa kekesalan di dalam hatinya. Namun tidak ada sepatah kata pun yang terdengar di telinga Shabir.
“ halo…, halo…, sayang..,” namun masih saja tak ada sautan.
Tiba-tiba saja
temannya Fitri yang menjawab telfon dari Shabir “Syafitri lagi masak kak”suaranya begitu berbeda, dan dengan spontan
jawaban itu berubah “mm.. saya lagi masak
ini”..
“ya.. trus Syafitrinya kemana ?” tanya Shabir
kepada salah seorang teman Fitri ynag mengangkat
telfonnya itu.
“Syafitri belum pulang ngaji” saut si wanita itu,..
“mmm.. kemana ia pergi ngaji ?” rasa
ingin tau di barengi dengan rasa curiga terhadap Fitri mulai tercurahkan, “masak sampai jam 08:30 ia belum pulang
ngaji sih?” kata anak muda itu di dalam hatinya, namun ia pendam karna
tidak ingin menambahkan masalah dalam hubungannya.
“ke …zzzunnuraen” jawab si wanita itu dengan suara yang sedikit tertekan seperti akan ada yang mengganjal pada perkataan yang ia
keluarkan.
“mmmm… gih.. gih.. nanti kalok dia sudah pulang, kasi tau dia gih..” kata Shabir dan berharap
untuk di hubungi setelah Syafitri pulang nanti.
“mm.. gih..”
“ya dah dek.. assalamualaikum..”
“wa alaikumussalam ..”
Awanpun semakin menebal hitam di langit,
akan tetapi belum ada kabar bahwa Syafitri sudah pulang ngaji. Shabir pun mencoba untuk menelfon Fitri kembali.
Tuuuttt… tuuuttt… tidak lama
kemudian, telfonnya pun terangkat juga.
“halo.. assalamualaikum..” Syafitri
sepontan terlebih dahulu mengucap salam.
“wa alaikumussalam.. wr.. wb.., sayang..” kata anak
muda itu dengan hati yang sangat gelisah.
“ya..” singkat.
“lagi ngapain ?”
“baru pulang ngaji,
dan sekarang aku mau pergi ngaji lagi ke aula”
“mmm.. gih dah...” suara keluhan
keluar dan terus di iringi kecurigaan terhadap Syafitri, di dalam hati anak
muda itupun sudah terasa berbeda, tidak seperti biasanya Syafitri bertingkah
seperti ini, ia lihat jam di hanphone nya, sudah pukul 09:50pm. Dan jam
seginipun pengajian di aula sudah hampir usai, Shabir bertanya kepada salah
seorang teman di dekatnya:
“ …masih tidak pengajian di aula jam segini bro “ Bisik Shabir kepada temannya.
“ jam berapa sekarang ?... ” Tanya temannya itu sambil
melihat jam di handpone nya. “…laah.. sudah jam sembilan lebih, sudah
hampir selesai acara pengajiannya kalok jam segini, pengajian di aula kan selesainya jam sepuluh ” jawab temannya itu.
Dan Shabir pun bertanya lagi kepada Syafitri “…bukannya pengajian di aula sudah hampir selesai ya jam segini?”
“kata siapa sudah selesai,.. belom” saut
Syafitri tegas dan keras.
“kan udah jam sembilan, kan pengajian selseai jam
sepuluh, lagian orang udah mulai kok dari tadi dan sekarang malah mau hampir
selesai” kata anak muda itu.
“eee.. meskipun jam sepuluh pun, aku kan tetap
pergi ngaji” kata Fitri.
“mm.. gih sudah ayok, tapi sebelum kamu pergi
jangan lupa sarapan gih sayang” kata anak muda itu kepada Syafitri.
“gih.. ayok dong gih, sebelum itu aku mau solat
duha’ dulu.. assalamualaikim..” sepontan Fitri ucap salam dan
handpone di matikan.
Tingkah Syafitri begitu berubah drastis,
seolah-olah Syafitri begitu bosan terhadap anak muda itu. Rasa curiga dalam
hati Shabir semakin mengganjal, kecurigaan yang begitu besar tertanam dalam
diri anak muda itu. Sampai akhirnya hujanpun turun, kini pukul menunjukkan jam
11:10 menit, terasa sepi tidak ada pesan dari Syafitri yang menghampiri. Mata
anak muda itu sedikit terlelap ngantuk, namun rasa rindu terhadap sang gadis
itu semakin menjanggal dalam hati Shabir,
hingga akhirnya ia menelfon Fitri lagi.
Tuuuutttt…. Tak begitu lama Langsung di jawab..
“halo..” sekilas terdengar suara Fitri dan
tidak ada suara lagi.
“halo.. sayang..” panggil Shabir
lewat telfon namun tidak ada sautan dari Fitri, “halo… haloo…”
Dan Shabir pun
mengakhiri panggilannya dengan penuh rasa kekecewaan, rasa curiga
semakin besar pula.
Dan tiba-tiba
datang pesan dari Fitri:
“nanti
dulu sayang saya di panggil sama teman”___
Setelah pesan itu masuk, Shabir tidak pernah
berfikir negative terhadap Syafitri lagi, karna mungkin ada aktifitas yang ia
lakukan dengan teman-temannya sehingga ia tidak ingin di ganggu. Waktu terasa
sepi akan tidak hadirnya pesan dari Fitri, ia belum tahu bahwa kekasih hatinya
yang ia sanjung-sanjung dan ia sayang-sayang itu sedang bersenang-senang bersama laki-laki lain yang lebih terpilih
dari dirinya. Hujanpun turun, suara gemuruh yang terdengar di atap rumah,
meramaikan suasana sekitar, yang biasanya di sela-sela turunnya hujan,
terdengar deringan handpone menandakan pesan masuk di sela bantal, berlapiskan
selimut tebal di atas sarung santri.
Di tiap-tiap sudut, terdengar lantunan
al-qur’an di surau, hujan sedikit mereda namun Syafitri begitu hilang, hal ini
tidak biasa bagi sang gadis, ia selalu merindukan seorang anak muda yaitu Shabir,
namun kini bagaikan peluru yang di tembak jauhkan dan hilang entah kemana dan
tidak dapat di temukan lagi, ia hilang dan entah tiada kabar setelah pesan
terakhir yang ia kirimkan kepada anak muda itu.
Orang-orang bersiap-siap hendak berangkat
ke surau, hendak melaksanakan kewajiban yang begitu mulia, yaitu solat jum’at.
Hati seorang anak muda yang sedikit terjangkalkan akan kekasihnya, ia berusaha
bangun dari tidurnya dan segera mengambil air wudu’.
Sruuuukk…
sruuuukk…
Air wudu’ yang mengalir dari wajahnya, dari setiap tetesan wudu’nya
mengalir para malaikat yang menambal
sedikit rindu dalam hatinya yang membuat anak muda itu terasa tenang sejenak.
Ia ambil sarung di dalam lemari yang
sederhana dan mengambil bajunya, tampa polesan di wajah dan tampa wangi-wangian
ia langsung memakai sendalnya dan berangkat melangkah menuju surau.[]
*****
Sepulang dari surau, ia bergegas untuk mencari
handponenya, dan memnghubungi Fitri namun nomornya tidak aktif, di dalam hati
anak muda itu sangatlah kecewa, sampai beberapa kali ia mencoba untuk
menghubungi Fitri namun tidak dapat di hubungi, di balik gelisah yang begitu mengguma dalam dada seorang
anak muda yang merasa rindu akan diri Fitri itu, ia mengirim pesan kepada Fitri
:
à“ sayang ku…
Sungguh aku tidak bisa apa-apa lagi ..
Sesungguh seperti inikah rasa bosan mu terhadap diri ku..
sampai-sampai pesan ku tidak kau balas, apalagi telfon ku, nomor mu tidak
pernah aktif dari tadi..
Baiklah, aku akan menahan rasa rindu ini terhadap diri mu,
meski rasanya aku tak mampu, tapi karna diri mu yang tidak butuh akan diri ku
lagi, aku akan mencoba untuk menahan semua rasa ini.
Insya allah.. “
Begitu banyak pesan yang ia kirim,
namun satupun tiada balasan, namun ia berharap pesan yang ia kirimkan tadi akan
di baca di saat Fitri mengaktifkan handponnya. Shabir ingat kepada salah
seorang teman dekatnya Fitri, kebetulan ia satu kos dengannya, dan Fitri sudah
meminjam handpone temannya itu untuk menelfon Shabir, dan anak muda itu segera
mencari kotak masuk yang sudah lewat dan nomornya pun masih ada di dalam kotak
masuk, dan Shabir bertanya kepada teman Fitri itu.
à“assalamualaikum… dek,
tolong suruh Fitri untuk mengaktifkan nomornya, aku mau bicara dengannya
sebentar saja”
“wa
alaikumussalam.. Fitri pergi akhi, entah ia pergi kemana ia tidak ngasi tauӧ
à”dengan siapa ia pergi ?” tanya Shabir terkejut.
“g’
tau..ӧ
à”apakah dia berpakaian rapi” Tanya anak muda itu dengan hati yang mulai menggucangkan kecemasan.
“tidak
tau akhi…” ß
à ”sejak jam berapa ia berangkat ?”
“sejak
jam 10ӧ
Hati Shabir terasa terguncang
layaknya pompa angin yang di pompa dengan begitu kerasnya, iapun mulai
berfikiran Negative terhadap Fitri “dengan
siapa ia pergi ?, kemana ia pergi ?, apa yang ia lakukan ?, allahuallam entah
aku tidak tau, apa yang ia lakukan dan sedang apa dia sekarang, hanyalah allah
lah yang tau”. Kata hati Shabir sambil merenung
bersandarkan bantal.
Ia kirimkan lagi
seutas pesan yang begitu merintih meski handpon Fitri tidak juga aktif.
à”sayang…
Entah
kamu jalan sama siapa aku tidak tau, hingga jam segini dan hampir menjelang
waktu asar..
Jika
memang benar kamu lagi jalan sama seseorang atau dengan kekasih mu saat ini
atau sama siapa, entah aku tidak tau..
Jika dugaan ku ini benar, jangan pernah kenal aku lagi dalam hidup
mu..” Pesannya terkirim dan berharap Fitri membacanya nanti ketika ia aktifkan
handponnya.
Sampai beberapa menit tidak ada balasan
apapun, ia pun terus mengirim pesan merintih mengemis merendahkan dirinya. Dan
akhirnya, Fitri pun membalas pesan darinya.
“g’
ada cas ku tadiӧ
à”ya allah…… kemana aja kamu dari tadi..?” nada
lewat sms begitu kaget karna ada balasan dari Fitri.
“udah saya ke pondok teman, ada acara”ß Shabir di dustai namun iapun
sudah curiga dan mengetahuinya. “aku mau cas lagi
niӧ pesan Fitri masuk lagi secara bertuturutan.
Shabir langsung menelfon Fitri, namu
ternyata sudah tidak aktif lagi, sungguh bodoh laki-laki itu, ia di bodohi akan
wanita yang memakai kerudung besar. Suara adzan solat asar mulai
terdengar di telinga, semua orang berbondong-bondong mengambil air wudu’ ,
sedangkan pemuda itu masih lemas di dalam kamar memikirkan
Fitri.
“wooee… solat dulu bro..” kata salah
seorang temannya Pedi “..lagi bertengkar
ya sama Fitri ?” tanya_nyai.
“mmm… g’ bro.. aku curiga ma Fitri, dari sejak jam
sepuluh tadi aku hubungi dia, namun dia tidk pernah angkat telfon dari ku, dan
sekarang aku telfon kembali namun nomornya tidak aktif lagi, mungkin ia lagi
pergi sama pacarnya, kebetulan pacar nya dekat dari pondoknya, mungkin saja ia
pergi sama pacarnya itu..” kata Shabir bercerita kepada Pendi dengan
kekecewaan yang mendalam.
“jangan su uzon dulu saudara.. mungkin saja cas
handponnya habis” nasehat temannya.
Ia bangun dari
sandarannya dan duduk bersila sambil menceritakan yang sebenarnya kepada Pendi:
“g’ mungkin dia cas handponnya dari jam sepuluh
sampai sekarang, udah dia bales sms saya tadi namun katanya mau cas lagi, kan
tambah mencurigakan.. masak ngecas seharian sih..”
“ya.. sudah kalok gitu aku tidak tau masalah mu,
ayok kita solat dulu saudara, nanti kamu fikirkan itu” ajak Pendi.
Ia bangun
kelihatan begitu lemas sambil mata mencari
sepasang sendal dan mengambil air wudu’. Dan ia menghadap kan wajahnya
yang lemah, dan merintih dalam hatinya memohon kepada sang kholiq. Dan setelah usai solatnya, ia pun berdo’a kepada yang maha tahu.
“ ya allah…… aku hamba mu yang lemah tidak tahu apa yang di lakukan kekasih hamba saat ini ya
allah..
Sebosan inikah ia terhadap damba ? jika memang
dengan luka ini engkau menguji kesabaran hamba, hamba ikhlas terluka dan hamba
akan menjalaninya ya allah, akan tetapi hamba sangat menyayangi dia..
Jika memang benar saat ini ia lagi pergi dengan
laki-laki lain (pacarnya yang lain), lindungilah ia, jagalah ia jangan sampai
ia di sentuh oleh laki-laki lain.
Ya allah…
jika memang ia adalah wanita yang engkau tunjuk untuk mendampngi hidup ku,
dekatkanlah ia, dan jagalah ia untu ku, peliharalah ia dari laki-laki yang
hendak menyentuhnya. Akan tetapi sebaliknya, jika ia adalah orang yang hanya
akan memberikan kemudaratan kepada hamba dengan kesakitan hati yang yang ia
berikan kepada ku, hapuslah namanya dari hati ku, dan ganti dengan nama mu ya
allah,
amin yarobbal alamin…….”
Anak muda itu menangis dalam do’anya,
merintih kepada tuhan, ia mengeluh, dan memasrahkan segenap jiwanya kepada sang
maha berkuasa. Seusai do’anya, anak muda itu keluar, ia mau meminjam uang
kepada salah seorang temanya, dengan hati yang sungguh gelisah, ia mengambil
konci motornya dan bergegas jalan ke pondok temannya itu.
Di tepi jalan,
mata yang mencari sosok Syafitri mungkin saja ia melihatnya degan kekasihnya di
jalan, namun ternyata ia tidak menjumpainya. Shabir sampai di Kos temannya.
“assalamualaikum.. “
“wa alaikumussalam.. wr.. wb.., eh tumben saya liat
kesini ada apa bro ?..” tanyanya terhadap Shabir baru saja selesai mandi “..oh ya.. kamu sudah ambil KHS mu ?” sambungnya.
“hmmmm… sudah bro…, niat saya kesini mau pinjem
uang bro, besok aku mau pulang tapi bahan bakar motor saya ini tidak menjamin
sampai rumah, uang saya habis, kalok ada saya mau minjem 10.000 pada mu” kata Shabir
kepada temannya.
“ooo maaf bro.. baru saja teman itu
meminjamnya,jadi sekarang uang saya habis bro”
“mmm.. ya sudah kalok gitu.. saya ada masalah ini
saudara, ya allah hati ku gelisah banget” dengan mimik
yang begitu tertekan, ia menceritakan kegelisahaannya.
“masalah apaan itu, masalah cewek..?” tanya
temannya sambil ia bercermin yang ia lekatkan di jendelanya.
“ya bro…”
“masalah gituan tidak usah di ambil hati bro..” katanya
sambil memandang ke arah cermin kecil di jendelanya “..oh ya, aku solat dulu.. nanti selesai solat, temani saya ambil KHS
ke kampus ya” tawarnya.
“maaf bro.. aku tidak bisa menemani mu ke kampus,
hati ku tidak karuan , aku mau pergi langsung..” Shabir langsung keluar di saat temannya memulai
takbiratul ihram.
Anak muda itu, menaiki motornya meski
hati begitu berat, entah ia mau kemana lagi sekarang, dan tiba-tiba ia tertuju
ke kosnya Syafitri, siapa tau dia sudah pulang. Setiba di Kosnya Fitri, persis
di depan gerbang Kosnya, ia bertemu dengan teman kosnya Fitri, meski gadis itu
sedikit tidak sempurna, namun ia dapat di percaya, Shabir pun bertanya
kepadanya:
Shabir senyum
simpul kepadanya terlebih dahulu “
assalamualaikum… mmm apakah Fitri sudah pulang ?”
“mmm.. gih..” ia mengangguk, meski
suaranya tidak jelas. “..ayo masuk
kak, ia ada di dalam”
Shabir pun memasukkan motornya, aroma
durian tercium di hidung pemuda itu, ia
turun dari motornya. Dan di saat Shabir memandang ke kosnya Fitri, ternyata ia
sedang bersama kekasihnya, kekasihnya yang sedang membungus durian sama kardus,
dan oleh-oleh yang banyak dari kekasihnya itu untuk Syafitri, sungguh kecewa
hati Shabir.
Fitri melihat Shabir,
ia langsung masuk kedalam kamar kosnya, dan anak muda itu berdiri di belakan lelaki
kekasih Syafitri sambil mengucapkan salam.
“assalamualaikum…” suara tersedak
dalam, kaki terasa menggigil, tangan terasa dingin, bibir membeku. Wirna
Syafitri pun keluar dan menjawab salam.
“wa alaikimussala wr.. wb.. ada apa..?” tanyanya
seolah tidak mengenali Shabir. Shabir terdiam melihat laki-laki yang sedang
membungkus durian itu, Syafitri
kelihatan begitu terkejut di saat melihat kehadiran Shabir secara
tiba-tiba di hadapannya.
Begitu lama Shabir berdiri memandang laki-laki
itu dan melihat ke pada Syafitri dan mendekatinya, dan ia julurkan tangannya
hendak berjabat tangan dengan Fitri, dan gadis itu kelihatan ragu untuk
menjulurkan tangannya, dan ia pegang tangan gadis itu, tangan pemuda itu terasa
gemetar dan Fitri melepaskan tangannya dari genggaman pemuda itu, dan Shabir
menjulurkan tangannya kepada laki-laki itu, setelah itu laki-laki itupun pergi
hendak menaruh durian yang ia bungkus tadi di motornya, dan Fitri memberikan
handpone milik laki-laki itu dan satu buah tongsis. Fitri tidak pernah
memperhatikan Shabir, ia hanya terfokuskan kepada kekasihnya yang satu itu,
laki-laki itupun kelihatan begitu kecewa.
Shabir mendekati
Fitri, dan berkata kecil kepada Fitri:
“beginikah cara mu..??” ia berkata
kepada Fitri dengan nada yang kecil.
“mm ya.. memang beginilah cara ku” kata
Fitri dengan tak memperdulikan perasaan Shabir, dan Shabir selalu mengikuti
Fitri, namun ia yang selalu mengejarnya kesana kemari tidak pernah di
perhatikan. Dan Fitri pun berkata kecil kepada Shabir:
“nanti dulu.. aku mau salaman dulu” kata
Fitri sambil pergi ke laki-laki itu. Laki- laki itupun kelihatan amat kecewa,
ia masih memperbaiki durian yang ada di motornya itu, dan ia pun berkata.
“oh ya.. aku pergi dulu ya bro..” ia
kelihatan kecewa dan menjulurkan tangannya kepada Shabir.
Dan Fitripun
berkata kepada laki-laki itu:
“trus tidak salaman sama saya jak??” sambil
ia memandang laki-laki itu.
“jangan sudah..” kata laki-laki
itu sambil ia tarik motornya kebelakang keluar gerbang.
Mereka terdiam Shabir sangatlah kecewa
karna selama ini ia sudah tertipu oleh Syafitri, ia hanya di jadikan
pelampiasan hati, ia hanya di butuhkan di saat
Fitri benar-benar membutuhkan bantuannya.
Sesampai di
luar, lelaki itupun berhenti, dan Shabir pun mendekatinya dan berkata:
“santai sudah bro.. aku hanya temannya kok” kata Shabir
merendah di hadapan Fitri namun tidak ada respon darinya. Datang Fitri dan
berdiri di dekat Shabir sambil memandang lelaki itu, sungguh terlihat bahwa
anak muda itu tidak lagi di inginkan oleh Fitri, hatinya hanyalah kepada
laki-laki itu, entah apa yang sudah ia lakukan, Shabir pun tidak tau, rasa
kecewa yang begitu mengguma di dalam hati anak muda itu, ia hendak menangis
namun rasa malu karna ia laki-laki , ia jadi menahan air mata itu di dalam
hatinya.
Dan Fitri berkata kepada laki-laki itu:
“marah ya..? jangan marah gitu makanya..” Elus
Fitri kepada laki-laki itu dengan manja, sepertinya ia sangatlah takut jika
harus kehilangan laki-laki itu, dan anak muda itu memegang pundaknya Fitri menyuruhnya
untuk berjabat tangan dengan lelaki itu meski rasa sakit menjulur di hatinya,
dan Fitri pun menyisingkan lengannya, tidak ingin di pegang karna menghargai
kekasihnya. Dan Shabir berkata pada Fitri:
“Fit… mungkin hubungan kita sampai di sini, sekarang
kamu lagi bersama dia” kata pemuda itu terdengar lemah. Dan Fitri menjawab
:
“kamu tau aku sedang bersama dia, jika putus yang
kamu inginkan kita putus sudah” suara keras yang ia keluarkan
sehingga membuat Shabir merasa malu. Lalu Fitri mendekati laki-laki itu, dan
berkata:
“marah..? makanya jangan marah dong..” bujuknya.
Shabir pun mendekat, dan berkata
kepada laki-laki itu :
“bro.. jagalah Fitri dengan baik, selama aku berhubungan dengan dia, aku tidak pernah berani menyentuhnya, tolong jaga dia dengan baik, jangan kau rusak kehormatan dia” kata Shabir memohon kepada laki-laki itu.
“bro.. jagalah Fitri dengan baik, selama aku berhubungan dengan dia, aku tidak pernah berani menyentuhnya, tolong jaga dia dengan baik, jangan kau rusak kehormatan dia” kata Shabir memohon kepada laki-laki itu.
“ooh.. tidak, lanjutkan hubngan kalian, aku juga
tidak suka sama perempuan pembohong seperti dia ini, kita kan sukanya perempuan
yang jujur, baik-baik, dia ini mahadah, rajin ngaji, ya saya akui itu.. tapi
buktinya apa, di saat kita nelfon dia sibuk, dia abaikan kita, seandainya dia
jujur saja kan ..” kata laki-laki itu.
“benar.. bgitupun kepada saya, sama seperti mu, ia
memperlakukan aku persis seperti mu, kerap kali aku bilang kepada dia,
bicaralah dengan jujur, tapi apa dia selalu
mendustakan ku..” kata Shabir sambil menunjuk ke arah Fitri dan Fitri
hanya bisa merunduk terdiam. Dan tiba-tiba Syafitri berlari ke Kosnya sambil
menangis dengan keras. Dan Shabirpun mengejar Fitri namun pintu sudah tertutup,
dan anak muda itu mengetuk pintunya dari luar, meski ia sudah jelas-jelas tidak
di butuhkan lagi namun ia selalu saja mengejarnya, dan berkata di balik pitu:
“assalamualaikum..
Fit.. tolong buka pintunya, aku mau bicara kepada mu adek ku sayang, kerap kali ku suruh kamu jujur, namun
kenapa kamu tidak pernah bisa jujur, jadi seperti inilah yang kamu alami
sekarang” kata Shabir di balik pintu sambil ia bermohon akan
di bukakan pintu, namun suara tangis yang semakin kencang. “..dek.. siapapun yang ada di dalam bersama Fitri, ku mohon bukakan
pintunya, mungkin temannya yang ada di dalam, tolong bukakan pintunya”, suruh
Shabir kepada teman-teman yang ada di dalam.
“dia tidak mau kak, dia tidak meu membuka pintunya,
nanti malam dah kakak datang mencarinya gih..!!” saut temanya
dari dalam kamar.
“mm.. tapi nanti malam aku tidak bisa,..”suara Shabir
melemah, mata yang berkacakan air mata. Dan lelaki itu datang lagi, dan Shabir
menyuruhnya untuk membujuk Fitri keluar. Dan laki-laki itupun mengetuk pintunya
dan berkata:
“dek.. dinda.. din.. din.. keluar ayok.. kita
salaman ayok aku mu pergi ini, jangan kamu begini, kamu yang buat masalah
sendiri dia yang seperti ini” katanya di balik pintu dan Fitri pun keluar, “..jangan seperti ini, bicara bagus-bagus,
ini kenapa menagis seperti anak kecil.” Kata lelaki itu kepada Syafitri, dan Fitri berdiri di depannya sambil mengusap air matanya, ia hanya
merunduk diam dan lelaki itu langsung turun dari anak tangga dan pergi. Fitri
pun masuk lagi, dan Shabir membujuknya untuk keluar kembali namun Fitri teriak
dari dalam:
“pergi sana… pergi.. kenap kamu masih ada di sini,
aku tidak butuh kamu lagi.” usir Fitri dengan lantang dan sangat menusuk di
dalam hati. Shabir terdiam dan berlinang air mata di pipinya, dan duduk
bersimpuh di depan pintu, dan jari jemarinya masuk kedalam di sela-sela pintu.
Beberapa menit kemudian pintu pun di buka, dan Shabir berdiri dan ia berkata “tolong duduk sebentar, aku mau bicara sama kamu” bujuk
Shabir.
“mau bicara apalagi sih..” katanya
sambil keliatan tidak sudi untuk melihat keberadaan Shabir di hadapannya lagi,
dan ia beranjak jalan mendekati sumur.
Shabir berdiri di depannya
dan berkata “sudah saya suruh kamu untuk
mengatakan yang sejujurnya kepada ku, namun kamu selalu saja diam dan tidak mau
berkata jujur, dan sekarang akibatnya bisa fatal seperti ini.” ,Kata anak
muda itu berdiri di depan Fitri, dan berkata lagi “..mari ulurkan tangan mu, mungkin ini yang terakhir kalinya aku akan
melihat mu, aku tidak akan pernah melihat kamu lagi, mari kita berjabat
tangan.. mungkin ini yang keterahir kali aku akan memanggil mu sayang, lantaran
kamu tidak mencintai ku lagi, aku tidak mengira di balik kerudung mu yang besar
itu tersimpan kemunafikan yang sangat besar, mari kita berjabat tangan untuk
yang keterakhir kalinya.“ ,
Akhirnya Fitri
mengulurkan tangannya, namun sikapnya sangatlah berbed dari yang dulu, Fitri
memandang Shabir selayaknya musuh, raut muka yang cemberut, kelihatan sangat
kecewa.
Dan Shabir pun pulang dengan
kekecewaan yang penuh di hatinya, Fitri ibaratkan buah kaktus, buah kaktus yang
begitu kelihatan begitu manis dan menarik, siapa mengira buah kaktus tidak
semanis yang kelihatan di luar kulitnya, dan siapa menduga ada duri-duri kecil
yang melindunginya yang akan melukai, durinya kelihatan begitu sepele namun
sangat menyakitkan. Begitupun dengan Fitri, ia kelihatan begitu lugu di pandang
mata, namun siapa mengira ia itu sangan mencekam hati.
Ternyata Shabir hanya di mamfaatkan dan di jadikan sebagai pelampiasan
belaka, namun ia bersabar seperti makna namanya sang penyabar, ia jalani semua
cobaan itu, ia berfikir di dalam hatinya bahwa ini sebagai pelajaran bagi
hidupnya agar tidak terlalu lelap dalam cinta. Hatinya Shabir sudah di penjarakan
oleh Fitri, meski sebegitu tajamnya ia di hina dan di caci di kalangan umum,
namun rasa cintanya itu masih saja tertera dalam hati pemuda itu.
Hati perempuan ibarat air laut, kadang
surut kadang pasang, namun kejujuran sangatlah penting dalam segala hal apapun,
namun kejujuran itu tidak ada dalm diri Fitri, sehingga di ujung jalan
terputuskan dan tidak mendapatkan siapapun, tujuan sebenarnya adalah orang yang
ia sayang, akan tetapi karna tidak ada kejujuran dalam hatinya, dan orang yang
ia sayang maupun yang tidak ia sayang pun tak mempercayai dia lagi, dan
keduanya pun pergi dari hidupnya Fitri.
*****
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nantikan lanjutan ceritanya, dan saya selaku penulis yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan atas segala hal, saya mohon maaf sebesar-besarnya, karna tulisan ini kurang memadai, dan saya sangat membutuhkan comentar dan saran dari pembaca karya tulis ini, demi perbaikan selanjutnya.
terimakasih.
0 komentar:
Posting Komentar