Minggu, 13 Maret 2016

Kisah Cinta| Antara Cinta dan Dusta di Balik Jilbab MU











Catatan Penulis

السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
Segala puji bagi Allah. Tuhan sekalian alam, yang telah memberikan segenap kenikmatan yang tak terhingga kepada kita, sehingga dengan kenikmatan yang di berikannya itu saya dapat menerapkan segenap dari isi hati saya. Semoga dengan apa yang saya terapkan ini, dapat memberikan suatu pelajaran kepada kita semua, agar kita mampu bersabar dalam menghadapi cobak an yang mengancam jiwa dan raga kita, terutama dalam hal yang saya bahas di dalam buku ini yaitu mengenai cinta. Cinta itu memiliki dua sisi, yaitu sisi Positive dan Negative, Ada yang sampai gila karna cinta, ada yang sampai tidak bisa makan, ada juga yang sampai bunuh diri karna cinta. Ini merupakan dampak Negative dari cinta itu sendiri bagi orang yang tidak berfikir, dan ada juga dari sebagian orang yang  memamfaatkan cinta itu sebagai wawasan untuk meraih suatu kesuksesan dan menjadi seorang yang besar, baik itu dengan cara menulis, baik itu berupa puisi atau buku dayri, semua itu merupakan wacana curhat yang terbaik bagi mereka sehingga membuat hatinya itu terasa lebih leluasa.
Mungkin di antara kita semua pasti memiliki sebuah momen, entah itu kenangan terindah, terlucu atau kenangan yang paling menyakitkan dalam hidup kita masing-masing, yang mungkin di mana kala anda bernostalgia tentang kenangan-kenangan tersebut, mungkin bisa saja kalian merasa tergugah, senyum-senyum sendiri bahkan merasa terharu dengan nasip anda sendiri di saat mengingat masa-masa itu. Namun bagi ku masa yang paling mengganjal dalam hati ku sampai saat ini adalah, di mana masa saya di permainkan oleh salah seorang wanita yang begiku kelihatan lugu namun memakan hati.
Mungkin kisah ini akan mencerminkan nasip saya pribadi, Dan kisah ini aku tulis sebagai pelajaran bagi kita semua, agar kita tetap bersabar, di mana kala kita berusaha untuk mengejar seseorang yang namun orang tersebut terus berlari kencang, sehingga kita terjebak lubang yang membuat kita terjatuh yang namun kita bersi keras untuk berusaha bangkit di karenakan kita sangat ingin menggapai seorang tersebut, dan orang itu lagi-lagi melepaskkan kita serpihan kaca yang membuat kita terjatuh kembali, namun walau begitu tak kan pernah mampu untuk membuat kita lengah untuk terus bangkit dan mengejarnya sampai kita mendapatinya.

Semoga buku ini bermamfaat bagi kita semua terutama bagi saya peribadi, dan mungkin ada yang merasa tersinggung dengan kata-kata yang saya tulis, saya selaku penulis mohon maaf sebesar-besarnya jika ada yang merasa tersinggung, dan semoga kita semua tetap di bawah naungan taufik dan inayah dari Allah SWT. dan saya akhiri dengan ucapan.[]

والسلام……….
*****


Anjani, 01 Juli 2017





( Sadar Iwan )


---------------------------------











                                                         Sehempas Mimpi

Sang pajar di upuk timur mulai memancarkarkan sinarnya, pepohonan yang menjulang tinggi, pohon-pohon bambu yang begitu banyak di pinggir jalan yang membuat suasana jalan menjadi mendung tak terpancarkan cahaya sang mentari, tiupan angin lembut yang meraba keselah pori-pori kulit dan menelusuri celah-celah selimut tebal. Dedaunan yang hijau melambai-lambai tertiup angin sepoi-sepoi di iringi kicauan burung menggambarkan keindahan dan ketentraman suasana di desa itu. Kokokan sang ayam jantan meramaikan suasana di tiap-tiap sudut desa. Di sebuah pedesaan yang sederhana itulah seorang pemuda yang selalu mencari satu titik kesempurnaan, menghirup betapa segarnya udara yang di berikan tuhan untuk semua makhluknya. Anak muda itu di beri nama oleh ayahnya Muhammad Shabhir.
Pagi yang cerah, anak muda itu terbangun dari tidur lelapnya yang semalam telah ia lewati samudra mimpi yang begitu indah, mimpi yang tak ia ketahui maknanya karna ia bukanlah orang yang termasu pandai dalam meafsirkan sebuah mimpi, mungkin itu hanyalah sebatas bunga malam menurutnya, yang namun membuat hatinya bertanya-tanya di lubuk hatinya. Iapun keluar dari kamarnya dan iapun bergegas kekamar mandi untuk mempersiapkan diri untuk di hantar kekesekolah, dimana ini merupakah hari pertamanya ia masuk sekolah setelah melewati hari libur usai pembagian raport. beberapa minggu yang lalu, waktu libur panjang ia mendaftarkan dirinya di sebuah pondok pesantren yang sedikit jauh dari desa, beberapa menitpun sudah berlalu, dan Shabir pun telah usai mandi, saudaranya pun sudah siap untuk mengantarkannya kesekolah, dan anak muda itupun mulai mempersiapkan diri dan mengecek terlebih dahulu barang-barang yang akan di bawa untuk kesekolah karna persiapan untuk melaksanakan MOS (Masa Orientasi Siswa). Setibanya di gerbang sekolah, suara microphon pun menyambut telinga.
“....tujuh, enam, lima,....” suara panitia MOS menghitung mundur.
Hitungan mundurpun sudah sampai lima, Shabir pun bergegas mengambil barisan di paling belakang. MOS (Masa Orientasi Siswa) pun meramaikan suasana di pondok pesantren, papan nama bergelantungan di leher, tas kresek meramaikan suasana, topi kerucut menghiasi kepala dan suara perut lapar pun mulai terdengar.
Anak muda  itu tercengang-cengang menoleh ke arah kanan kirinya melihat papan nama yang bergelantungan di leher teman-teman yang tak di kenalinya dan berharap ada salah seorang yang akan di kenalinya, semua sudut sudah di pandanginya, dan terlihat di paling ujung sana ada salah seorang yang mirip seperti temannya ketika masih SD dulu, dan ternya benar dengan dugakannya, itu adalah teman lamanya si Ruman dengan si Anton, dengan begitu gembiranya bertemu dengan teman lama yang bertahun-tahun baru dilihatinya, Shabir pun berjalan ke arah temannya tampa sadar ia dalam suatu barisan melaksanakan MOS.
“wee... siapa itu yang paling belakang kok jalan-jalan, g’ tau orang lagi berbaris apa..” sorak salah seorang panitia menggunakan microphon telah mempergokinya ”.. kamu.. yang jalan-jalan kesana kemari itu maju kedepan” saut panitia yang stunya lagi.
Dengan wajah kecewa Shabir pun maju ke depan, dan menerima hukuman yang sewajarnya dari seorang panitia atas kecerobohannya itu.
      Hari demi hari pun berlanjut, suasana MOS pun sudah terasa berbeda dengan hari-hari sebelumnya, yang dulunya ia mengira sendirian di sana dan sekarang sobat lamanya si Ruman dan Anton yang menjadi teman dekatnya, bahkan bukan sekedar si Ruman dan si Anton saja yang di kenalinya, sekarang ia sudah mulai punya teman baru yang bisa di ajak bercanda. Akan tetapi, Ada seorang gadis yang membuat anak muda itu kagum, yang mungkin gadis itu tidak pernah ia perhatikan sebelumnya yang namun perasaan pernah di lihatinya, namun ia heran pernah melihatnya di mana, gadis itu kelihatan lugu, khusuk mendengarkan salah seorang panitia yang hendak menyampaikan materi. hari-hari selanjutnya ia terus memperhatikan apa yang di kerjakan sang gadis, mata Shabir meraba ke arah papan nama yang tergantung di leher sang gadis, namanya Wirna Syafitri, gadis itu begitu manis di mata Shabir, tahi lalat kecil yang manis melekat di bawah kanan bibirnya, badan yang tak terlalu tinggi kelihatan begitu mungil, ia nampak lugu, pendiam, mudah senyum, senyumannya membuat anak muda itu menjadi merasakan hal yang berbeda di dalam hatinya. Mata Shabir tak lepas dari sang gadis, dan gadis itu tampa sengaja menoleh ke arah pandangan anak muda tersebut, dan dengan cepatnya Shabir menarik pandanganya menjauh dari sang gadis, ia merunduk memegang pena saking malunya sambil menarik nafas perlahan. Anak muda itu duduk dengan salah seorang teman baru yang bernama Arjuna, dan Arjuna berbisik ke arah Shabir seraya berkata:
“Sebenarnya gadis itu cantik ya.. ?”  Arjuna membisik ke telinga Shabir,  sambil ia melihat wanita itu. Shabir  menjawab dengan menganggukkan kepala sambil ia menulis,  ia hanya tersenyum di dalam hatinya, dan berkata “aku pasti memiliki mu suatu saat nanti”
Beberapa hari setelah MOS usai, mereka sudah saling mengenal satu sama lain, ke akraban mulai muncul di sela-sela teman baru. Shabir yang telah lama terkagum-kagum terhadap sang gadis, ia selalu bermain ketempat duduk si gadis itu meski tidak ada hal yang penting akan di bicarakan, Syafitri orang yang pendiam, tidak terlalu suka banyak berbicara terhadap sesama sekiranya tidak ada hal penting yang perlu ia ucapkan, kelihatannya ia anak yang baik hati yang akan bisa menyamankan hati seorang Shabir.
Di dalam hati Shabir bergejolak rasa rindu yang tak seorangpun yang tahu, ia kunci rindu itu seakan-akan ia tak ingin memperlihatkan kerinduannya itu kepada Fitri, padahal ia sangat ingin mengungkapkan kerinduannya itu terhadap Syafitri anak yang pendiam itu, namun ia begitu berat, karna merasa malu kepada Fitri yang kelihatan tak suka banyak bersosialisai terhadap teman laki-laki di dalam kelasnya, ia selalu bersama teman-temannya yang berada di sekitar tempat duduknya, entah kenapa ia tidak suka bercanda dengan laki-laki di kelasnya, termasuk juga terhadap Shabir, meskipun Shabir sering bermain kesekitar tempat duduknya, namun ia selalu berpaling dari Shabir, Shabir semakin tertarik dengan sikap Fitri yang seperti itu, ia semakin penasaran dan itu yang membuat tekatnya untuk semakin keras untuk memiliki kekasih hati selayaknya Syafitri yang tidak suka bermain dengan laki-laki, ia berfikir bahwa orang yang tidak suka bermain dengan laki-laki itu adalah orang yang setia dan tidak akan membuat hatinya akan terluka, iapun berharap demikian.
Sepulang sekolah, Shabir melihat Fitri yang sedang jalan kaki bersama dengan beberapa salah seorang temannya, ia menawarkan Fitri untuk di boncenginya, dan iapun menolak untuk di bonceng oleh Shabir, dan Shabirpun berfikiran positif mengenai hal itu, “mungkin di sebabkan ada temannya yang membuat Fitri malu untuk ku boncengi, lain kali aku akan mencoba kembali” kata hati Shabir berbisik sambil ia meneruskan perjalanannya. Sesampai di rumah usai ia buka sepatu dan menaruh tas di atas meja,iapun briistirahat sejenak sambil mendongak kelangi-langi rumahnya, ia terbaring di atas kasur yang sederhana itu, tampa ia harus mengganti pakaiannya, iapun terlelap  di tiup kipas angin, dan ia bermimpi bertemu dengan Syafitri, ia bermimpi memboncengi Fitri kesebuah taman yang belum pernah ia lihat sebelumnya, di sebelah kiri terlihat pepohonan yang begitu menjulang rapi, ia lihat kesebelah kananpun begitu, dan tiba-tiba di ujung perjalanan itu, ia melihat air terjun yang luar biasa indahnya, di sekitar air terjun tersebut banyak sekali orang yang berpasangan lagi duduk ke arah air terjun, dan Shabirpun mengajak Fitri berhenti sejenak di situ, tidak lama kemudian terdengarlah teriakan yang seolah-olah lagi memanggil namanya, seraya berkata.
“Shabir.. Syabhiir.. Shabir..” semakin dekat suara itu di telinga Shabir, tau-tau itu suara ibunya yang memanggilnya untuk makan siang.
“Shabir.. makan siang nak” kata ibunya sambil berdiri di depan pintu kamarnya.
“mmm.. ia mak..” saut Shabir sedikit merasa kesal karna telah dibangunkan dari mimpi indahnya itu ”..emak duluan dah dulu entar Shabir nyusul belakangan, Shabir masih ngantuk ni mak” lanjut Shabir.
“emang kamu g’ mau solat Dzuhur apa, ??” tanya ibunya lagi.
“solatlah mak..” jawab Shabir terdengar sekali ia masih terasa letih.
“ayo makanya bangun,”
“ia.. mak..”
     Sehempas mimpi yang mungkin nyaris sama dengan mimpi yang pernah ia alami semalam, baru ia sadari bahwa wanita yang ada dalam mimpinya itu Fitri, iapun merasa heran yang tak terhingga, kenapa mimpi itu datang kembali, apa maksud dari mimpi itu entah ia pun tak mengetahuinya.[]

                                                     

Perasaan Di Atasa Kertas

Di waktu-waktu luangnya, Shabir selalu menumpahkan isi hatinya di setiap lembaran-lembaran belakang bukunya. Dan pada suatu hari, buku itu di tinggalinya di atas meja saat jam istirahat, ia lupa masukkan kedalam tas setelah proses pemelajaran selesai, dan buku itu sempat di baca oleh si gadis bersama teman-teman akrabnya Ani, Rosmita, Mariana dan Sunni. Sepatah kata dalam buku itu yang sempat di bacanya yakni:
…..sungguh keras perasaan ku terhadap mu, namun aku dengar diri mu akan kembali lagi terhadapnya, sungguh berat rasanya aku mendengarkan itu, jika ada waktu untuk ku, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu itu, aku akan menyatakan perasaan ini kepada mu, …..
 Tidak ada nama yang di cantumkan di dalam ungkapan itu, hanya saja anak muda itu telah siaga, apa bila buku itu di baca oleh salah seorang temannya nantinya, tidak akan ada yang tahu siapa orang yang di maksud di dalam buku itu. Fitri pun tak memahami isi dari kutipan itu, ia tidak merasa di sebut dalam sebuah tulisan itu. Namun ada salah seorang teman Fitri yang mengetahui isi buku itu, karna ia curiga terhadap sikap Shabir yang setiap saat ketempat duduknya Syafitri meski tidak ada hal yang begitu penting, hanya sekedar numpang duduk asal dekat dengan Fitri, teman dari Fitri itupun menjelaskan tentang isi kutipan dalam buku tersebut.
“Fitri.. ini kamu yang di maksud dalam buku ini, serius ini beneran kamu lo” kata Ani salah seorang teman Fitri yang curiga terhadap Shabir mencoba meyakinkan Fitri.
namun Syafitri tidak yakin bahwa dirinyalah yang di maksud dalam kutipan kecil itu, karna mungkin Fitri takut di katakan wanita ke GR-an. dan iapun menjawab:
aah.. bukan kok.. mungkin saja Sofiah yang dia maksud dalam buku ini, kan udah lama ia pendam perasaan kepada Sofiah adik kelas kita yang sebelah itu jawabnya sambil memikirkan yang sebenarnya.
“ia juga sih.. tapi dari sikapnya terhadap mu, Shabir suka terhadap diri mu, buktinya ia sering datang mendekati mu kan “ saut temannya itu.
Perkataan temannya itu membuat hati Syafitri tergugah, namun Fitri masih belum bisa percaya sepenuhnya terhadap perkataan temannya itu karna takut nantinya ia akan malu jika bukan ia yang di maksud dalam catatan itu. Di sela-sela perbincangan itupun bel berbunyi.
Teeeett.. teeeett..
Suara bel pun telah terdengar menandakan pelajaran ketiga sudah mulai bersiap-siap akan masuk, Shabirpun  masuk ke dalam kelas, dan Ani pun menghamprinya, dan tiba-tiba menanyakan tentag kutipan kecil yang berada di dalam bukunya itu :
“Shabir.. siapa sih wanita yang kamu maksud di dalam buku mu itu ??”  anak muda itu terkejut dan segera beranjak ke meja duduknya dan tiba-tiba suara ramai terdengar,
“Cieeeeeeeeeeeeeeeeee… cieeeeeeee…” serempak mereka berempat termasuk gadis itu, Shabir terdiam karna malu, pipi merah dan keringat pun bercucuran menandangan ia sangatlah malu, mata sang gadis menatap ke arahnya sambil tersenyum simpul kepadanya dan bertanya  selayaknya teman dekat:
“Shabir… siapa sih yang kamu maksud di dalam buku mu itu, adek yang ada di sebelah ya..??” Tanya gadis itu kepada Shabir .
Shabir sangat kecewa, “kenapa dia belum juga paham isi hati ku terhadapnya” kata dalam hati Shabir.
“mmmm… g’ ada kok, g’ ada orang yang aku maksud” jawab Shabir lemah.

                                            



Ungkapan Sang Pemuda

Di suatu malam anak muda itu di ajak untuk ke rumah sakit untuk menjenguk kerabatnya yang jatuh sakit, dan Shabir pun berjumpa dengan salah seorang teman sekelasnya di rumah sakit yaitu Rosmita. Rosmita merupakan teman  dekat Syafitri di kelas,dan Shabir pun menyapa.
“Assalamualaikum.. Rosmita.. lagi ngapain di sini Ros” tanya anak muda itu kepada Ros teman kelasnya.
“Wa’alaikumussalam.. Eeh.. Syhabhir, anu.. ini, cari kerabat yang sedang sakit, naa.. situ ngapain disini” jawab Rosmita agak sedikit terkejut.
“Sama aku juga mau nyari kerabat ku ni yang lagi sakit” saut Shabir. Di tengah-tengah perbincangan itu Shabir pun melanjutkan perkataan “..Rosmita.. titip salam untuk Fitri ya” kata Shabir di iringi canda.
“Cieee.. yang lagi kasmaran ni yee..” ledek Rosmita sambil mendorong Shabir, “.. tapi aku takut entar pacarnya Fitri marah lagi pada ku” lanjut Rosmita.
Terkejut hati anak muda itu mendengarkan Rosmita berkata seperti itu “Ros.. emang dia punya pacar ??” tanya Shabir spontan di iringi rasa kecewa.
“Iaa.., tapi dia udah putus, sekarang dia lagi kesepian.. makanya ia dieem aja kerjaannya di kelas”
“Ooooowh... udah putus, g’ jadi masalah kalok gitu, mana aku minta No. Handphone nya ada g’.. ??” Kata Shabir dengan harapan yang penuh.
“Ya... tapi jangan kasi tau dia kalok aku yang ngasi No. nya.. !!” kata Rosmita untuk antisi jika Syafitri hendak marah nantinya.
“Ya...”
Seorang Shabir tidak pernah berfikir akan mendapatkan Syafitri yang baru saja putus dari kekasihnya, mungkin ia butuh waktu untuk menyendiri untuk mengobati lukanya, di samping juga Shabir tidak punya handphone untuk menghubungi Fitri, jadi ia tahan dulu rencananya untuk menghubungi gadis tersebut sambil ia mengelus dada, “hmmmmmmmm.....”
Pada suatu malam keponakannya datang berkunjung kerumahnya, iapun meminjam handphone pada keponakannya itu, iapun segera menelfon Syafitri.
Tuuuth... tuuuuth... tuuuuuth...
Tidak lama kemudian telfonnya di jawab,
“Assalamualaikum.. Halo.. ini siapa ya..”
Suara indah merasuk kedalam syaraf telinga, Shabir pun terpaku, ia tak mampu untuk mengeluarkan sepatah kata, kegugupan melanda dirinya, gemetar seluruh tubuhnya, pelan-pelan ia melepas suara:
“A’..Aa’..Akuu..meng..ganggu g’.. ??” tanya Shabir, kegugupannya sangat dahsyat, pipi memerah karna malunya, keringat terlihat mengucur di keningnya, hingga iapun lupa menjawab salam dari Syafitri.
“G’.. kok, tapi ini siapa dulu makanya??” Syfitripun mengulangi pertanyaan nya.
“Masak g’ kenal sama suara saya.??” ujar Shabir berusaha mengingatkan suaranya yang selalu di dengar gadis itu setiap hari di sekolah.
“Kayak suaranya Shabir, ini benar Shabir kan.. ??” tanya Fitri meyakinkan.
“Ya..”
“Ooooh.. ada apa emang nya.. ??”
“G’.. aku Cuma mau menanyakan sesuatu aja pada mu”
“Ya.. mau menanyakan hal apa ??”
Seorang anak muda yang belum pernah sama sekali mengungkapkan perasaannya kepada wanita, kini ia memberanikan diri untuk melakukan hal itu, tampa harus di dasari dengan pendekatan terlebih dahulu, ia rasa pendekatan di sekolah sudah cukup untuk saling mengenal satu sama lain, dan Shabir telah melihat Safitri setiap hari di sekolah, dia kelihatan baik, pendiam. Dan kini saatnya ia mengungkapkan perasaannya meski lewat perantara handphone pinjaman, dan ia pun memulai perkataannya:
“Fit..Fitri.. A’..Aaku mau daftar sekolah, apakah ada meja yang tersisakan untuk ku ??” ungkapannya sedikit mengalihkan topik, tujuannya agar tidak terlalu malu di kala ungkapanya di tolak, ia mengira bahwa sang gadis tidak mengerti dengan pertanyaannya itu, dan Syafitripun menjawab.
“Ada kok.. malahan banyak” jawab Fitri sambil senyum-senyum simpul, Shabir pun tercengang, ia kira Fitri memang tidak mengerti atas apa yang ia maksudkan, iapun melanjutkan pertanyaanya.
“Tapi ada g’ siswanya.. ??” ia sudah sedikit tenang di karenakan jawaban Fitri yang sedikit terlihat bahwa ia sudah di berikan celah untuk masuk.
“Ada.. tapi sudah pada lulus semua...”
“Jadi bisa g’ aku masuk di situ ??”
“Bisa..”
Shabir pun semakin tercengang, ia mengira semua jawaban Fitri itu di sebabkan ketidak pahaman atas pertanyaannya, ia pun bertanya kembali untuk memastikan apakah benar ia paham atas apa yang di maksudnya selama ini.
“Tapi kamu ngerti g’ maksud ku..”Tanya Shabir pada gadis tersebut.
“Ia aku ngerti kok maksud mu, kamu mau jadi yaaaaaaa... gitu deh pokoknya..” jawab Syafitri malu untuk menjelaskan apa maksud dari pertanyaan anak muda tersebut. Dan hati anak muda itu seakan akan melayang rasanya, seolah-olah di dalam hatinya berkata ”yes.. akupun berhasil mendapatkan mu”. Di tengah-tengah kegembiraan yang tk terhingga itu, ia pun berkata.
“Ya.. kalok gitu aku boleh memperjelas kata-kata ku yang tadi..”
“Ya... boleh..”
“Ka..Kamu mau g’ jadi sahabat dalam hidup ku/kekasih hati ku ??” perjelas Shabir dan gadis itupun menjawab.
“Ya.. aku  mau jadi kekasih mu”
Lega sudah hatinya setelah perasaannya yang ia pendam selama ini, ia bisa ungkapkan dengan keberhasilan, Shabir pun fakum sejenak di karenakan kegembiraan dalam hatinya yang tiada tara itu, ia seperti seorang yang baru saja memenangkan lomba lari maraton yang begitu membuat jantung terasa berdetak kencang dan setelah orang itu memenangkan perlombaan tersebut, lalu orang itu melompat-lompat kegirangan sambil mengangkat-ankat tangannya sambil mencium mendali keberhasilan. Seperti itulah kiranya anak muda itu saat Fitri menjawab “ia” kepadanya. Di tengah-tengah kegembiraan yang tiada tara itu, sabhirpun memecahkan suaranya.
“Kalok gitu... mulai sekarang aku mau panggil kamu apa..??”
“Mmm... Mau panggil apa aja terserah dirimu saja”
“Kalok gitu.. aku panggil kamu sayang boleh ??”
“Boleh.., apa saja boleh untuk mu..” suara Fitri begitu senang di kala Shabir berkata begitu, kegembiraan terdengar di suaranya.
Di dalam jiwa yang membara, seorang Shabir telah berhasil menaklukan cinta seorang gadis, cinta yang ia mimpikan selama ini, hendpone pinjaman membawakan suatu berkah kedalam dirinya.
“Ya sudah.. kalok gitu handphone ini mau di ambil, aku g’ punya handphone, akan tetapi lain kali aku hubungi kamu lagi, udah dulu ya, assala mualaikum..”
“wa alaikumussalam..”
Shabir tidak tau bahagianya datang dari mana malam itu, dan ia berkata dalam hati kecil nya “sungguh ini adalah malam yang paling bahagia dan paling indah seumur hidup ku”.

                                                       


Sang Penyemangat

Seorang anak muda telah menemukan jati dirinya, wanita yang ia sebut-sebut di setiap lembaran buku nya itu telah ia raih, dan gadis itu mulai memahami isi dari buku yang telah di bacanya dulu. Shabir pun semakin semangat untuk pergi kesekolah, yang dulunya ia sering telat berangkat kesekolah, sekarang ia tidak pernah telat lagi utuk pergi kesekolah, seorang Shabir  yang dulunya adalah seorang yang pemalas, sekarang ia menjadi rajin belajar, ia berubah 100% dari kehidupannya yang sebelumnya.
Hari-hari semakin berwarna dalam diri Shabir , sampai akhirnya ia membeli sebuah hendphone untuk menghubungi sang pujaannya Safitri, sejak itu ia semakin sering  untuk saling contak, kapan saja dan di mana saja, akan tetapi Shabir  ingin membuktikan kepada teman-temannya, begitupun dengan pacarnya, dan kedua orang tuanya, bahwa ia sudah berubah dari Shabir  yang dulu pemalas kini menjadi lebih rajin, dan iapun ingin membuktikan kepada Fitri bahwa dengan kehadirannya telah membawakan dampak perubahaan yang besar dalam dirinya. Ia selalu meluangkan waktunya untuk membuka buku dalam keadaan apapun walau yang semestinya ia tetap di temani oleh kekasihnya lewat telfon sambil belajar, selsai solat ia selalu memohon do’a kepada sang kuasa, “Ya allah, berikanlah kepada hamba sebuah petunjuk, agar hati ini selau terbuka untuk selalu memahami semua ilmu-ilmu mu....”
Kehadiran Wirna Syafitri dalam dirinya membuat Shabir  menjadi termotifasi, Syafitri menyemangatkan hidupnya yang dulunya gemerlap hitam dan kini telah berubah menjadi penuh warna, bagi seorang Shabir  punya kekasih yang satu kelas itu merupakan hubungan yang sangat menggembirakan, di karenakan ia bisa saling mengawasi, bertemu setiap hari, saling pandang setiap hari, dan tentunya ia bisa saling menyemangati dan saling bersaing dalam bidang ilmu apapun.  tapi siapa mengira di balik semua yang di fikirkan oleh dirinya itu akan menjadi sebuah teragedi dalam dirinya, pacaran sekelas tak seindah yang ia bayangkan.
Hari-hari berikutnya hubungan mereka masih baik-baik saja, pada minggu pertama hubungan itu berubah menjadi kecemburuan, kecurigaan di iringi pertengkaran entah oleh masalah kecil ataupun besar, Shabir  cemburu terhadap salah seorang temannya yang selalu mendekati Syafitri, itu yang menyebabkan hati Shabir  tergoyahkan, dan rasa takut akan kehilangan Syafitri semakin mendalam, siapa menduga seorang sahabat sejati bisa menjadi musuh dalam selimut dalam diri Shabir . Rasa sayang Shabir  kepada Syafitri sangatlah dalam, akan tetapi Syafitri tidak pernah mengerti dengan perasaan seorang kekasih yang selalu berada di hadapannya, sampai suatu ketika Shabir   memberikan peraturan pada diri Syafitri kekasih nya, ia (Syafitri) tidak di izinkan bermain dengan laki-laki apalagi sentuh-sentuhan, dan di saat jam pulang sekolah harus di boncengi oleh Shabir , dan Syafitripun setuju dengan peraturan yang di berikan kekasihnya itu, akan tetapi peraturan itu Ia jalani hanya sementara, di dalam diri Shabir  tersimpan sikap yang begitu egois, iapun tak mengerti dengan diri Syafitri, dan Syafitripun tidak mengerti dengan diri Shabir , walau begitu tak terasa  beberapa bulan ia lewati bersama, meski dalam diri Shabir  tersimpan rasa sakit, sedikit demi sedikit rasa sakit melukai hatinya, smaster ganjil sudah menanti di sekolah, sebentar lagi naik ke kelas XI, masalah demi masalah yang menimpanya dapat ia lewati, Shabir  tak pernah putus asa untuk belajar, ia juga ingin mewujudkan do’a nya untuk membuktikan kepada teman-teman nya  bahwa ia bisa seperti teman-teman yang  lain.
Sampai di hari pembagian raport, akhirnya perjuangan sang Shabir  membuahkan hasil yang begitu memuasakan dalam diri Shabir  pribadi, meski ia mendapatkan peringkat ke 2 dari yang ke 28 siswa di kelasnya, di samping mengherankan semua teman-teman nya di samping itu pacar nya menjadi bangga pada nya, ia tidak terlalu pintar, namun bisa mengalahkan teman-teman yang lebih pintar darinya.
Hari-hari terus berlanjut, tak terasa bulan ramadlan akan segera tiba, dan dua hari sebelum puasa, sekolah mengadakan penyambutan HULTAH NWDI di Anjani, seharian tampa bersama Syafitri , Shabir  tiada teman yang menghiasi hari, hanya teman sejati yang menemani hati yang sepi tampa Syafitri.
Malam tiba, adzan magrib meramaikan suasana di Anjani, lampu-lampu menyala di pinggiran jalan, banyaknya orang berdagang memadatkan jalan, mata selalu mencari-cari sosok sang kekasih hati, namun terasa sulit untuk menemukan nya di  tengah keramaian yang tiada sela mata memandang. Di saat malam telah mulai larut, keramaian orang yang datang pun semakin memadat karna besok akan ada pengajian sang ulama’ makkah, di saat kepala hendak terjatuh untuk tertidur, mata yang baru saja terpejamkan, tiba-tiba panggilan masuk ke handpone nya, dan mengabarkan bahwa Syafitri telah pingsan di tengah-tengah keramaian, dan sekarang ia ada di aula, seorang Shabir  yang panik akan kekasih nya, bergegas berlari mencari nya, namun di Aula tersebut nampak gelap, hanya cahaya lampu yang masuk ke dalam nya, banyak nya orang membuat Shabir  koalahan untuk mencari Syafitri dan ia tak menjumpai nya. Ke esokan harinya, pagi menyilaukan mata, dan Shabir  langsung mandi dan mencari Syafitri kembali ke aula, dan akhirnya ia temukan Syafitri di situ duduk ke arah timur dan semua  uang termsuk handpon nya pun hilang di ambil orang, dan Shabir  memberikan sedikit bekal untuk sang kekasih, meski harus membagi setengah uang belanjanya, namun karna cinta dan sayang nya seorang Shabir  membuatnya tak pernah berfikir apa pun, Shabir  memberikanya dengan penuh kasih sayang layak nya ia menafkahi seorang istri.
Hari-hari di anjani telah ia lewati,hari-hari di sana membekaskan kenangan yang tak terlupakan bagi nya, dan tak terasa libur menyambut bulan ramadlan telah tiba, usai pembagian raport, bulan ramadlan yang penuh berkah ini membawakan sejuta kebaikan, di mana ia tidak pernah bertengkar lagi dengan kekasih nya Syafitri karna handpon nya yang hilang kemarin.
Kini suara orang yang minta amal di setiap surau meramaikan suasana di telinga, jama’ah solat taraweh memenuhkan surau, setiap malam keluar ngaji ke penjuru surau , hanya mengharapka ridho dari sang ilahi pada bulan yang suci ini, dan pada suatu malam ia mengaji ke surau daerahnya Syafitri tinggal, dan ia temukan Syafitri mengaji di situ sedang duduk di dekat orang yang asing bagi sang Shabir , ia duduk berdampingan dengan seseorang laki-laki itu  yang di mana laki-laki itu ternyata kerabat Shabir  sendiri yang dari luar negeri(Dumai) baru pindah ke lombok yang namun ia tak ketahui, hati Shabir  merasa tertekan melihat dia di samping laki-laki itu, akan tetapi ia tidak pernah memikirkan hal yang lain-lain tentang mereka berdua.
Hari libur telah usai, saatnya masuk sekolah, hari demi hari Syafitri kalihatan berubah, ia kelihatan menjauh, dan merasa takut di saat ia pulang bersama, hal ini tidak biasa dalam diri Syafitri, dan ada tulisan singkat besar di bangku nya yang sulit untuk Shabir  pahami, apa makna dari tulisan tersbut , dan ia selidiki apa maksud dari tulisan itu, akan tetapi ia tidak berfikir Negative tentang tulisan itu, dan pada suatu hari di saat ia berangkat kesekolah, Shabir  bertemu dengan keponak an nya Arti, ia tinggal sekampung dengan kekasih nya Shabir ,Arti merupakan kakak kelas dari Shabir ,kebetulan ia temui  jalan kaki pas berangkat ke sekolah,dan  dia bertanya pada diri Shabir :
“Paman.. masih g’ kangen ama Syafitri.. ??” Kata Arti dari belakang sambil di bonceng oleh Shabir
Ialah.. aku sayang banget sama dia..” Saut Shabir  dengan penuh kejujuran dari dalam hatinya,
“mmmm....” Arti menjawab singkat
“emangnya kenapa.. ??”
“mmm.. g’ ada paman..”
“ooooh...”
di suatu hari, ruang kelas sepi karna semua orang telah keluar untuk mengambil air wudu’ ,hanya Shabir  seorang yang sedang memasukkan bukunya kedalam tas, tiba-tiba Syafitri masuk ke dalam kelas tak biasa, katanya ia ingin berbicara sesuatu padanya,mereka duduk di pojok timur dan Syafitri berkata pada Shabir :
“kamu beneran g’ sayang  sama aku.. ??” kata dia sambil keliatan sedih seperti ada masalah dala dirinya,
“ya.. aku sangat menyayangi mu, lebih dari apapun juga..” jawab Shabir  dengan jujur , Syafitri berkata:
“tapi jika aku punya kekasih lain selain kamu, apakah kamu akan tetap menyanyangi aku.. ??”
hati Shabir  terkejut, dan membuat nya bertanya-tanya di  dalam hati nya, “apa maksudnya dan apa mau nya, apa dia ingin mutusin aku”..  kata hati nya pemuda itu ..
dan anak muda itupun berkata pada Syafitri:
“jika kamu punya pacar selain aku, aku kan mengikhlaskan mu untuk dia, ku biarkan kamu bahagia bersama nya, tapi aku kan tetap mencintai kamu sampai kapapan pun juga karna hati ini telah terikat erat pada  mu..”
 Syafitri merunduk termenung, sambil berkata:
“maafkan aku, aku telah menghianati cinta mu, aku punya kekasih selain kamu..”
kata dia sambil mata klihatan basah akan air mata, pemuda itu terkejut mendengarkan dia berkata seperti itu, dan berkata:
“Udah jangan kau basahi pipi mu dengan air mata, kamu sudah bahagia sekarang dengan kekasih baru mu, aku g’ bisa apa-apa di saat sudah seperti ini..”
Kata Shabir  sambil ingin meneteskan air mata patah hati dan mengusapkan air mata Syafitri di pipi manisnya.
Meski hati sang pemuda terasa sakit, ini merupakan pertama kali Ia merasakan cinta di  khianati dan hati sesakit itu, cinta yang begitu tulus dan begitu suci telah mulai ternodai.
Dan pemuda bertanya lagi pada Syafitri :
“Kamu lebih sayang pacar baru kamu atau aku.. ??” Syafitri menjawab:
“Aku lebih sayang kamu..” Jawab Syafitri merunduk, dan Shabir  berkata lagi:
“Jika kamu sayang pada ku, kamu pilih putusin aku atau dia, jujur aku g’ bisa mutusin kamu aku g’ ingin putus dari mu, tapi jika kamu milih dia, silahkan putuskalah saja aku..”
Kata Shabir  sambil terharu di dalam hati dan merendahkan diri kepada Syafitri,Syafitri  menjawab:
“Aku sayang pada mu, aku tidak ingin jauh dari kamu, aku janji akan memutuskan dia..” Kata Syafitri dengan jelas, Shabir  bertanya lagi pada Syafitri:
“Siapa sih pacar baru kamu .. ??” ia menjawab:
“Iswandi kerabat kamu yang dari dumai itu..”
“Ooooooh pantes.... “
Ia mengangguk kan kepala , rasa kecewa tumbuh di dalam hati namun di dalam diri Shabir  telah merdeka karna dia lebih terpilih dari pacar barunya itu, sambil mengajak dia untuk keluar mengambil air wudu’ solat berjama’ah di aula sekola bersama teman-teman yang lain.
Kini malam yang terasa dingin di kulit, namun hati memaksa untuk pergi kaluar mengaji, malam sekitar jam 12, satu pesan masuk, tampa nama yang ternyata dari Syafitri,
“yank.. lagi kangen , datang yuk, aku tunggu di pinggir jalan”
Tampa sepatah alasan apa pun pemuda itu lansung datang untuk bertemu dengan Syafitri, mereka bebicara berdua, niat jahat yang menyelimuti hati seorang pemuda yang pertama kali ketemuan itu berkobar di dalam hati, namun hati sanu bari yang telah tersiram mutiara hadits setiap pagi di pondok pesantren mampu mengalahkan hawa nafsu, Shabir  sayang pada Syafitri dan ia tidak ingin merusak kehormatan dal diri Syafitri karna dia bukan mukhrim nya.
Setelah beberapa menit ngobrol berdua an di situ, Syafitri berkata kepada nya:
“Udah ya.. kita pulang, aku takut entar ada fitnah di antara kita berdua, aku juga sudah ngantuk”
Syafitri salaman dengan anak muda, Shabir  pun beranjak pulang dan meninggalkan satu kenangan terindah lagi dalam hidupnya, dinginya malam tak ia hiraukan demi cinta seorang kekasih, untuk melepaskan rasa rindu di hati seorang pujaan hati dingin nya malam ia tabrak, dan segalanya tak di perdulikan.
Puasa.. , puasa yang sangat meninggalkan jejak memory yang indah bersama Syafitri, kini suara takbir berkumandang di sela-sela suara petiran dinamit yang di kerahkan para remaja, langit di hiasai bunga api, jala-jalan di hiasi lampu jalan, sungguh tak terkalahkan meriahnya di bandinkan di kota rasanya, mengelilingi dusun, melewati perumahan, merayakan pestival takbiran dari berbagai dusun, termasuk dusun.
Setelah lebaran usai, malam nya Shabir  akan pergi  berkunjung kerumah bibiknya di Sukaraja bersama bapaknya, dan kebetulan ia bertemu dengan pujaan hatinya Syafitri di sana, dia sedang membeli semangkuk bakso, namun anak muda itu  sengaja tak melihat karna menghargai akan rasa malu seorang kekasih. Ia hendak mengirim seutas pesan padanya, namun Ia ingat bahwa handpone Syafitri telah hilang, ia mau keluar namun ia malu, Shabir  terdiam di dalam, tiba-tiba satu pesan masuk dari Syafitri, dia nyuruh anak muda itu untuk keluar, mereka berdua bertemu di luar, Syafitri berkanta pada pemuda:
“Kok kamu keliatan jutek gitu sih,..??”
“Ndak.. ini memang rupa aku.. “   Ia menjawab sambil cemberut, dan Syafitri bertanya kembali:
“Memangnya ada masalah ya.. ??”
“Tidak kok, ..”
“Ya sudah, aku pergi dulu ya.” Kata Syafitri padanya, sambil ia ulurkan tangan nya hendak bersalaman.
Hari libur telah usai, hari-hari di kelas XI telah berlalu, sekarang hidup baru di kelas XII, hari-hari di kelas XII semakin berubah, Syafitri yang dulu pendiam berubah menjadi banyak bicara, dan tak memperdulikan si anak muda layaknya bukan siapa-siapa bagi dirinya, dia semakin kegenitan, dan pandangan nya pun hilang untuk Shabir , rasa malu yang Shabir  pendam pada Syafitri membuat nya gemeteran untuk menulis de dapan, saat di suruh menulis oleh guru nya di papan,kini kata sayang lewat handpon sudah tidak ada lagi karna handpon nya sudah tidak ada lagi,sejak itu Syafitri berubah sedikit demi sedikit pada Shabir , dan Shabir  memberikan sepucuk surat untuk Syafitri, surat tertuliskan tinta hitam, rasa sayang seorang Shabir  tertumpahkan di dalam surat itu, rasa rindu meski bertemu setiap hari tak memuas kan hati nya, dan rasa kecewa, selurunya ia tuang di dalam surat itu, rasa sakit hati yang selalu ia terima setiap hari, dan Arjuna sahabat Shabir  sendiri kelihatan sering mendekati dan bermain dengan Syafitri, Shabir  tau betul sikap Arjuna, karna mereka telah bersahabat sejak ia masih kelas VIII SMP dulu, ia sombong, suka mempermainkan wanita dan sering mencela orang lain, rasa cemburu dan rasa takut akan kehilangan Syafitri akan di ambil oleh sahabat nya sendiri  mengeram di dalam hati nya.
Surat yang tak ada balasan, Shabir  semakin curiga dengan diri Syafitri,kata-kata merendahkan diri tertumpahkan di lembaran surat, seolah-olah tak ada cinta lain bagi Shabir  di lembaran surat itu, ia layaknya seorang pengemis yang butuh belas kasihan yang membuat Syafitri menjadi sombong terhadap nya.
Pada suatu malam, pesan masuk di handpon nya Shabir ,
“Mlm..”
Pesan singkat terlintas,
“ini siapa ya..?”
balas Shabir , pesan masuk lagi :
“cewek lah..”
Shabir  membalas pesan itu lagi:
“cewek......, nama kamu siapa ?”
tanya Shabir  sambil merasakan hal yang amat berbeda di dalam hatinya, ia sudah menebak bahwa itu Syafitri kekasih nya, rasa rindu yang amat mendalam menyelimuti hati nya, dan pesan masuk lagi:
“nama ku Ayat, nama kamu siapa..?”
ia menjawab dan bertanya kembali kepada Shabir , dan Shabir  membalas pesan nya:
“Ayat..   ayat apa an, ayat suci al-qur’an..?”
Tanya Shabir  sambil bercanda, dan Shabir  langsung bilang:
“Kamu Wirna Syafitri kan, kenapa kamu tega membohongi ku seperti ini ”
Shabir  bertanya kepada nya dengan nada kecewa, pesan masuk tiba lagi:
“Apa maksud mu , aku Ayat.”
Jawab Syafitri bohong kepada Shabir , Shabir  pun menjawab :
“Jangan bohong, kau tak mampu membohongi hati ku, karna hati ku berkata lain di saat pertama kali aku membaca pesan mu ini.”
Kata Shabir  sambil mempertegas keyakinanya, dan akhirnya Syafitri mengakui semuanya,
“Ia.. aku ini Fitri, maaf jika aku membohongi mu.”
Jawab Syafitri,  Shabir  membalas pesan nya lagi:
“Kenapa kamu lakukan hal ini, aku sangat menyayangi kamu, rasa rindu yang tak dapat lagi aku bendung, kenapa kamu melakukan ini pada ku, kamu g’ ingin aku tau kalok kamu telah punya handpon dan kamu tak ingin aku tau nomor kamu ..?”
Kata Shabir  kepada Syafitri dalam pesan, kini Shabir  semakin sering menelfon Syafitri, namun g’ seperti dulu, setiap hari dan setiap waktu, kini hati Shabir  semakin terbelenggu, rasa curiga dan kehawatiran nya kepada Syafitri pun semakin terpendam.
Dan sekarang tak terasa hampir empat bulan sudah Shabir  duduk di bangku kelas XII dan tak terasa pula sudah lima bulan ia menjalani hubungan dengan Syafitri, namun hari demi hari di kelas XII Shabir  semakin berubah, yang dulunya ia tidak sering telat kini ia mulai belajar untuk telat kesekolah, belajar tak lagi serajin dulu, karena rasa sakit hati telah menodai hatinya dan mematahkan semangat nya, namun walau sakit hati selalu Shabir  tarima dari Syafitri, namun Shabir  selalu berkata kepada dirinya sendiri “bahwa ini merupakan cobak an dalam meraih cinta sejati, meski jalan yang aku tempuh saat ini adalah begitu tajam, namun aku kan tetap jalan di atasnya, karena aku yakin pasti ada kebahagiaan di balik semua ini yang namun tuhan lagi mengatur rencana untuk ku ”.
Dan tak terasa, kini telah tiba bulan  Agustus, di mana hubungan Shabir  dan Syafitri telah beranjak yang ke enam bulan, di bulan Agustus ini merupakan bulan di mana negara indonesia ini merdeka, dan kini telah tiba tanggal 17 Agustus, suasana yang begitu ramai, anak-anak pawai menghibur hati gelisah, dagang-dagang berserakan, dan Shabir  membelikan kalung untuk pujaan hatinya Syafitri, meski kalung itu harganya murah, namun itu sangat bermakna bagi Shabir , Shabir  ingin menyenangkan hati seorang kekasihnya, dan ingin mendekati Syafitri.
Dan kini telah tanggal 25 Agustus 2013, hari yang begitu ramai di dalam kelas, teman-teman berlarian di dalam kelas menantikan kedatangan guru yang akan mengajari mereka, Shabir  hanya terdiam di bangkunya, kelihatan gelisah, dan hati yang begitu terpukul, terpuruk dan terbelenggu, ia hanya merunduk di bangkunya sambil ia menulis isi hatinya di lembaran-lembaran buku, tak lama kemudian, suara sepatu mendekati kelas.
Tek.. tek.. tek.. tek..
“Ikhtirooooooooooom....... hayyuuuu....”
“Assalamualaikum.. wr.. wb..”
“Wa alaikumussalam.. wr.. wb..”
Ucapan hormat yang di berikan kepada seorang guru, namun Shabir  terdiam, mulut yang malas terbuka, dan mengucap salam di dalam hatinya, semuanya duduk rapi tampa suara, Shabir  mengelus di dalam dada, belajar pun tak terasa nikmat, pelajaran sosiologi yang membahas tentag makhluk sosial, guru telah banyak menjelaskan mata merah mengantuk,siswa yang kelihatan bosan, tiba-tiba guru nya bertanya kepada semua siswa.
 “Adek-adek ada yang pacaran dalam kelas ..??”
Sambil memandang ke semua siswa termasuk Shabir  yang kelihatan gelisah tak tentu.
“Cie.. cie.. cieeeeee.....”
Sorotan mata memandang ke arah Shabir  dan Syafitri, mereka berdua hanya bisa terdiam dan merunduk malu,
“Yoh.. yoh.. yoh.. memang nya ada apa dengan mereka berdua, ?”
Tanya seorang guru sambil mencari kepastian, semua terdiam, tak mengeluarkan uacapan apapun,
“Ya.. aku ngerti adek-adek, kita memang boleh pacaran, namun jangan kita mencari pacar yang sama kelas nya kita, itu yang membuat kalian menjadi merasa tertekan dan merasa malu di saat kalian maju ke depan, dan lain sebagainya, sebaiknya nanti pas selsai sekolah baru di lanjutkan lagi hubungan nya..”
Shabir  terdiam merenung kan kata-kata guru nya, ia berfikir bahwa kata gurunya itu benar juga, Syafitri juga terdiam, hal yang sama ia fikirkan,
Tetttttt... teett....... teeeett..
Lonceng keluar main telah di bunyikan, dan Syafitri keluar dengan sahabat-sahabat nya, Shabir  melihat Fitri sedang berbicara dengan sahabat nya yaitu Ros, Martini,Mariana dan Ani. Shabir  sering curhat tentang Syafitri kepada salah seorang sahabat nya yaitu Ani, dan Shabir  menghampiri mereka, dan memanggil Syafitri,
“Fitri.. aku mau ngomong sama kamu..”
Kata Shabir  melihat Syafitri, dan Fitri hanya tersenyum, Shabir  bingung tak tau harus memulai pembicaraan dari mana, ia gugup dan tak tentu pembicaraan nya yang keluar, tiba-tiba ia berkata kepada Syafitri :
 “Syafitri... kamu juga dengar kan kata pak guru tadi, kata pak guru itu benar Fitri, berhubungan sekelas itu membuat kita menjadi malu untuk maju ke depan kelas,..”
Kata Shabir  kepada Syafitri dengan nada yang kaku dan gemetaran, Fitri hanya merunduk mendengarkan perkataan Shabir , dan Shabir  melanjutkan ucapan nya,
“Fitri... kayak nya hubungan kita,........”
Pembicaraan Shabir  terpotong oleh Fitri secara tiba-tiba,
“Ia aku tau, kata pak guru tu benar, memang hubungan dalam kelas itu tidak bagus, dan sebaiknya kita lanjutkan saja nanti ketika kita dah selsai sekolah dari sini,”
Kata Fitri kepada Shabir , Shabir  bingung “maksudnya apa, apa dia ingin putus”, tangan yang berada di dalam saku celana di keluarkan, kalung itu tak jadi di keluark kan mendengar kata Syafitri tadi, hati berdetar kencang, rasa takut di iringi gemetar di dalam hati, Shabir  terdiam merenung kan kata-kata nya Fitri tadi.
“Dan apakah kita akan putus Fitri.. ??”
Tanya Shabir  dengan hati yang gemetar kencang, seolah-olah memompa darahnya naik ke atas kepalanya, Syafitri terdiam, Shabir  sudah tidak tau harus berbicar apa lagi, dan Fitri menjawab pertanyaan nya:
“Ia... kita istirahatkan hubungan kita dulu, nanti kita lanjutkan kalok kita sudah selsai UN jika kau masih mencintai ku..”
Ucap Syafitri kepada Shabir .
 Hati Shabir  berguncang seakan-akan kehilangan kendali, keringat mengalir di kening, ia hanya bisa berdiri menyepi, dan Ia berkata kepada Syafitri:
“Dan siapakah yang memutuskan hubungan ini Syafitri, aku tidak bisa memutuskan seorang perempuan, apalagi seorang yang aku sayang seperti kamu ini, jadi siapa yang memutuskan hubungan kita ini duluan Fitri..??”
Syafitri terdiam kembali, air mata yang hendak menetes di pipi nya Shabir  yang namun ia tahan, muka yang memerah, telinga yang memanas, hati yang begitu terasa sesak, dan Fitri berkata kepada Shabir :
“Bukan siapa-siapa yang duluan, hubungan ini kita putuskan bersama-sama,”
Syafitri kelihatan kecewa, Shabir  berkata:
“G’ aku tidak pernah memutus kan hubungan ini,aku sayang akan diri mu, jadi engkau yang duluan memutuskan hubungan ini Fitri..??”
Kata Shabir  kepada Syafitri,
“Udah..udah.. kita jalani saja untuk sementara waktu, aku juga g’ ingin putus dari mu dan kamu juga g’ ingin putus dari ku,  tapi kita jalani saja untuk sementara waktu, nanti kita lanjutkan hubungan kita ini pas selasi UN,tapi jika kamu masih mencintai ku..”
Syafitri memberikan sebuah harapan untuk Shabir , meski bagi Shabir  ini hal yang berat baginya namun sepucuk harapan melepaskan nya dengan penuh harap, dan ia mengeluarkan kalung yang telah ia siap kan untuk memberikan nya kepada Syafitri, dan memberikan nya untuk pujaan hatinya itu,
“Fitri... jika memang benar hubungan kita sampai di sini, terimalah kalung ini untuk mu, sebenarnya aku mengajak mu ngomong ke sini, hanya hendak memberikan ini pada mu, aku akan selalu menyayangi mu seumur hidup ku Fitri..”
Fitri bertanya lagi:
“Buat apa ini.. ??”
Tanya Syafitri sambil melihat kalung itu, dan Shabir  menjawab:
“Itu sebagai bukti kalok kita pernah putus dan itu juga akan menjadi saksi bahwa kita akan kembali lagi, tapi aku mohon pada mu Fitri sayang ku, meskipun kita putus ,tetaplah pulang sekolah bersama ku.”
Ia terdiam dan pergi,dan masuk kekelas dan mengasi tau semua sahabatnya bahwa dia telah putus hubungan dengan Shabir , semua mata memandang kearah nya, kecemberutan terlihat dari muka sahabat Fitri. Kini telah lenyap cinta seorang remaja yang pertama kali mengenal cinta itu, rasa penyesalan tertuang di dalam hatinya, begitupun dengan Syafitri, hubungan yang terputus tampa di duga-duga, hati terluka karna kecewa, impian Shabir  kini telah terhancurkan.
Sepulang dari sekolah Shabir  mengajak Fitri untuk pulang bersamanya, dan dia mau pulang bersama nya, meski wajah cemberut tegambar di wajah Fitri, Shabir  terdiam dan menyempatkan berbicara,
“Fitri... aku menyesal, dan aku terpukul, aku tersiksa akan keputusan kita tadi, aku ingin kita kembali saat ini juga..”
Fitri merunduk kecewa dan menjawab perkataan nya:
“Jangan sekarang, jangan besok ataupu lusa, bukan kah kita telah berjanji tadi kalok kita akan kembali lagi nanti pas selsai UN, mulai sekarang aku tidak akan pacaran lagi sampai aku tamat sekolah dari sini.”
Kata Syafitri kepada Shabir ,
Kini hari-hari ia lewati, tampa ada gairah dalam hidupnya lagi, hari-hari yang dulu tak pernah telat datang ke sekolah kini di penuhi dengan ketelatan setiap pagi, yang dulunya dia itu anak yang rajin belajar, tapi kini telah berubah menjadi anak yang begitu pemalas dan begitu nakal, prestasi yang ia dapatkan kini telah berubah menjadi prustasi, akan tetapi ada satu perkataan Fitri yang ia pegang bahwa dia g’ akan pacaran lagi sampai dia lulus nanti, itu membuatnya menjadi penuh harap pada Syafitri, meskipun ia telah tak ada hubungan apa-apa lagi, ia tetap saling menyayangi selayaknya seorang pacar.
 Hari-hari silih berganti, minggu demi minggu ia lewati selayaknya orang yang masih ada ikatan, dan pada suatu ketika, Shabir  hendak menelfon Syafitri,
Tuuuuth.....waiting.. tuuuuuth.....waiting.. tuuuuuth.... waiting..
Telfon yang tidak di angkat, ia lagi telfonan entah dengan siapa Shabir  pun tak tau, rasa sakit semakin bersarang di dalam hatinya Shabir , ia mencoba untuk menelfon Fitri lagi.
Tuuuuth.....waiting.. tuuuuuth.....waiting.. tuuuuuth.... waiting..
Sama saja, sampai beberapa kali ia menelfon Syafitri, namun tidak pernah di jawab, hati Shabir  merasa tak karuan, kini terik matahari yang tak terasa di kulit sang anak muda yang sesak hatinya karna seorang wanita yang ia cintai kini tak memperdulikan nya lagi, ia mencoba menelfonya lagi,
Tuuuuth.....waiting.. tuuuuuth.....waiting..
Dan akhirnya di angkat juga,
“Halo.... kamu bicara dengan siapa jak, kenapa kamu tega mengabai kan panggilan ku, mengapa kau lakukan hal itu...”
Kata Shabir  sambil melemah begitu kepada Syafitri, dan Fitri menjawab:
“Tadi aku tidak melihat kalok ada telfon mu yang masuk, tadi itu Arjuna yang nelfon, Ia ngajak aku tuk jadi pacar nya, tapi aku tidak mau..”
Shabir  terkejut, seorang sahabat nya berkata seperti itu kepada pujaan hati nya, padahal ia tau bahwa salah sahabat nya yang jatuh hati pada Syafitri, hati berdetak sekencang pompa, rasa sakit semakin mendalam, dan ia kerkata:
“Gara-gara dia kamu mengabaikan telfon dari ku Fitri... kamu senang bicara dengan nya, kamu suka kan sama dia, kamu mau kan jadi pacarnya dia.. ??”
Tanya Shabir  dengan nada yang keras, hati begitu sakit ia rasakan, meski ia telah tidak ada ikatan, namun ia masih sangat menyayangi Fitri, dan mereka telah berjanji pula unuk balikan di saat mereka lulus sekolah nanti, dan Fitri pun pernah bilang kepadanya, bahwa dia tidak akan pacaran sama siapa saja hingga ia lulus nanti, dan Fitri pun mejawab pertanyaan Shabir  tadi:
“Kan udah aku bilang pada mu, aku tidak tau kalok kamu nelfon, lagian aku pun g’ mau pacaran sama dia, aku tau dia seperti apa, perlu mikir sepuluh kali untuk nerima dia..”
Shabir  di bodohi oleh Fitri, dan ia pun percaya dan hatinya sedikit terobati, telfon yang di abaikan tak ia fikirkan lagi, kata-kata Fitri tadi meyakin kan nya bahwa dia tidak akan kehilangan Syafitri, kini seorang sahabat sejatinya telah hadir menjadi saingan dal diri Shabir .
Kini pagi begitu gemilang, cerah, angin yang dingin, Shabir  berangkat kesekolah dan setiba ia di sekolah, ia masuk kekelas Fitri kelihatan tak ada beban sedikit pun terpancar di wajah nya, Shabir  selalu memperhatikan sikap Fitri, mata yang menyorot kearah Arjuna, membuat hati nya semakin tertekan, Shabir  tak di perhatikan, layaknya orang yang membosan kan bagi sorang Fitri.
Lonceng berbunyi, waktu istirahat telah tiba, Syafitri keluar dengan para sahabat nya kecuali Ani yang terdiam di ruangan kelas, Shabir  mendekati Ani hendak curhat kepadanya,
“An.... Fitri begitu kelihatan berubah terhadap ku sekarang..”
Kata Shabir  kepada Ani, dan ia berkata lagi:
“Eeeee... dia cerita pada ku tadi pas masuk kelas, kalok dia sudah di ajak pacaran sama Arjuna, kok Arjuna bisa-bisanya ya dia melakukan hal seperti itu kepada diri mu yang menjadi sahabatnya sejak dulu..”  
Kata-kata yang menyakitkan, Shabir  hendak merintih dalam hatinya, ia terpukul akan semua itu, seorang sahabat sejati kini menjadi musuh dalam selimut baginya, pujaan hatinya yang di rebut dari tangan nya, namun Shabir  tetap bersabar, dan sejak itu, ia tidak pernah mendekati Arjuna,karna dia malu terhadap sahabat dan wanita pujaan hatinya,dan Shabir  pun bertanya lagi pada Ani,
“Trus apa-apa saja kata Fitri yang kamu dengar tadi..??”
Ani pun menjawab:
“Dia tadi bertanya kepada kita sahabatnya, katanya sih gini, dia mengambil pendapat dari kita semua, kemarin pernah ngajak dia pacaran kan, terus dia nanya kepada kita apakah dia akan nerima dia atau tidak, tapi kita semua tidak setuju kalok mereka jadian, kami tau betul Arjuna itu sikapnya seperti apa..”
Shabir  bertanya lagi,
“Apakah dia tidak pernah membahas tentang aku..??”
Ani menjawab,
“mmmmm.... di saat kita menyebut nama mu, raut mukanya berbeda sudah kayak keliatan g’ suka gitu, cemberut dan dia keluar sudah dari kelas, dan katanya sih, di saat kita ngelarang dia untuk nerima Arjuna, dia bilang gini juga, tapi aku juga mau sama dia, itu katanya dan kita bilang terserah kamu saja kalok gitu..”
kini hati Shabir  telah di  selimuti kabut hitam, tak ada sedikit mentari pun yang masuk kedalam nya, dan beberapa hari kemudian, ia menerima kabar bahwa Fitri telah jadian sama Arjuna, bukan hanya Arjuna tapi Murdiyan sayah juga, teman sekelas dengan Shabir .
Kisah cinta telah berubah, yang dulunya Shabir  berfiki bahwa cinta lokasi itu sangat menyenangkan tapi sekarang sangat menyakit kan, ia berubah, prestasi berubah menjadi prustasi, yand dulunya tidak parnah telat kini ia sengaja untuk telat dan bolos ketika rasa sakit di hatinya tidak dapat ia tahan. Hidup yang tentu ini, hati seorang anak remaja kini telah di khianati, semua janji teutama semua kta-kata Fitri untuknya telah di ingkari, dan kabar datang kembali, sekarang dia menerima laki-laki lagi, kini pacarnya tiga, mungkin di hati seorang Fitri tidak pernah terlintas “bahwa kekasih lama ku masih mencintai dan menyayangi ku dan dia akan terluka jika aku melakukan hal seperti ini”, hal seperti itu tak pernah terlintas di hati Fitri, ia hanya memikirkan kesenangan sendiri di atas penderitaan hatinya Shabir .
Shabir  menelfon Fitri,
Tuuuuuuuth.... tuuuuuuuuth..... tuuuuuuuuth.....
Tak lama, terjawab,..
“Halo.. assalamualaikum .. Fitri kekasih pujaan hati ku, mengapa kau tega melakukan hal seperti ini pada ku, akan kah kau lupa dengan semua janji mu pada ku..??”
Fitri menjawab:
“Yang lalu biarkan lah berlau, kini mulailah membuka lembar baru, dan mulai sekarang aku tidak akan pernah setia lagi kepada siapa pun, karna aku berfikir setia itu menyakitkan, laki-laki itu sama saja, ujung nya akan di khianati...”
Kata fitri, menyamakan Shabir  dengan bekas pacar nya yang dulu pernah menghianati hati Fitri, dan Shabir  berkata kepada Fitri:
“Tapi aku berbeda dengan laki-laki lain yang kamu sebut Fitri... aku sangat mencintai dan menyayangi mu.. kenapa kau balas kan dendam mu kepada ku, aku yang begitu setia pada mu namun kau memperlakukan ku seperti ini..”
Shabir  merintih di dalam hati, menangis di dalam hatinya dan tak pernah berfikir bahwa wanita yang begitu lugu itu mampu membuat diri nya hancur.
“Alaaaah... semua laki-laki itu munafik..”
Ujar Fitri dengan tegas, dan Shabir  berkata:
“Apa kau tidak mencintai ku lagi, apa kau tidak mengingikan ku hadir lagi di dalam hidup mu..??”
Kata Shabir  mengemis kepada Fitri, Fitri menjawab:
“Aku memang masih mencintai mu, akan tetapi kau tidak ingin seperti dulu lagi, Fitri yang dulu dengan Fitri yang sekarang itu berbeda..”
Shabir  semakin terluka dengan semua kata-kata Fitri itu, ia hendak meneteskan air mata namun ia berhasil menahan nya karna dia malu meneteskan air mata karna seorang wanita, dan ia berkata:

“sungguh tega kau bisa melakukan hal ini pada ku Fitri... jika kau sayang dan cinta pada ku, kau lebih pilih pacar baru kamu itu atau aku..??”
ujar Shabir  berharap jawaban yang dulu itu terulang kembali, dan Fitri berkata:
“Aku memilih kalian berdua, aduuuuuh...  udah dulu ya... dia nelfon ni aku di temukan menunggu..”
Tuuuuth.... panggilan di alihkan...
Hati Shabir  hancur, ia mengirim pesan mengemis dan merintih mengharapkan  belas kasihan dari Fitri namun diabaikan begitu saja, otak Shabir  sedikit terganggu karna terlalalu memikirkan Syafitri, hatinya begitu terguncang, dan ia hanya bisa ngelamun di rumah maupun di sekolah nya.
Kini hari-hari nya Fitri lebih jauh berbeda, ia kelihatan begitu bahagia bersama pacar barunya di sekolah, Mardian syah yang hanya di permain kan hati nya pun sama nasip nya dengan diri Shabir , kini Arjuna semakin rajin sekolah,  ke sombongan nya pun semakin meningkat, setiap hari dia kelihatan begitu romantis, Shabir  selalu memperhatikan seluk beluk dari sang Fitri, namun dua teman sejati yang selalu setia untuk nya, sahabat yang selau menasehati nya Anton dan Nurman yang membuat hati Shabir  sedikit terobati akan nasehat nya. Akan tetapi keromantisan setiap saat ia lihat, setiap hari, setiap waktu di sekolah, hati nya begitu tertekan dan kesakitan hatinya tidak dapat di bendung lagi, dan pada saat itu ia pun bolos sekolah, guru yang bertanya akan pergi kemana ia tidak hiraukan, sampai rumah, raut muka yang kecewa tertera di wajah nya,ia menulis selembar surat untuk Syafitri, ia tuangkan rasa sakit di hatinya, kekecewaan yang begitu mendalam, hidup terasa sempit jika hati terluka. Ke esokan harinya ia tidak masuk sekolah, ia membuat alasan bahwa dia sakit, dan menitip surat itu di Ani sahabat Fitri, namun ia sobek tampa ia membacanya, Shabir  begitu kecewa saat di kasi tau oleh Ani, ia berharap akan belas kasihan dari hati seorang Syafitri akan tetapi yang ia dapatkan hanya lah semakin terluka. Sekarang Shabir  tidak pernah terlihat keluar dari rumah selama satu minggu, ia hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Hati hancur bagaikan bongkahan es yang di parut-parut sekecil salju, air mata seorang anak laki-laki itu hendak terjatuhkan namun ia berusaha akan tidak meneteskan nya karna ia pun menyadari bahwa dia anak laki-laki yang apabila malu jika meneteskan air mata karna cinta itu.
Seminggu ia tidak masuk sekolah, ia hanya terdiam dalam kamar merenungkan nasipnya itu, “betapa malang nasip ku sebagai anak laki-laki yang baru pertama kali mengenal yang namanya cinta ini”. Di dalam hatinya berkata sperti itu. Minggu berikutnya, kini kesakitan di hatinya telah sedikit terobati, ia belajar menghindar dan ingin belajar untuk melupakan Syafitri, akan tetapi perbuatan seperti itu membuat hati Shabir  semakin tersiksa, tingkah laku Shabir  hari demi hari semakin berbeda dan berubah, ia sering telat ke sekolah, ia pun sering ngelamun di kelas dan tidak pernah memperhatikan penjelasan dari seorang gurunya di depan. Dan  kini smester satu telah tiba, ia pun menjawab so’al-so’al tampa pernah belajar di rumah, Shabir  jawab seadanya. Setelah  semester usai, hasil menjawab yang seadanya itu pun menunjukkan hasil, ia di omelin sama ibu gurunya karna nilai pada bidang study Geografi  tidak begitu memuaskan, setelah itu juga di panggil oleh seorang gurunya lagi di suruh untuk remidial karna nilai nya tidak mencukupi SK (standar sekolah) pada bidang study SKI(Sejarah Kebudayaan Islam), begitu pun juga dengan bidang study yang lain. Ia pun masuk ke dalam kelas menarik nafas panjang... ia merenung di dalam hatinya, ia berfikir ia tidak akan bisa naik kelas, dan tiba-tiba salah seorang teman memanggilnya dan menyuruhnya untuk pergi kekantor kepala sekolah. Shabir  terkejut, hati yang berdetak kencang, rasa takut bergejolak di dada nya. Ia melangkah kan kakinya sangat pelan sambil ia ngelamun, ia pun sampai di kantor kepala sekolahnya, nama kepala sekolahnya Ust. Abdul Manan QH. SP,d. Guru yang amat Shabir  kagumi dan guru yang selalu memberikan nya nasehat setiap saat.
“Assalamu’alaikum..”
“wa’alaikumussalam..”
“ya..  ada gerangan apakah bapak hendak  memanggil ananda ??” ia merunduk kan kepala sambil berdiri, suara yang kecil lagi halus di keluarkan dengan rasa hormat terhadap seorang guru ia berikan dan ia tidak akan duduk selagi guru nya mengizin kan.
“silakan duduk,...” gurunya menganjurkan dan ia pun duduk di dekat gurunya.
“begini, kemarin semua kepala sekolah di rapatkan di KKM PRAYA TIMUR, dan hasil keputusan rapat kemarin kita di suruh untuk mengutus beberapa seorang siswa untuk di pondok kan selama 2 minggu di sana. Kita di suruh mengutus dua orang siswa dalam satu sekolah, satu laki dan satu perempuan, dan nanti sepulang dari sana dia akan di jadikan sebagai contoh untuk semua teman-temannya di sekolah” gurunya menjelaskan.
Shabir  terdiam mendengarkan perkataan gurunya itu. Dan ia memberanikan diri untuk mengeluarkan sebuah pertanyaan.
“dan apa hubungannya dengan ananda pak ??”
Plaaaaak...... Ia terkejut,  paha Shabir  di pukulnya sambil gurunya berkata “na..... kamulah yang aku pilih di antara siswa-siswa yang lain, karna hanya kamu yang keliata serius dalam bahasa inggris, ada sih yang lain dari kakak kelas kamu, tapi dia kan mau tamat, jadi kita utus dari kelas yang lain..”
“tapi ananda g’ mampu pak sebagai contoh yang baik bagi teman-teman semua” kata Shabir  mengeluh.
“justru itu kamu akan di didik di sana untuk menjadi bisa, dan nanti kita buat kan surat izin dari sekolah untuk kedua orang tua kamu di rumah” ujar gurunya dengan tegas.
Shabir  merunduk merenung sejenak, ia memikirkan apakah dia mampu melakukan perintah gurunya itu dalam ke adaan hati yang begitu tertutup dengan tinta hitam nan gelap.
“tapi yang wanitanya siapa pak” tanya nya pula.
“mmmmmm.....” gurunya berfikir sejenak “ooo.. ya.. Wirna Syafitri nanti,, dia juga keliatan nya berbakat dalam bahasa inggris, dia juga rajin datang mengikuti kegiatan extra kulikuler kursusus bahasa inggris di sekolah, nanti kita kasi tau dia” Shabir  pun terkejut mendengarkan nama itu di sebut, seolah-olah hatinya berkata “kenapa harus dia, dia hanya akan semakin menghitam kan fikiran ku saja di sana” ia hendak menolak namun sudah menjadi keputusan gurunya.
“kapan kita mulainya pak”.
“nanti pas selesai pembagian raport semester ini”.
Shabir  seorang anak muda yang lemah, yang masih saja mengaharapkan belas kasihan dari seorang wanita yang tidak pernah berfikir akan kesakitan hatinya itu, ia tidak pernah berfikir bahwa masih banyak lagi wanita di dunia yang terbentang luas ini, dalam hatinya sudah tertutup oleh kabut cinta yang begitu tebal terhadap seorang gadis, tak ada yang lebih cantik dan yang lebih baik dari gadis itu baginya, meski bagi orang lain gadis itu kelihatan tak begitu cantik, tapi bagi seorang Shabir  tidak ada yang lebih cantik dari gadis itu Syafitri. Meski sering kali terluka, namun rasa luka itu mendidiknya untuk mengerti makna cinta yang sesungguhnya, bahwa dalam percintaan itu tidak selamanya bahagia dan di penuhi dengan senyuman, orang yang kita cintai itu tak akan selamanya menjadi milik mu, akan tetapi orang yang kita cintai itu malah akan pergi meski kata sayang kerap kali kita berikan terhadap nya, dan kata sayang itu juga bisa membunuh, membunuh, melemahkan segenap jiwa dan tak dapat kita lupakan....... 

                                                               


Obat Penawar Rindu

Dua masalah yang begitu berat ia timang, ia di utus berdua dari sekolahnya, di hatinya ia hendak mengundurkan diri, namun rasa takut akan meluntur kan kepercayaan seorang guru terdap nya, ia pun menetapkan pilihan gurunya. Dan rasa takut akan hati seorang sahabat nya yang hendak terluka, dan akan berburuk sangka mengenai dirinya terhadap Syafitri pun terlintas pula di benaknya. Rasa cinta seorang anak muda terhadap wanita itu memang tak akan terlunturkan, meski harus di bandingkan dengan seribu banyak wanita yang lebih cantik menhiasi mata nya, hati nya tak akan melepaskan sang gadis. Dan sepulang dari sekolah ia pun hendak makan siang bersama orang tuanya, tiba-tiba Shabir mengatakan sesuatu yang begitu aneh terdengar oleh kedua orang tuanya itu.
“Inaq... bisakah kau carikan aku obat penawar hati untuk anak mu yang sengsara akan wanita ini..??”Kata Shabir sambil merunduk malu, nasi di depan siap di makan.
“Kalok seperti pikiran mu, kamu selalu memikirkan wanita itu, lebih baik kamu kawin saja dari pada sekola-sekolah ngabisin biayaya..” Ujar bapak secara spontan dengan nada yang keras sambil ia membersihkan tangan nya hendak makan.
“Bagai mana kamu bisa melupakan dia, setiap hari kamu nelfo-nelfon melulu dengan wanita itu, sampai-sampai hampir kamu lupa makan,.”Sambut ibu, menggeretak muka marah sambil ngomelinya.
“Bukannya begitu inaq, amaq,... aku hanya ingin tidak mencintai semua wanita, agar aku bisa fokus ke sekolah ku saja , aku tidak ingin ada beban di hati ku, agar aku bisa seperti dulu lagi..”
“kenapa kamu tidak menikah saja dengan perempuan itu” ujar bapak ngledek.
“aku tidak ingin menikah karna belum saat nya, yang aku ingin, aku hendak fokus untuk menuntut ilmu, dan sebentar lagi aku akan pergi di pondokkan oleh sekolah selama dua minggu untuk belajar bahasa inggris di Peraya dan aku tidak ingin ada beban untuk belajar di sana nantinya”katanya kecewa sambil ia lepas kan segenggam nasi di tangan dan masuk kekamar.
 Rasa malu terhadap orang tuanya tak dapat ia pungkiri, ia terus berfikir, “apakah ujian ini akan terus sampai aku beranjak dewasa nanti, kapan ujian ini akan berakhir, dan apakah tujuan tuhan memberikan cobak an seperti ini”. Sekian lama ia terus berjalan di atas duri, sakit hati telah menjadi sarapan paginya setiap waktu, ia anak muda dan rasa sentimen masih mengalir dalam dirinya. Ibunya yang melangkah kan kaki hendak mencarikan penawar hati kepada seseorang, ia pun semakin merasa malu akan hal itu, nama nya tertera sebagai laki-laki yang sungguh lemah, kalah akan wanita yang telah di ciptakan dari tulang rusuk yang melengkung, ibunya pun pulang membawakanya obat penawar hati itu berupa sebotol air minum dan langsung di minum nya. Dari saat itu pula, Shabir tidak pernah melihat Syafitri lagi, ia belajar untuk tidak memperhatikan apa yang di lakukan olehnya, hati nya sedikit lupa akan Syafitri, namun apabila ia melihatnya lagi, rasa itu pun timbul kembali.
Tiba sudah di mana hari pembagian raport dan hari itu pun ia akan pergi untuk di pondok kan sebagai mana perkataan gurunya. Orang berhaluan, kesana kemari mengambil raport, ia hanya bisa melihat dan rasa takut menggema di hatinya, dan gemetaran terasakan di tubuhnya, dan ia pun di hantarkan raportnya oleh seorang teman sekelas. Ia tak berani untuk membuka nya, ia takut akan perasangka hatinya itu, tiba-tiba Syafitri mendekatinya.
“kamu dapat rangking berapa..??” katanya sambil ia keliatan sedikit ragu dan malu untuk mengeluarkan pertanyaan itu.
Shabir terdiam, rasa malu dan rasa takut terlintas di hatinya, ia takut akan di lihat oleh Arjuna sahabatnya yang sudah menjadi kekasih Syafitri, ia memberanikan diri untuk membuka raportnya, dan ternyata ia pun naik kelas juga, akan tetapi nilainya sungguh mengecewakan dari yang dulu, kini ia mendapak peringkat ke 10, yang dulunya mendapat peringkat ke 2 kini turun derastis sangat jauh dari yang dulu.
Dan ia pun menjawab pertanyaan Syafitri.
“aku... aku mendapat peringkat ke sepuluh..” suaranya malu begitu sambil tak berani memandang mata Syafitri.
Jemputan pun tiba, ia akan segera pergi ke Yanmu. Setiba di sana, tidak ada satupun orang yang di kenalinya, semuanya di utus dari sekolah-sekolah yang berbeda dan berpasang-pasangan. Shabir memberanikan dirinya untuk melirik sekejap mata Syafitri, Syafitri yang duduk di sampingnya, ia merasakan hal yang begitu berbeda, ia terasa nyaman berada di dekat Fitri, entah apa yang di rasakan oleh Syafitri Shabir tidak mengetahuinya, Shabir sembunyikan perasaan nya, ia tetap kelihatan menghindar dari hadapan Fitri, akan tetapi dari kejauhan mata Shabir selalu melirik tingkah laku Syafitri.
Hari pertama di sana, sungguh sepi harinya tampa seorang pun yang ia kenal di sekitar nya, pagi-pagi benar ia di bangunkan, melakukan solat subuh secara berjama’ah, rasa dingin udara yang bergejolak di sela-sela sang anak remaja yang terlantar kan akan harapan itu, Rp.100,000  yang menjadi bekalnya dalam 2 minggu di sana, akan tetapi kelalaian nya membuat setengah dari bekalnya hilang di colong orang, kini bekalnya hanya tinggal setengah untuk bekal selama 2 minggu.
 Suara keras nan lantang di telinganya terdengarkan dan semua mengikuti suara tersebut, itu suara MS yang hendak memberikan kata-kata(vocabolarry) sebelum mulai sarapan. “plate.. (piring)” kata-kata di ulang sekerap mungkin sampai semua menghafal kata itu. Semua berbaris laksana perajurit yang hendak berperang namun layaknya pengemis pula, wanita berbaris di sebelah utara dan pria dari sebelah selatan, semua membawa senjata, satu buah sendok, satu buah piring dan satu buah gelas. Semua hendak sarapan, Shabir memperhatikan Syafitri, di dalam hatinya berkata “kamu sangat cantik bekas kekasih ku Syafitri”. Syafitri melihat pandangannya sekilas namun menghempaskan kerinduan, semua menunggu antrian untuk di nanahkan nasi ke piring nya, tak secukup dan tak senikmat lauk yang di rumah, akan tetapi bagi anak muda yang sederhana itu, itupun sangatlah cukup karna di rumahnya pun lebih kurang dari itu. Kini  giliran Syafitri, ia kelihatan begitu akrab dengan salah satu seorang MS di sana, namanya MS Zainurridho. Shabir merasa curiga akan tingkah Syafitri, ia di berikan bebrapa buah permen oleh kakak MS itu, dan di kulit permen tersebut terdapat bermacam dan beragam jenis tulisan satu ba’it kosa kata, baik berbentuk ungkapan dll, Shabir mendengr sekilas perkataan Syafitri kepada MS.
 “mmm... MS, g’ ada yang bagus kata-katanya, yang memberikan kita motivasi kek, ini apa g’ kita termotivasi” perkataan Fitri terang di telinganya, ia merengek akan di berikan sebuah kata yang memotivasi kan buatnya. Hati Shabir merasa sedikit tersentuh akan tingkah nya itu.
Hati muda berkobarkan kecemburuan, meski Syafitri bukanlah kekasih hatinya lagi, namun rasa cemburu masih tetap menggema di dalam hatinya, walau begitu ia selalu kelihatan ceria terlihat di depan umum. Dan ia pun memberanikan diri untuk mendekati satu teman cewek meski ia belum kenal betul, hanya untuk melampiaskan hati.
“assalamu’alaikum..” Shabir sedikit malu.
“Wa’alikumussalam..”
“mmmm.... oh ya... kamu udah dapat giliran sarapan ??” tanyanya.
“udah tadi, kalok kamu jak..??”
“udah.. udah.. oh ya.. perkenalkan, nama saya Shabir..” katanya sambil senyum kecil melirik ke arah Syafitri.
“nama saya Inawardina, oh ya.. kamu pasangan nya Syafitri kan” tanya nya sambil ia memandang ke arah Fitri.
Shabir pun menoleh ke arah Fitri, Fitri memandangi nya dengan raut wajah yang amat berbeda, dengan cepat ia tarik tolehanya kepada Fitri “mmm.. ya.. ya.. dia teman aku dari sekolah” jawab nya suara lemah begitu.
“dia kerap bercerita tentang engkau, katanya kamu itu bekas pacarnya.. dan akan balikan lagi nanti kalok sekolah kalian sudah usai.. katanya..” kata Ina kepadan Shabir.
Hati Shabir pun terketuk, ia pun berfikir bahwa “ia masih ingat akan semua janji-janji yang dulu”.
Kini malam tiba, lampu-lampu mulai menyala, suara adzan di mana-mana, sarung di ambilnya dan sejadah di pundaknya hendak solat magrib berjama’ah di aula. Mata anak muda mencari Syafitri, ia tidak kelihatan dan bertanya kepada Ina.
“mmm.... Syafitri mana ya, kok g’ keliatan..??” tanya nya.
 “ooooh.. Fitri.. dia tidak solat, dia di atas” katanya sambil menunjukkan kepada anak muda itu tempat peristirahatan Syafitri (pondok perempuan).
Solat telah di laksanakan, kini saatnya belajar di mulai.. ia seruang dengan Syafitri, Syafitri datang dengan raut muka bersih tertera di wajahnya yang ayu, duduk di belakan anak muda itu, ia hendak menulis.. sementara Shabir telah selesai menulis.
“yaaaah.. tinta polpen ku habis lagi” katanya kesel begitu, “.... ada yang punya polpen dua g’..?” tanya nya. Namun tidak ada orang yang memeperhatikan karna sedang menulis.
Seorang lelaki, tidak akan membiarkan anak perempuan dalam kesulitan, dan ia pun memberanikan dirinya untuk mengeluarkan kata-kata kepada Syafitri.
“Fitri.. ambilah punya ku ini, aku sudah selesai menulis, silahkanlah kau lanjutkan tulisan mu itu” kata anak muda itu dengan halus lagi lembut. Syafitri melirik ke arah nya malu-malu untuk menerimanya.
“tapi.. bagai mana dengan diri mu nantinya” tanya Syafitri.
“aku bisa minjam di teman untuk sementara waktu, ada satu lagi polpen di bag ku, ambilah yang satunya ini untuk mu”.
Polpen pun di terimanya, kelihatan gembira raut mukanya, Syafitri menyimpan sesuatu yang tidak ingin di ketahui oleh siapapun, termasuk Shabir. kini sudah usai pembelajaran pada malam itu, Shabir pun naik ke atas gedung, rasa bahagia akan polpenya di terima oleh Syafitri, ia rela bergantian dengan salah seorang teman akrab nya, untuk menyelamatkan sang pujaan hatinya yang telah menjadi kekasih sahabat nya. Dari atas, terlihat begitu indah di mata, di sana ia menulis, mencurahkan isi hatinya.

Ooooh.... malam yang begitu sunyi nan sepi, hendak apakah kekasih sahabat ku di sana, ku titipkan salam ku lewat angin malam ini yang dingin, sampaikan kepadanya bahwa hati ku ini berdetar sangatlah kencang setelah kejadian tadi, ketuklah hatinya agar ia pun memikirkan hal yang sama seperti ku, sungguh aku masih sangat menyayanginya.
Di bawah sini aku memandang indah, seindah wajahnya, suara nyamuk terasa membacakan surat cinta untuk ku, sehingga gigitannya tak ku rasakan.
Ooooh.. angin malam yang dingin, tolong sampaikan salam ku kepadanya saat ini juga.......[]
*****

Malam selanjutnya untuk belajar, hati anak muda yang begitu mencintai bekas kekasihnya itu, telah lama menulis surat untuknya, namun rasa malu akan memberikan nya kepada Syafitri, ia pun tahan akan surat itu sampai satu minggu lamanya. Kini ia hendak memberikan surat itu kepada Syafitri. Hati yang di penuhi dengan kesucian cinta, cnita yang telah terlalu melekat kepada sang gadis Syafitri, gadis yang kini bukan miliknya lagi, akan tetapi dalam hatinya, ia pun masih merasakan cinta Syafitri kepadanya, akan tetapi, Fitri sengaja akan menghindar darinya, ia pun sengaja pula untuk membuat hati seorang anak muda yang ber keinginan tinggi itu untuk menjadi sakit, entah apalah tujannya.. akan kah ia hendak membalas dendam kepada anak muda yang tak bersalah itu, anak muda yang begitu mencintainya.. ia memabalaskan kesakitan hatinya yang telah di berikan oleh kekasih lama nya itu, sungguh salah jika gadis itu membalas dendam terhadap anak muda yang telah tertutup akan ketulusan cinta, cinta yang telah ia sucikan dalam hidupnya hanyalah untuk dirinya Syafitri, taka akan ada orang yang bisa menghapus cintanya untuk sang gadis (Syafitri) kecuali waktu yang membuat nama itu terhapuskan.
Belajar telah selesai, Syafitri hendak naik keatas, ia telah melangkah kan kakinya di anak tangga.. Shabir memanggil Syafitri:
“Fitri....” Fitri menoleh, Shabir membuka lembaran bukunya mencari tempat ia menaruh surat tersebut, dan memberikan nya kepada Syafitri.. Syafitri pun turun kembali dan mengambilnya, tangan anak muda yang gemetaran akan memberikan selembar surat kepada kekasih sahabatnya sendiri, di belakang surat tersebut terdapat tulisan yang besar bertuliskan “I LOVE YOU MORE” yang berarti “aku mencintai mu kembali”. Fitri pun segera naik, sambil ia membaca surat yang telah di berikan oleh Shabir itu, Shabir berdiri memandang nya dari bawah, langkah-langkah yang kecil terlihat dari langkah Syafitri, di dalam surat berisikan:

Assalamualaikum... wr.. wb..
  
Melalui selembar surat ini aku ungkapkan segenap perasaan ku selama aku berada di sini bersama mu, siapa yang tau jikalau aku masih sangat mencintai diri mu, tidak ada... hanya tuhan yang tau, aku sembunyikan perasaan ku hanya untuk menyembunyikan sakit hati ku, aku tak ingin jika aku di anggap laki-laki yang lemah. Tapi sebenarnya aku sangat mencintai dan menyayangi mu meski kau tak sedikit pun ingat akan diri ku. Aku tau kau telah menjadi milik sahabat ku Arjuna. Ku hargai itu semua, dan sekarang kau di sini, kelihatan berbeda, dan kelihatan akrab dengan salah seorang MS. Kau suka akan dia..
Jangan kau lukai hati sahabat ku selayaknya kau menyakiti aku, meski kalian jauh, namun aku tau juga, di hati kalian selalu dekat, tak kan pernah jauh..
Meski rasa cinta ku tak kan pernah bisa pupus terhadap mu, aku rela kau mencintai sahabat ku.. begitupun dengan MS.. akan tetapi aku hanya tak ingin sahabat aku terluka karna diri mu lagi.. cukuplah hanya aku sendiri yang menanggung sakit ini, balaskan dendam mu kepada ku, aku kan terus berjalan di atas duri ini meski duri-duri itu menusuk kaki ku, akan tetapi lama kelama an, duri itu pun akan merata juga akan injakan dari kaki ku ini...
                                                                                                     


By: bekas kekasih mu.




         Al-Shabir

Shabir masih enggan melangkahkan kakinya dari tempat itu, ia masih memandang Syafitri membaca suratnya itu, Syafitri pun melihat ke bawah memandangi Shabir, lama pandangan itu.. datanglah salah seorang kawan dari Shabir dan mengajaknya untuk pergi.. namun pandangan mereka berdua tidak pernah lepas sampai sebuah dindig yang menghalangi pandangan anak remaja itu.
Lekas hati anak muda yang merindu itu, pandangan yang begitu lama itu membuat hati seorang anak muda itu semakin yakin, jikalau bekas kekasihnya Syafitri masih menyimpan perasaan yang tak ingin satu orang pun yang mengetahuinya. Begitu kelihatan dari dua belah matanya, memandang tajam ke arah pemuda yang di selimuti cinta itu, gemetar rasa hatinnya, merasakan bahwa cinta itu masih ada untuknya. Lama sudah mereka di sana, kini perpisahan di laksanakan, semua guru-guru di undang, banyak orang yang menyaksikan.. berbagai macam teater, puisi di suguhkan oleh anak-anak yang mengikuti program pendidikan bahasa inggris di sana selama 2 minggu itu, termasuk mereka berdua Shabir bersama dengan Wirna Syafitri. Kini waktu telah menjelang siang, usai sudah acara perpisahan itu.. kini mereka pulang, dan Ust. Abdul manan mengajak kita untuk makan siang.. di sebuah warung makan, mereka istirahat sejenak di warung makan itu, sambil memesan nasi.. mereka duduk berhadapan, Syafitri ada di depan anak muda itu.. sambil mengambil nafas panjang, lega rasanya hati Shabir telah pulang dari sana, selama 2 minggu jauh dari kedua orang tua,ia pun rindu akan kampung halamannya. Makan telah selesai, tiba-tiba Syafitri menujuk kan sebuah permen kepadanya dan berkata kepada Shabir:
“kamu tau g’... ini pemberian MS Rido’..” katanya kepada Shabir hendak membuat hatinya terluka sambil keliatan begitu gembira.
 “mana saya lihat..” ujar Shabir, permen itu bertuliskan kata “I LOVE YOU”.. hati anak muda itu sedikit tergoreskan, dan melanjutkan perkataan nya “trus.. saya harus bilang waw... gitu.. tidaaak” katanya menyembunyikan goresan di hati nya.
Syafitri menceritakan tentang permen itu, anak muda yang hatinya terluka namun ia berusaha sembunyikan dari hadapan sang gadis, ia seolah-olah tak mendengarkan apa yang di ceritakan oleh Syafitri... akan tetapi telinganya tidak ada sepatah kata pun yang terlewati akan cerita Syafitri. Mereka berangkat pulang... mereka tiba di pondok pesantren.. pondok pesantren yang begitu sepi lagi banyak dedaunan berserakan di halaman, karna libur se usai pembagian raport kemarin, dan ia  istirahat untuk melaksanakan solat asar..
Shabir berdiri takbir.. Syafitri berada di depannya sedang bercermin.. sampai anak muda itu selsai solat, Syafitri masih di sana, seolah-olah Fitri menunggu Shabir selsai solat... Shabir selsai solat... Fitri pun mendekatinya, dan berkata kepada nya:
“di mana kau ambil kertas seperti ini..??” tanya Fitri tentang surat yanag telah di berikanya pada waktu malam itu, ia masih menyimpan akan surat itu..
Shabir terdiam.. dan merampasnya dari tangan Syafitri. Fitri hendak menghindar akan rampasan itu, namun kertas itu telah di ambilnya kembali oleh Shabir dan mensobek-sobek surat itu menjadi serpihan kertas. Syafitri kelihatan begitu kecewa akan tingkah Shabir itu, rasa marah yang telah anak muda pendam dari warung makan ia keluarkan pada selembar kertas tersebut. Wajah cemberut tergambarkan di wajah manis Syafitri, Syafitri menulis surat untuk Shabir.

Assalamualaikum.. wr.. wb..
   
Kenapa kau sobek kertas surat itu, apa kau marah pada ku karna aku mencintai MS Ridho..
Kalau engkau mencintai dari salah seorang teman yang bernama Rositha itu, aku g’ pernah melaranga mu.. akan tetapi saya kau larang untuk mencintai MS Ridho.
                                                                                  By ; bekas kekasih mu

Selembar surat yang memberikan tanda jika Syafitri cemburu akan dirinya, ia sengaja mendekati MS hanya untuk menarik perhatia dari anak muda tersebut.

 
                                                     

Harapan Yang Terombang Ambing 

Hari demi hari silih berganti, minggu demi minggu bergantian, bulan demi bulan berpergian, dan tahun demi tahunpun berdatangan, dan kini ia telah beranjak naik kekelas XII MA, ia sudah mulai beranjak masa dewasa, suara terdengar berubah dari biasanya, kumis-kumis yang halus mulai tumbuh, Shabir pun telah mampu menambal luka dalam hatinya, hubungan Fitri dengan Arjuna telah berakhir beberapa tahun yang lalu, sejak Shabir putus dengan Syafitri, ia tidak pernah bisa mencintai wanita lain di karenakarna ia masih mengharapkan Syafitri akan kembali di ujung penantian yang telah di janjikan dulu oleh Syafitri. Keakraban terlukis di antara mereka,  Syafitri kembali memberikan seutas harapan bagi anak muda itu meski hubungan mereka masih dalam setatus bekas. Dan pada suatu hari Shabir membelikan Syafitri sebuah Al-qur’an, sebagai bukti kesucian hatinya masih terukir untuk Fitri, dan ia juga telah memberikan satu untuk teman lamanya yaitu Solihah, teman yang telah membuat Shabir jatuh cinta dulu pas masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, namun ia tidak sempat mengungkapkan perasaan nya, setelah hadir diri Syafitri hilang semua nya, tak ada yang tersisakan, Syafitri bagaikan bidadari yang jatuh di hadapan nya.
Smester demi smester di laluinya, les malam di sertai les sore pun sudah di aktifkan di sekolah, dan pada suatu hari.. teman-temannya mengajak untuk pergi refresh fikiran yang sudah lama pusing memikirkan soal smester. Mereka mau kerumah salah seorang teman yaitu rumahnya abdull aziz di lombok selatan yaitu pantai ekas, di mana katanya dulu di sana tempat tambang mutiara, yang kini sudah tidak di aktifkan lagi karna mengalami krisis moneter, dan sekarang sedang di bangun vila di pinggir-pinggir pantai.
Mereka bersibukkan diri mencari pasangan, ada yang menghitung jumlah teman yang akan ikut dan berapa jumlah motor yang ada, semua teman-teman syahir sudah punya pasangan dan kini hanya dirinya yang belum punya pasangan.. dan Shabir mengajak Syafitri bekas kekasihnya untuk bersamanya, dan Fitri pun mau dengannya. Pada siang itupun ia berangkat, mereka bercanda ria di atas motor, menikmati keindahan alam kearah selatan, matahari panas tak terasa. Bukit-bukit berhimpitan, pantai yang terbentang luas terpandang mengkilat terkena sinar matahari, perahu baru naik dari laut mulai terlihat karna sudah siang. Mereka istirahat sejenak di rumah aziz, mereka ngobrol sambil menanti giliran tempat solat karna ruangan yang begitu terbatas.
Seusai mereka solat, Shabir bersama dengan teman-temannnya bergegas ke pesisir pantai, dan mereka istirahat sejenak untuk memanjat buah kelapa. Aziz memanjati pohon kelapa, setu persatu buah kelapa itu berjatuhan, setelah mereka merasa cukup, dan meneruskan perjalanan mereka menuju kepesisir pantai. Mereka kelihatan letih, keringat terlihat di kending anak muda itu, ia berusaha mengusapnya, terik matahari panas, namun canda tawa terdengar di gendang telinga, suara ricuh berbagi tugas, ada yang mencari kayu bakar, ada yang mengiris buah kelapa, ada yang membuka kulit jagung, ada yang selfian dan sebagainya.[]
*****

 Dan di sinilah detik-detik mereka akan berpisah dan bersatu kembali, mereka telah berjanji pada waktu itu,bahwa ia akan menyambung hubungan nya setelah selesai UN, akan tetapi masalah datang kembali,Syafitri mengetahui segalanya dan ia kecewa, yang di fikirkan oleh Syafitri tidaklah sebenar yang ia bayangkan, Shabir tidak pernah terlintas ada rasa cintanya lagi kepada Solihah, mereka hanya berteman, cintanya telah terukir hanya untuk Syafitri, Shabir berusaha menjelaskan segalanya, namun Fitri telah di selimuti rasa ke egoisan yang begitu dalam, dan Shabir terpental lagi dari cinta mati nya Syafitri, akhirnya pada ke esokan harinya, Syafitri mengembalikan semua yang telah di berikan oleh Shabir dulu, ia tidak menghargai pemberian Shabir, ia lecehkan semuanya, dan ia injak janji nya sendiri, Syafitri tidak pernah memikirkan kesalahan yang telah ia berikan kepada Shabir dulu, kesalahan yang begitu besar dan sekarang hal yang begitu kecil ia perbesar,dan kini di dalam diri Shabir telah tertutup dan di lecehkan kembali oleh wanita yang sama, Shabir tidak di perdulikan lagi, ia di buang meski seorang Shabir selalu mengemis cinta Syafitri dengan terus menerus, dan beberapa hari setelah kejadian itu , diri Syafitri telah menemukan seorang pengganti dari posisi Shabir lagi, tak sampai bermingguan, hanya beberapa hari saja ia telah mendapatkan kekasih yang sangat dia sayangi, dan Syafitri memamerkan segalanya pada diri Shabir, seolah-olah kesombongan menyelimuti hati nya, ia meremehkan cinta suci yang sekian lama Shabir nantikan, cinta seorang Shabir yang terkunci begitu rapat hanya untuk sang gadis Syafitri dan kini ia di sia-sia kan lagi.
Namun di dalam hati kecil anak muda itu meyakini bahwa suatu saat nanti ia pasti dapat memiliki Syafitri seutuhnya.
Kini hari-hari melanda fikiran Shabir kembali, ia telah berpisah untuk selamanya dan takkan bisa melihat Syafitri setiap pagi lagi seperti ia masih sekolah dulu, kini ia telah melewati pndidikan sekolah tinggi menengahnya, ia akan beranjak menuju sekolah tinggi, dan ia ingin melanjutakn sekolahnya di tanah anjani.
Hari-hari berlewatan, malam-malam berdatangan, ia hanya bisa tertidur di kamarnya, besok ia akan pergi mendaftarkan dirinya ke tanah anjani itu, di mana ia minat untuk melanjutkan sekolah tingginya.
Keesokan harinya, mata terbuka lebar, sinar matahari pagi menyilaukan mata anak muda itu, ia segera terbangun dari tidurnya beranjak mengambil air wudu’ ia hendak solat subuh. Seusai ia solat, ia selalu melantunkan do’a:
“Ya allah......
Mengapa hanya aku yang selalu kau uji denga cobaan yang seperti ini...
Aku selalu merasakan sakit dalam hati ku, engkau yang menciptakan segenap hati, dan engkau pula yang mecniptakan segenap rasa sakit yang hamba rasakan saat sekarang ini..
Ya allah.......
Ku ingin kau berikan aku segenap petunjuk hidup kepada diri hamba yang lemah ini...
Hamba sangat menyayangi dia, hamba sangat mencintai dia, jika engkau telah menuliskan nama seseorang di laukhil mahfuz bagi hamba, bisa engaku menggantinya dengan nama wanita yang aku cintai saat sekarang ini...
Ya allah kabulkan do’a hamba... amiiin....”

                                                       

Di Balik Tabir Hari Jum'at

      Di balik tabir indah membuka kalbu, mata hati di pagi jum’at yang gemerlap hitam mendung, kegelisahan seorang anak muda itu kini semakin mengguma terhadap sang kekasih hatinya Syafitri. Selesai ia solat subuh, Shabir mengambil handpone_nya dan menelfon kekasih hatinya, sampai sekian kali ia menelfon, namun tiada jawaban dari sang kekasih. Jarak kurag lebih sepuluh menit, ia menelfon Syafitri lagi, karna rasa rindu terhadap Fitri yang begitu mengguma dalam hati anak muda itu, namun sampai enam kali panggilan tidak  terjawab, pemikiran negative pun mulai terbayang tehadap Syafitri, “apa yang di kerjakannya sampa jam 08:15 ?” kata curiga mulai tercurahkan dalam hati anak muda itu.
Dalam jangka jarak sepuluh menit, ia lagi menelfon Syafitri.
”Tuuuuuutth…. Tuuutttth……” Begitu lama, dan akhirnya di jawab juga.
“assalamualaikum.. sayang, udah kemana jak kok baru di angkat telfonnya ?” tanya Shabir dengan penuh rasa kekesalan di dalam hatinya. Namun tidak ada sepatah kata pun yang terdengar di telinga Shabir.
“ halo…, halo…, sayang..,” namun masih saja tak ada sautan.
Tiba-tiba saja temannya Fitri yang menjawab telfon dari Shabir “Syafitri lagi masak kak”suaranya begitu berbeda, dan dengan spontan jawaban itu berubah “mm.. saya lagi masak ini”..
“ya.. trus Syafitrinya kemana ?” tanya Shabir kepada salah seorang teman Fitri ynag mengangkat telfonnya itu.
“Syafitri belum pulang ngaji” saut si wanita itu,..
“mmm.. kemana ia pergi ngaji ?” rasa ingin tau di barengi dengan rasa curiga terhadap Fitri mulai tercurahkan, “masak sampai jam 08:30 ia belum pulang ngaji sih?” kata anak muda itu di dalam hatinya, namun ia pendam karna tidak ingin menambahkan masalah dalam hubungannya.
“ke …zzzunnuraen” jawab si wanita itu dengan suara yang sedikit tertekan seperti akan ada yang mengganjal pada perkataan yang ia keluarkan.
“mmmm… gih.. gih.. nanti kalok dia sudah pulang, kasi tau dia gih..” kata Shabir dan berharap untuk di hubungi setelah Syafitri pulang nanti.
“mm.. gih..”
“ya dah dek.. assalamualaikum..”
“wa alaikumussalam ..”

      Awanpun semakin menebal hitam di langit, akan tetapi belum ada kabar bahwa Syafitri sudah pulang ngaji. Shabir pun mencoba untuk menelfon Fitri kembali.
Tuuuttt… tuuuttt… tidak lama kemudian, telfonnya pun terangkat juga.
“halo.. assalamualaikum..” Syafitri sepontan terlebih dahulu mengucap salam.
“wa alaikumussalam.. wr.. wb.., sayang..” kata anak muda itu dengan hati yang sangat gelisah.
“ya..” singkat.
“lagi ngapain ?”
baru pulang ngaji, dan sekarang aku mau pergi ngaji lagi ke aula”
“mmm.. gih dah...” suara keluhan keluar dan terus di iringi kecurigaan terhadap Syafitri, di dalam hati anak muda itupun sudah terasa berbeda, tidak seperti biasanya Syafitri bertingkah seperti ini, ia lihat jam di hanphone nya, sudah pukul 09:50pm. Dan jam seginipun pengajian di aula sudah hampir usai, Shabir bertanya kepada salah seorang teman di dekatnya:
…masih tidak pengajian di aula jam segini bro Bisik Shabir kepada temannya.
“ jam berapa sekarang ?... ” Tanya temannya itu sambil melihat jam di handpone nya. “…laah.. sudah jam sembilan lebih, sudah hampir selesai acara pengajiannya kalok jam segini, pengajian di aula kan selesainya jam sepuluh ” jawab temannya itu.
Dan Shabir pun bertanya lagi kepada Syafitri…bukannya pengajian di aula sudah hampir selesai ya jam segini?”
“kata siapa sudah selesai,.. belom” saut Syafitri tegas dan keras.
“kan udah jam sembilan, kan pengajian selseai jam sepuluh, lagian orang udah mulai kok dari tadi dan sekarang malah mau hampir selesai” kata anak muda itu.
“eee.. meskipun jam sepuluh pun, aku kan tetap pergi ngaji” kata Fitri.
“mm.. gih sudah ayok, tapi sebelum kamu pergi jangan lupa sarapan gih sayang” kata anak muda itu kepada Syafitri.
“gih.. ayok dong gih, sebelum itu aku mau solat duha’ dulu.. assalamualaikim..” sepontan Fitri ucap salam dan handpone di matikan.
      Tingkah Syafitri begitu berubah drastis, seolah-olah Syafitri begitu bosan terhadap anak muda itu. Rasa curiga dalam hati Shabir semakin mengganjal, kecurigaan yang begitu besar tertanam dalam diri anak muda itu. Sampai akhirnya hujanpun turun, kini pukul menunjukkan jam 11:10 menit, terasa sepi tidak ada pesan dari Syafitri yang menghampiri. Mata anak muda itu sedikit terlelap ngantuk, namun rasa rindu terhadap sang gadis itu semakin  menjanggal dalam hati Shabir, hingga akhirnya ia menelfon Fitri lagi.
Tuuuutttt…. Tak begitu lama Langsung di jawab..
“halo..” sekilas terdengar suara Fitri dan tidak ada suara lagi.
“halo.. sayang..” panggil Shabir lewat telfon namun tidak ada sautan dari Fitri, “halo… haloo…”
Dan Shabir pun mengakhiri panggilannya dengan penuh rasa kekecewaan, rasa curiga semakin besar pula.
Dan tiba-tiba datang pesan dari Fitri:
 “nanti dulu sayang saya di panggil sama teman”___

       Setelah pesan itu masuk, Shabir tidak pernah berfikir negative terhadap Syafitri lagi, karna mungkin ada aktifitas yang ia lakukan dengan teman-temannya sehingga ia tidak ingin di ganggu. Waktu terasa sepi akan tidak hadirnya pesan dari Fitri, ia belum tahu bahwa kekasih hatinya yang ia sanjung-sanjung dan ia sayang-sayang itu sedang bersenang-senang  bersama laki-laki lain yang lebih terpilih dari dirinya. Hujanpun turun, suara gemuruh yang terdengar di atap rumah, meramaikan suasana sekitar, yang biasanya di sela-sela turunnya hujan, terdengar deringan handpone menandakan pesan masuk di sela bantal, berlapiskan selimut tebal di atas sarung santri.
      Di tiap-tiap sudut, terdengar lantunan al-qur’an di surau, hujan sedikit mereda namun Syafitri begitu hilang, hal ini tidak biasa bagi sang gadis, ia selalu merindukan seorang anak muda yaitu Shabir, namun kini bagaikan peluru yang di tembak jauhkan dan hilang entah kemana dan tidak dapat di temukan lagi, ia hilang dan entah tiada kabar setelah pesan terakhir yang ia kirimkan kepada anak muda itu.
      Orang-orang bersiap-siap hendak berangkat ke surau, hendak melaksanakan kewajiban yang begitu mulia, yaitu solat jum’at. Hati seorang anak muda yang sedikit terjangkalkan akan kekasihnya, ia berusaha bangun dari tidurnya dan segera mengambil air wudu’.
Sruuuukk… sruuuukk…
Air wudu’ yang mengalir dari wajahnya, dari setiap tetesan wudu’nya mengalir  para malaikat yang menambal sedikit rindu dalam hatinya yang membuat anak muda itu terasa tenang sejenak. Ia ambil  sarung di dalam lemari yang sederhana dan mengambil bajunya, tampa polesan di wajah dan tampa wangi-wangian ia langsung memakai sendalnya dan berangkat melangkah menuju surau.[]
*****
      Sepulang dari surau, ia bergegas untuk mencari handponenya, dan memnghubungi Fitri namun nomornya tidak aktif, di dalam hati anak muda itu sangatlah kecewa, sampai beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi Fitri namun tidak dapat di hubungi, di balik  gelisah yang begitu mengguma dalam dada seorang anak muda yang merasa rindu akan diri Fitri itu, ia mengirim pesan kepada Fitri :
   à“ sayang ku…
Sungguh aku tidak bisa apa-apa lagi ..
Sesungguh seperti inikah rasa bosan mu terhadap diri ku.. sampai-sampai pesan ku tidak kau balas, apalagi telfon ku, nomor mu tidak pernah aktif dari tadi..
Baiklah, aku akan menahan rasa rindu ini terhadap diri mu, meski rasanya aku tak mampu, tapi karna diri mu yang tidak butuh akan diri ku lagi, aku akan mencoba untuk menahan semua rasa ini.
Insya allah.. “
      Begitu banyak pesan yang ia kirim, namun satupun tiada balasan, namun ia berharap pesan yang ia kirimkan tadi akan di baca di saat Fitri mengaktifkan handponnya. Shabir ingat kepada salah seorang teman dekatnya Fitri, kebetulan ia satu kos dengannya, dan Fitri sudah meminjam handpone temannya itu untuk menelfon Shabir, dan anak muda itu segera mencari kotak masuk yang sudah lewat dan nomornya pun masih ada di dalam kotak masuk, dan Shabir bertanya kepada teman Fitri itu.
à“assalamualaikum… dek,  tolong suruh Fitri untuk mengaktifkan nomornya, aku mau bicara dengannya sebentar saja”
“wa alaikumussalam.. Fitri pergi akhi, entah ia pergi kemana ia tidak ngasi tau”ß
à”dengan siapa ia pergi ?” tanya Shabir terkejut.
“g’ tau..”ß
à”apakah dia berpakaian rapi” Tanya anak muda itu dengan hati yang mulai menggucangkan kecemasan.
“tidak tau akhi…” ß
à ”sejak jam berapa ia berangkat ?”
“sejak jam 10”ß
    Hati Shabir terasa terguncang layaknya pompa angin yang di pompa dengan begitu kerasnya, iapun mulai berfikiran Negative terhadap Fitri “dengan siapa ia pergi ?, kemana ia pergi ?, apa yang ia lakukan ?, allahuallam entah aku tidak tau, apa yang ia lakukan dan sedang apa dia sekarang, hanyalah allah lah yang tau”. Kata hati Shabir sambil merenung bersandarkan bantal.
Ia kirimkan lagi seutas pesan yang begitu merintih meski handpon Fitri tidak juga aktif.
à”sayang…
Entah kamu jalan sama siapa aku tidak tau, hingga jam segini dan hampir menjelang waktu asar..
Jika memang benar kamu lagi jalan sama seseorang atau dengan kekasih mu saat ini atau sama siapa, entah aku tidak tau..
Jika dugaan ku ini benar, jangan pernah kenal aku lagi dalam hidup mu..” Pesannya terkirim dan berharap Fitri membacanya nanti ketika ia aktifkan handponnya.
      Sampai beberapa menit tidak ada balasan apapun, ia pun terus mengirim pesan merintih mengemis merendahkan dirinya. Dan akhirnya, Fitri pun membalas pesan darinya.
“g’ ada cas ku tadi”ß
à”ya allah…… kemana aja kamu dari tadi..?” nada lewat sms begitu kaget karna ada balasan dari Fitri.
“udah saya ke pondok teman, ada acara”ß Shabir di dustai namun iapun sudah curiga dan mengetahuinya. “aku mau cas lagi ni”ß pesan Fitri masuk lagi secara bertuturutan.
      Shabir langsung menelfon Fitri, namu ternyata sudah tidak aktif lagi, sungguh bodoh laki-laki itu, ia di bodohi akan wanita yang memakai kerudung besar. Suara adzan solat asar mulai terdengar di telinga, semua orang berbondong-bondong mengambil air wudu’ , sedangkan pemuda itu masih lemas di dalam kamar memikirkan Fitri.
“wooee… solat dulu bro..” kata salah seorang temannya Pedi “..lagi bertengkar ya sama Fitri ?” tanya_nyai.
“mmm… g’ bro.. aku curiga ma Fitri, dari sejak jam sepuluh tadi aku hubungi dia, namun dia tidk pernah angkat telfon dari ku, dan sekarang aku telfon kembali namun nomornya tidak aktif lagi, mungkin ia lagi pergi sama pacarnya, kebetulan pacar nya dekat dari pondoknya, mungkin saja ia pergi sama pacarnya itu..” kata Shabir bercerita kepada Pendi dengan kekecewaan yang mendalam.
“jangan su uzon dulu saudara.. mungkin saja cas handponnya habis” nasehat temannya.
Ia bangun dari sandarannya dan duduk bersila sambil menceritakan yang sebenarnya kepada Pendi:
“g’ mungkin dia cas handponnya dari jam sepuluh sampai sekarang, udah dia bales sms saya tadi namun katanya mau cas lagi, kan tambah mencurigakan.. masak ngecas seharian sih..”
“ya.. sudah kalok gitu aku tidak tau masalah mu, ayok kita solat dulu saudara, nanti kamu fikirkan itu”  ajak Pendi.

     Ia bangun kelihatan begitu lemas sambil mata mencari sepasang sendal dan mengambil air wudu’. Dan ia menghadap kan wajahnya yang lemah, dan merintih dalam hatinya memohon kepada sang kholiq. Dan setelah usai solatnya, ia pun berdo’a kepada yang maha tahu.
ya allah…… aku hamba mu yang lemah tidak tahu apa yang di lakukan kekasih hamba saat ini ya allah..
Sebosan inikah ia terhadap damba ? jika memang dengan luka ini engkau menguji kesabaran hamba, hamba ikhlas terluka dan hamba akan menjalaninya ya allah, akan tetapi hamba sangat menyayangi dia..
Jika memang benar saat ini ia lagi pergi dengan laki-laki lain (pacarnya yang lain), lindungilah ia, jagalah ia jangan sampai ia di sentuh oleh laki-laki lain.
 Ya allah… jika memang ia adalah wanita yang engkau tunjuk untuk mendampngi hidup ku, dekatkanlah ia, dan jagalah ia untu ku, peliharalah ia dari laki-laki yang hendak menyentuhnya. Akan tetapi sebaliknya, jika ia adalah orang yang hanya akan memberikan kemudaratan kepada hamba dengan kesakitan hati yang yang ia berikan kepada ku, hapuslah namanya dari hati ku, dan ganti dengan nama mu ya allah,
amin yarobbal alamin…….
     Anak muda itu menangis dalam do’anya, merintih kepada tuhan, ia mengeluh, dan memasrahkan segenap jiwanya kepada sang maha berkuasa. Seusai do’anya, anak muda itu keluar, ia mau meminjam uang kepada salah seorang temanya, dengan hati yang sungguh gelisah, ia mengambil konci motornya dan bergegas jalan ke pondok temannya itu.
Di tepi jalan, mata yang mencari sosok Syafitri mungkin saja ia melihatnya degan kekasihnya di jalan, namun ternyata ia tidak menjumpainya. Shabir sampai di Kos temannya.
“assalamualaikum.. “
“wa alaikumussalam.. wr.. wb.., eh tumben saya liat kesini ada apa bro ?..” tanyanya terhadap Shabir baru saja selesai mandi “..oh ya.. kamu sudah ambil KHS mu ?” sambungnya.
“hmmmm… sudah bro…, niat saya kesini mau pinjem uang bro, besok aku mau pulang tapi bahan bakar motor saya ini tidak menjamin sampai rumah, uang saya habis, kalok ada saya mau minjem 10.000 pada mu” kata Shabir kepada temannya.
“ooo maaf bro.. baru saja teman itu meminjamnya,jadi sekarang uang saya habis bro”
“mmm.. ya sudah kalok gitu.. saya ada masalah ini saudara, ya allah hati ku gelisah banget” dengan mimik yang begitu tertekan, ia menceritakan kegelisahaannya.
“masalah apaan itu, masalah cewek..?” tanya temannya sambil ia bercermin yang ia lekatkan di jendelanya.
“ya bro…”
“masalah gituan tidak usah di ambil hati bro..” katanya sambil memandang ke arah cermin kecil di jendelanya “..oh ya, aku solat dulu.. nanti selesai solat, temani saya ambil KHS ke kampus ya” tawarnya.
“maaf bro.. aku tidak bisa menemani mu ke kampus, hati ku tidak karuan , aku mau pergi langsung..”  Shabir langsung keluar di saat temannya memulai takbiratul ihram.

      Anak muda itu, menaiki motornya meski hati begitu berat, entah ia mau kemana lagi sekarang, dan tiba-tiba ia tertuju ke kosnya Syafitri, siapa tau dia sudah pulang. Setiba di Kosnya Fitri, persis di depan gerbang Kosnya, ia bertemu dengan teman kosnya Fitri, meski gadis itu sedikit tidak sempurna, namun ia dapat di percaya, Shabir pun bertanya kepadanya:
Shabir senyum simpul kepadanya terlebih dahulu “ assalamualaikum… mmm apakah Fitri sudah pulang ?”
“mmm.. gih..” ia mengangguk, meski suaranya tidak jelas. “..ayo masuk kak, ia ada di dalam”
      Shabir pun memasukkan motornya, aroma durian tercium  di hidung pemuda itu, ia turun dari motornya. Dan di saat Shabir memandang ke kosnya Fitri, ternyata ia sedang bersama kekasihnya, kekasihnya yang sedang membungus durian sama kardus, dan oleh-oleh yang banyak dari kekasihnya itu untuk Syafitri, sungguh kecewa hati Shabir.
Fitri melihat Shabir, ia langsung masuk kedalam kamar kosnya, dan anak muda itu berdiri di belakan lelaki kekasih Syafitri sambil mengucapkan salam.
“assalamualaikum…” suara tersedak dalam, kaki terasa menggigil, tangan terasa dingin, bibir membeku. Wirna Syafitri pun keluar dan menjawab salam.
“wa alaikimussala wr.. wb.. ada apa..?” tanyanya seolah tidak mengenali Shabir. Shabir terdiam melihat laki-laki yang sedang membungkus durian itu, Syafitri  kelihatan begitu terkejut di saat melihat kehadiran Shabir secara tiba-tiba di hadapannya.
      Begitu lama Shabir berdiri memandang laki-laki itu dan melihat ke pada Syafitri dan mendekatinya, dan ia julurkan tangannya hendak berjabat tangan dengan Fitri, dan gadis itu kelihatan ragu untuk menjulurkan tangannya, dan ia pegang tangan gadis itu, tangan pemuda itu terasa gemetar dan Fitri melepaskan tangannya dari genggaman pemuda itu, dan Shabir menjulurkan tangannya kepada laki-laki itu, setelah itu laki-laki itupun pergi hendak menaruh durian yang ia bungkus tadi di motornya, dan Fitri memberikan handpone milik laki-laki itu dan satu buah tongsis. Fitri tidak pernah memperhatikan Shabir, ia hanya terfokuskan kepada kekasihnya yang satu itu, laki-laki itupun kelihatan begitu kecewa.
Shabir mendekati Fitri, dan berkata kecil kepada Fitri:
“beginikah cara mu..??” ia berkata kepada Fitri dengan nada yang kecil.
“mm ya.. memang beginilah cara ku” kata Fitri dengan tak memperdulikan perasaan Shabir, dan Shabir selalu mengikuti Fitri, namun ia yang selalu mengejarnya kesana kemari tidak pernah di perhatikan. Dan Fitri pun berkata kecil kepada Shabir:
“nanti dulu.. aku mau salaman dulu” kata Fitri sambil pergi ke laki-laki itu. Laki- laki itupun kelihatan amat kecewa, ia masih memperbaiki durian yang ada di motornya itu, dan ia pun berkata.
“oh ya.. aku pergi dulu ya bro..” ia kelihatan kecewa dan menjulurkan tangannya kepada Shabir.
Dan Fitripun berkata kepada laki-laki itu:
“trus tidak salaman sama saya jak??” sambil ia memandang laki-laki itu.
“jangan sudah..” kata laki-laki itu sambil ia tarik motornya kebelakang keluar gerbang.
      Mereka terdiam Shabir sangatlah kecewa karna selama ini ia sudah tertipu oleh Syafitri, ia hanya di jadikan pelampiasan hati, ia hanya di butuhkan di saat  Fitri benar-benar membutuhkan bantuannya.
Sesampai di luar, lelaki itupun berhenti, dan Shabir pun mendekatinya dan berkata:
“santai sudah bro.. aku hanya temannya kok” kata Shabir merendah di hadapan Fitri namun tidak ada respon darinya. Datang Fitri dan berdiri di dekat Shabir sambil memandang lelaki itu, sungguh terlihat bahwa anak muda itu tidak lagi di inginkan oleh Fitri, hatinya hanyalah kepada laki-laki itu, entah apa yang sudah ia lakukan, Shabir pun tidak tau, rasa kecewa yang begitu mengguma di dalam hati anak muda itu, ia hendak menangis namun rasa malu karna ia laki-laki , ia jadi menahan air mata itu di dalam hatinya.
 Dan Fitri berkata kepada laki-laki itu:
“marah ya..? jangan marah gitu makanya..” Elus Fitri kepada laki-laki itu dengan manja, sepertinya ia sangatlah takut jika harus kehilangan laki-laki itu, dan anak muda itu memegang pundaknya Fitri menyuruhnya untuk berjabat tangan dengan lelaki itu meski rasa sakit menjulur di hatinya, dan Fitri pun menyisingkan lengannya, tidak ingin di pegang karna menghargai kekasihnya. Dan Shabir berkata pada Fitri:
“Fit… mungkin hubungan kita sampai di sini, sekarang kamu lagi bersama dia” kata pemuda itu terdengar lemah. Dan Fitri menjawab :
“kamu tau aku sedang bersama dia, jika putus yang kamu inginkan kita putus sudah” suara keras yang ia keluarkan sehingga membuat Shabir merasa malu. Lalu Fitri mendekati laki-laki itu, dan berkata:
“marah..? makanya jangan marah dong..”  bujuknya.
Shabir pun mendekat, dan berkata kepada laki-laki itu :
“bro.. jagalah Fitri dengan baik, selama aku berhubungan dengan dia, aku tidak pernah berani menyentuhnya, tolong jaga dia dengan baik, jangan kau rusak kehormatan dia” kata Shabir memohon kepada laki-laki itu.
“ooh.. tidak, lanjutkan hubngan kalian, aku juga tidak suka sama perempuan pembohong seperti dia ini, kita kan sukanya perempuan yang jujur, baik-baik, dia ini mahadah, rajin ngaji, ya saya akui itu.. tapi buktinya apa, di saat kita nelfon dia sibuk, dia abaikan kita, seandainya dia jujur saja kan ..” kata laki-laki itu.
“benar.. bgitupun kepada saya, sama seperti mu, ia memperlakukan aku persis seperti mu, kerap kali aku bilang kepada dia, bicaralah dengan jujur, tapi apa dia selalu  mendustakan ku..” kata Shabir sambil menunjuk ke arah Fitri dan Fitri hanya bisa merunduk terdiam. Dan tiba-tiba Syafitri berlari ke Kosnya sambil menangis dengan keras. Dan Shabirpun mengejar Fitri namun pintu sudah tertutup, dan anak muda itu mengetuk pintunya dari luar, meski ia sudah jelas-jelas tidak di butuhkan lagi namun ia selalu saja mengejarnya, dan berkata di balik pitu:
“assalamualaikum.. Fit.. tolong buka pintunya, aku mau bicara kepada mu adek ku  sayang, kerap kali ku suruh kamu jujur, namun kenapa kamu tidak pernah bisa jujur, jadi seperti inilah yang kamu alami sekarang” kata Shabir di balik pintu sambil ia bermohon akan di bukakan pintu, namun suara tangis yang semakin kencang. “..dek.. siapapun yang ada di dalam bersama Fitri, ku mohon bukakan pintunya, mungkin temannya yang ada di dalam, tolong bukakan pintunya”, suruh Shabir kepada teman-teman yang ada di dalam.
“dia tidak mau kak, dia tidak meu membuka pintunya, nanti malam dah kakak datang mencarinya gih..!!” saut temanya dari dalam kamar.
“mm.. tapi nanti malam aku tidak bisa,..”suara Shabir melemah, mata yang berkacakan air mata. Dan lelaki itu datang lagi, dan Shabir menyuruhnya untuk membujuk Fitri keluar. Dan laki-laki itupun mengetuk pintunya dan berkata:
“dek.. dinda.. din.. din.. keluar ayok.. kita salaman ayok aku mu pergi ini, jangan kamu begini, kamu yang buat masalah sendiri dia yang seperti ini” katanya di balik pintu dan Fitri pun keluar, “..jangan seperti ini, bicara bagus-bagus, ini kenapa menagis seperti anak kecil.” Kata lelaki itu kepada Syafitri, dan Fitri berdiri di depannya sambil mengusap air matanya, ia hanya merunduk diam dan lelaki itu langsung turun dari anak tangga dan pergi. Fitri pun masuk lagi, dan Shabir membujuknya untuk keluar kembali namun Fitri teriak dari dalam:
“pergi sana… pergi.. kenap kamu masih ada di sini, aku tidak butuh kamu lagi.” usir Fitri dengan lantang dan sangat menusuk di dalam hati. Shabir terdiam dan berlinang air mata di pipinya, dan duduk bersimpuh di depan pintu, dan jari jemarinya masuk kedalam di sela-sela pintu. Beberapa menit kemudian pintu pun di buka, dan Shabir berdiri dan ia berkata “tolong duduk  sebentar, aku mau bicara sama kamu” bujuk Shabir.
“mau bicara apalagi sih..” katanya sambil keliatan tidak sudi untuk melihat keberadaan Shabir di hadapannya lagi, dan ia beranjak jalan mendekati sumur.
      Shabir berdiri di depannya dan berkata “sudah saya suruh kamu untuk mengatakan yang sejujurnya kepada ku, namun kamu selalu saja diam dan tidak mau berkata jujur, dan sekarang akibatnya bisa fatal seperti ini.” ,Kata anak muda itu berdiri di depan Fitri, dan berkata lagi “..mari ulurkan tangan mu, mungkin ini yang terakhir kalinya aku akan melihat mu, aku tidak akan pernah melihat kamu lagi, mari kita berjabat tangan.. mungkin ini yang keterahir kali aku akan memanggil mu sayang, lantaran kamu tidak mencintai ku lagi, aku tidak mengira di balik kerudung mu yang besar itu tersimpan kemunafikan yang sangat besar, mari kita berjabat tangan untuk yang keterakhir kalinya.“ ,
Akhirnya Fitri mengulurkan tangannya, namun sikapnya sangatlah berbed dari yang dulu, Fitri memandang Shabir selayaknya musuh, raut muka yang cemberut, kelihatan sangat kecewa.

     Dan Shabir pun pulang dengan kekecewaan yang penuh di hatinya, Fitri ibaratkan buah kaktus, buah kaktus yang begitu kelihatan begitu manis dan menarik, siapa mengira buah kaktus tidak semanis yang kelihatan di luar kulitnya, dan siapa menduga ada duri-duri kecil yang melindunginya yang akan melukai, durinya kelihatan begitu sepele namun sangat menyakitkan. Begitupun dengan Fitri, ia kelihatan begitu lugu di pandang mata, namun siapa mengira ia itu sangan mencekam hati.
Ternyata Shabir hanya di mamfaatkan dan di jadikan sebagai pelampiasan belaka, namun ia bersabar seperti makna namanya sang penyabar, ia jalani semua cobaan itu, ia berfikir di dalam hatinya bahwa ini sebagai pelajaran bagi hidupnya agar tidak terlalu lelap dalam cinta. Hatinya Shabir sudah di penjarakan oleh Fitri, meski sebegitu tajamnya ia di hina dan di caci di kalangan umum, namun rasa cintanya itu masih saja tertera dalam hati pemuda itu.
      Hati perempuan ibarat air laut, kadang surut kadang pasang, namun kejujuran sangatlah penting dalam segala hal apapun, namun kejujuran itu tidak ada dalm diri Fitri, sehingga di ujung jalan terputuskan dan tidak mendapatkan siapapun, tujuan sebenarnya adalah orang yang ia sayang, akan tetapi karna tidak ada kejujuran dalam hatinya, dan orang yang ia sayang maupun yang tidak ia sayang pun tak mempercayai dia lagi, dan keduanya pun pergi dari hidupnya Fitri.
*****


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nantikan lanjutan ceritanya, dan saya selaku penulis yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan atas segala hal, saya mohon maaf sebesar-besarnya, karna tulisan ini kurang memadai, dan saya sangat membutuhkan comentar dan saran dari pembaca karya tulis ini, demi perbaikan selanjutnya.
terimakasih.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;